tebuireng.online-Riau-Di Kepulauan Riau, tepatnya di Pulau Penyengat Indera Sakti, Kecamatan Tanjung Pinang Barat, terdapat sebuah mesjid unik dan bersejarah, bernama Masjid Raya Sultan Riau. Selain sebagai simbol kebudayaan dan sejarah, yang menarik dari mesjid ini adalah bangunan yang berbahan dari putih telur.
Cerita masyarakat setempat menyebutkan,untuk membangun Masjid Raya di Penyengat ini, terutama untuk memperkuat beton kubah, menara dan bagian tertentu lainnya, dipergunakan bahan perekat dari campuran putih telur dan kapur. Pelaksanaan pembangunannya melibatkan seluruh lapisan masyarakat di kerajaan Riau, yang bekerja siang malam secara bergiliran.
Mesjid ini didirikan pada tanggal 1 Syawal 1249 H (1832 M), atas prakarsa Raja Abdurrahman, Yang Dipertuan Muda Riau VII. Di dalam masjid, tersimpan kitab-kitab kuno (terutama yang menyangkut agama Islam), bekas koleksi perpustakaan yang didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf al Ahmadi, Yang Dipertuan Muda Riau X. Benda menarik lain yang terdapat dalam masjid adalah mimbar indah dan kitab suci al-Quran tulisan tangan.
Di dalam kompleks masjid, dari tangga hingga mihrab, terdapat unit bangunan yang terpisah-pisah dengan masing-masing dalam posisi simetris. Dari tangga, terdapat jalan setapak pada sumbu tengah dari unit bangunan simetris tersebut. Di halaman kiri dan kanan masjid,ada bangunan berdinding beratap limas dan batu.Masyarakat setempat menyebut bangunan kembar tersebut dengan nama sotoh. Tempat ini berfungsi sebagai tempat permusyawaratan para ulama dan cendekiawan.
Selain itu, juga terdapat bangunan kembar di sisi kiri dan kanan, masing-masing berbentuk persegi empat panjang. Sisi terpanjangnya sejajar dengan arah kiblat. Kedua bangunan ini semacam gardu, tapi besar dan panjang tak berdinding, mempunyai kolong, dengan konstruksi terbuat dari kayu.
Pintu utama masuk masjid berada di tengah, menjorok ke depan seperti beranda (porch) dan diatapi kubah. Di tiap sudutnya terdapat pilaster. Denah dan semua elemen yang ada dalam masjid berada dalam susunan simetris.
Atap ruang utama masjid sangat unik, dan menunjukkan adanya pengaruh India, dimana arsiteknya berasal. Keunikan itu berupa deretan melintang dan membujur dari kubah-kubah.
Kubah berbentuk bawang, berbaris empat mengarah kiblat dan berbaris tiga dengan arah melintang. Secara keseluruhan kubahnya berjumlah 12.Jikaditambah dengan kubah di atas beranda depan pintu masuk utama, maka jumlahnya menjadi 13.
Masjid memiliki 4 buah menara, posisinya berada di setiap sudut ruang utama sembahyang, dengan bentuk yang hampir sama. Puncak menara berbentuk sangat runcing seperti pensil. Tampaknya menara ini dipengaruhi oleh menara-menara masjid di Turki,yang sebenarnya berasal dari gaya arsitektur Bizantium. Hal yang sedikit membedakan, menara masjid di Turki runcing, tinggi dan ramping, sementara menara Masjid Sultan Riau di Penyengat hanya runcing, namun tidak tinggi dan ramping (gemuk).
Mengenai arti jumlah kubah yang mencapai 13 buah,ada yang mengatakan bahwa jumlah tersebut melambangkan rukun masjid, dan jika ditambah dengan jumlah menara yang empat, maka jumlahnya menjadi 17.Ini melambangkan jumlah rakaat shalat fardlu dalam sehari semalam.
Bangunan masjid ini seluruhnya terbuat dari beton.Di bagian dalam ruang utama,terdapat empat buah tiang utama.Cerita masyarakat tempatanmenyebutkan, untuk membangun masjid ini, terutama untuk memperkuat beton kubah, menara dan bagian tertentu lainnya, dipergunakan bahan perekat dari campuran putih telur dan kapur. (ul/kemenag)
Masjid Raya Sultan Riau yang unik, berbahan dasar Putih Telur