Para mahasiswa dari Miami Dade AS usai berziarah ke makam Masyayikh Tebuireng pada Sabtu (03/06/2017). (Foto: Masnun).

Tebuireng.online— Sejarah mencatat bahwa Pesantren Tebuireng telah melahirkan tokoh-tokoh yang berjuang dalam memadukan Islam dan Indonesia. KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahid Hasyim adalah dua tokoh penting dalam berdirinya negeri ini beserta perangkat dasar-dasar negaranya. Hal itu yang menjadi salah satu pembahasan dalam diskusi hangat antara pimpinan Pesantren Tebuireng dan tamu dari Miami Dade College Amerika Serikat di lantai 2 Gedung KH. M. Yusuf Hasyim pada Sabtu (03/06/2017).

Dalam pertemuan itu, hadir Sekretaris Utama Pesantren Tebuireng, Ir. H. Abdul Ghofar, Mudir bidang Pondok, H. Lukman Hakim, Humas Yayasan KH. M. Hasyim Asy’ari H. Nur Hidayat, dan Pembantu Rektor II Unhasy, Drs. H. Muhsin KS., M.Ag

Drs. H. Muhsin KS., M.Ag menjelaskan bahwa pendiri Pesantren Tebuireng juga salah satu pahlawan nasional yang mengeluarkan Fatwa Jihad melawan kolonialisme hingga memunculkan perang 10 November 1945 di Surabaya. “Beliaulah yang dikenal dunia internasional sebagai ulama yang menyatukan agama dan negara, menjadikan Islam bukan sebagai dasar negara namun mewarnai,” terang Pak Muhsin, panggilan akrabnya.

H. Nur Hidayat menjelaskan, Tebuireng sejak lama melibatkan peran penting perempuan. Pada 1980-an, SMP A. Wahid Hasyim dipimpin oleh perempuan. Bahkan di Fakultas Pendidikan Unhasy lebih banyak dosen perempuan daripada dosen laki-laki. Begitu pula dalam kepemimpinan, Pesantren Tebuireng juga melibatkan perempuan, seperti Nyai Farida Shalahuddin Wahid dan Nyai Aisyah Muhammad.

“Dalam sejarah Tebuireng juga, putri pertama KH. Hasyim Asy’ari juga dikenal sebagai tokoh ulama perempuan yang legendaris dan mungkin satu-satunya yang bisa masuk dalam jajaran Syuriah Nahdlatul Ulama,” tambah H. Nur Hidayat.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ditanya mengenai posisi Pesantren Tebuireng dalam penerapan hukum Islam di Indonesia, Humas Yayasan KH. M. Hasyim Asy’ari tersebut menjawab bahwa Pesantren Tebuireng tidak pernah mempertentangkan Islam dengan Indonesia. Dilihat dari sejarah, peran KH. A. Wahid Hasyim, ayah Gus Sholah, sangat besar dalam perancangan Pancasila.

“Jadi apabila masih ada pertentangan Islam dan Indonesia, atau mendesak menggunakan syariat Islam menjadi hukum Negara atau menjadikan Negara Khilafah, menurut Gus Sholah, ada kemunduran 30 tahun,” ujarnya.

Diskusi tersebut ditutup dengan tukar cindera mata dan dilanjutkan dengan ziarah makam keluarga Pesantren Tebuireng.

Kunjungan ke Pesantren Tebuireng ini merupakan rangkaian dari kunjungan Miami Dade College selama dua minggu dengan Universitas Airlangga yang mengusung tema “Multicultural Communication and Relations with Universitas Airlangga in Surabaya”.


Pewarta:     Farha Kamalia

Editor:        M. Abror Rosyidin

Publisher:   M. Abror Rosyidin