Sumber: pxhere.com

Oleh: Silmi Adawiya*

Hati adalah salah satu organ penting manusia yang merupakan pusat kehidupan. Bagaimana tidak? Hati itu yang bisa menentukan baik buruknya manusia, sehingga hati sangat menentukan kualitas kehidupan seorang muslim.

Hati bisa mengarahkan seseorang untuk melakukan kebaikan atau sebaliknya. Karena itu penjagaan dan perawatan hati perlu dilakukan oleh seorang muslim dalam kesehariannya.

Jika hati baik, maka baiklah anggota badan yang lain. Jika hati rusak, maka rusak pula yang lainnya. Baiknya hati dengan memiliki rasa takut, rasa cinta pada Allah dan ikhlas dalam niat.

Rusaknya hati adalah karena terjerumus dalam maksiat, keharaman dan perkara syubhat (yang masih samar hukumnya). Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)

Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nasha’ihul ‘Ibad menjelaskan bahwa terdapat empat penyebab gelapnya hati manusia. Abdullah bin Mas’ud r.a. pernah berkata:

أَرْبَعَةٌ مِنْ ظُلْمَةِ الْقَلْبِ بَطْنٌ شَبْعَانٌ مِنْ غَيْرِ مُبَالَاةٍ وَ صُحْبَةُ الظَّالِمِيْنَ وَ نِسْيَانُ الذُّنُوْبِ الْمَاضِيَةِ وَ طُوْلُ الْأَمَلِ

Empat yang termasuk penyebab gelapnya hati, yaitu: perut yang terlalu kenyang, berteman dengan orang-orag dzalim, melupakan dosa yang pernah dilakukan, dan panjang angan-angan”

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” menerangkan bahwa perut yang terlalu kenyang mengakibatkan penyakit fisik dan penyakit batin. Dikatakan bahwa orang yang terbiasa dalam kondisi kenyang akan merasa cukup, perlahan-lahan melupakan Tuhan yang memberi rezeki dan berpotensi membuat orang bermalas-malas untuk beribadah. Dari situlah hati mulai gelap, ia mengira bahwa makanan tersebut merupakan hasil keringatnay sendiri.

Berteman dengan orang-orang zalim dan melupakan dosa yang pernah dilakukan adalah sikap seseorang yang tidak lagi memiliki perasaan penyesalan setelah melakukan kesalahan.

Dan ini salah satu indikasi dari matinya hati seseorang. Seharusnya ia berhijrah dari kesalahan yang ia lakukan, kemudian memilih untuk  bergabung dengan teman yang  bisa membimbingnya ke jalan yang lebih.

Selanjutnya adalah panjang angan-angan. Tumpukan harapan keduniaan yang diharuskan menjadi kenyataan tersebut  berpotensi dalam membentuk hati yang gelap.

Jiwa yang terlena oleh angan-angan yang panjang menyebabkan seseorang bermalas-malasan dalam ketaatan. Dan itulah indikasi dari hati yang tidak menemukan kesedihan atas ketaatan yang terlewatkan.


*Penulis adalah mahasiswa UIN Jakarta, alumnus Unhasy dan Pondok Pesantren Putri Walisongo Jombang.