Sumber gambar : www.google.com

Oleh: Fathur Rohman*

Suatu hari ada seorang istri yang merasa di rumah saja mengurus anak-anaknya, kemudian mengadu kepada suaminya untuk meminta izin aktivitas (bekerja) di luar rumah.

Suaminya pun menyetujuinya asalkan kewajiban mendidik anak-anak dan mengurus rumah tidak diabaikan, kemudian ia pun mulai beraktivitas di luar rumah dengan memegang komitmennya untuk mengurus rumah dan mendidik anak-anaknya dengan penuh tanggung jawab.

Suatu saat ada iklan lowongan pekerjaan yang gajinya setara UMR daerah tempat tinggalnya, kemudian sang suami menawarkan kepada istrinya karena ia dulu pernah bilang ke istrinya silakan beraktivitas di luar rumah ketika anak-anak sudah sekolah atau ada yang mengurusnya.

Ia berusaha menepati perkataannya kepada istrinya dengan menawarkan iklan tersebut, bukan karena uang belanja yang kurang atau agar membantu membiayai kebutuhan rumah tangga.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ketika sang suami bertanya kepada istrinya, “apakah mau melamar pekerjaan ini, karena setahu saya dulu kamu ingin aktivitas di luar rumah dan menjadi perempuan yang mandiri yang bisa mencukupi kebutuhan dirinya sendiri,” namun sang istri menjawab dengan jawaban yang menyenangkan hati sang suami, “maaf nanti kalau saya diterima kerja itu saya akan sering ninggalin anak-anak, kasian anak-anak butuh kasih sayang ibunya dan pendidikan ibunya, jadi kalau boleh aku lebih memilih mendidik anak-anak saja dari pada melamar pekerjaan itu walaupun aku menginginkannya dulu dan gajinya juga lumayan.”

Mendengar jawaban istrinya tersebut sang suami merasa bersyukur karena di luar sana banyak perempuan yang lebih mementingkan aktivitas di luar rumah, baik untuk bekerja atau untuk yang lainnya, sedangkan istrinya lebih memilih mendidik anak-anaknya, berkumpul dengan anak-anaknya di rumah, banyak berinteraksi dengan anak-anaknya dari pada mengejar mimpinya untuk menjadi perempuan dengan segudang aktivitas di luar rumah sebagaimana kegiatannya saat ia belum menikah dan punya anak dulu.

Begitulah setiap orang punya pemikiran yang diyakini kebenarannya masing-masing, bukan berarti perempuan pekerja yang menghasilkan uang itu tidak baik dan sebaliknya bukan berarti perempuan yang tidak bekerja menghasilkan uang karena lebih memilih menjadi ibu rumah tangga itu tidak baik, karena baik dan tidak, masing-masing orang punya ukuran dan kacamata yang berbeda beda dalam melihatnya.

Semoga perempuan-perempuan yang lebih memilih mendidik anak-anaknya, berinteraksi dengan anak anaknya, banyak di rumah berkumpul dengan anak anaknya, dan waktunya banyak dihabiskan untuk membimbing anak-anaknya di rumah, diberikan suami yang saleh dan rezekinya senantiasa dicukupkan oleh Allah Swt. Amin.

Sebab perempuan-perempuan yang seperti itu meyakini bahwa jatah rezeki dari Allah Swt. dilewatkan melalui suaminya, sehingga ia berdo’a dengan sepenuh hati agar suaminya senantiasa Allah jadikan sebagai orang saleh karena ia telah memilihnya atau dipilih oleh Allah sebagai wasilah untuk menyampaikan jatah rezekinya dari Allah Swt. Kepada dirinya melalui tangan suaminya. Mereka meyakini bahwa Allah telah menjamin setiap rezeki bagi setiap mahkluknya dan rezeki manusia tidak akan tertukar atau berkurang.

Allahu a’lam bisshowab.

*Dosen PBA Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.