tebuireng.online– Segenap masyarakat Lintas Iman Jombang, menggelar Haul ke-7 Gus Dur, Jum’at (31/12/2016), dengan mengusung tema Merajut Ukhuwah dalam Bhinneka Tunggal Ika, segenap panitia yang berasal dari aliansi organisasi Lakpesdam NU, GP Anshor, INTI, GPDL, GKJW, GBI Diaspora, GKI, Paroki St Maria, PMII, Lesbumi, Fatayat, Muslimat, LDII, MLKI, PHDI, Konghucu, PGUI, Gusdurian, Santri Jogo Kali, Pabejo, dengan khidmat merefleksi sosok Gus Dur.
Sebagai Bapak Pluralisme, peringatan wafatnya KH Abdurrahman Wahid, yang akrab dipanggil Gus Dur digelar oleh Lintas Iman Jombang, di Pendopo Balai Desa Mojongapit Jombang. Selain memperingati Haul Gus Dur, Acara tersebut juga diperuntukkan untuk mengingat 16 tahun wafatnya Riyanto, salah satu anggota Barisan Anshor Serba Guna (BANSER) yang gugur pada saat melakukan pengawalan perayaan natal di salah satu Gereja di Mojokerto.
Dibuka dengan Tarian Kesenian Lenong dan Barongsai, acara tersebut disambut meriah oleh masyarakat dan tamu undangan yang hadir. Dalam sambutannya, Moh. Iqbal, selaku ketua panitia, mengungkapkan jika peringatan Haul ke-7 Gus Dur tersebut ialah langkah untuk meneladani sikap toleran Gus Dur. “Beliau tokoh besar, Kita wajib meneladani sikap beliau, seperti beliau meneladani Rasulullah,” ujar pria yang sering disapa Gus Iqbal, yang juga adalah Pengurus Pimpinan Cabang (PC) Anshor Jombang.
Ia juga mengajak seluruh masyarakat, khususnya warga NU untuk tetap berpegang teguh terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang dibawa Gus Dur. Hal senada juga diungkapkan Wakil Bupati Jombang, Hj Munjidah Wahab. Dalam penuturannya, Ia yang juga masih sanak famili dengan Gus Dur, mengapresiasi acara yang digelar oleh aliansi masyarakat Jombang lintas iman tersebut. Bagi Bu Mundjidah hal itu merupakan bukti bahwa Jombang sebagai barometer Kota Toleransi di Indonesia.
“Saya berharap acara seperti ini bisa dilakukan setiap tahunnya, ini membuktikan bahwa perbedaan etnis dan agama, sudah tidak ada (konflik) di Jombang, semuanya hidup rukun dan saling toleransi,” kata Bu Nyai Munjidah, yang juga Ketua Muslimat NU Jombang.
Turut hadir, dari keluarga dekat Gus Dur, yakni KH Agus Zaki Hadzik, Pengasuh Ponpes Al-Masruriyah Tebuireng Jombang. Kiai yang biasa disapa Gus Zaki ini, dalam Orasi Kebangsaannya, banyak menceritakan kenangan-kenangan lucu yang terjadi ketia beliau menemani Gus Dur dalam beberapa kunjungan saat masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia (RI).
Gus Zaki, mengungkapkan, begitu banyak yang mencintai Gus Dur, tidak hanya dari kalangan pesantren dan umat muslim, tetapi juga umat-umat non muslim juga mencintai Gus Dur. “Saat beliau, Gus Dur wafat, tidak sampai satu bulan, sudah ada 1000 Bus besar yang datang ke Tebuireng untuk berziarah ke makam Gus Dur, itu belum kendaraan kecilnya,” ujar Gus Zaki.
Terakhir, sambutan disampaikan oleh Ketua INTI Jawa Timur, Gatot Sugeng, mewakili umat Konghucu mengatakan bahwa jika bukan karena Gus Dur, mungkin hingga kini Konghucu tidak akan diakui di Indonesia. “Kami Umat Konghucu sangat dekat dengan Gus Dur, jika tidak karena Gus Dur, mungkin Konghucu tidak akan ada,” Jelasnya.
Selain diisi dengan Tahlil, persembahan puisi, dan tarian daerah NTT, acara tersebut ditutup dengan do’a Lintas iman (Islam, Kristen, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu) yang dipanjatkan sebagai hadiah untuk Gus Dur, yang dianggap sebagai Bapak Bhinneka Tunggal Ika.
Pewata: RIf’atuz Zuhro
Editor: M. Abror Rosyidin
Publisher: M. Abror Rosyidin