tebuireng.online— Komunikasi adalah aktifitas yang setiap hari dilakukan oleh manusia. Tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan komunikasi, tetapi tidak semua komunikasi dilakukan dengan efektif. Itulah inti materi yang disampaikan oleh Psikolog Universitas Airlangga (Unair), Dimas Aryo Wicaksono, S.Psi., M.Sc., kepada peserta Diklat Kader Pesantren Tebuireng angkatan kedua, Sabtu-Ahad (22-23/10/2016).
Psikolog alumnus University of Stirling Inggris dengan program Master of Science in Human Resources Management ini, menjelaskan tentang komunikasi efektif yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi peserta yang merupakan para calon pembina santri. Runtutan bahasannya adalah, memahami definisi komunikasi, strategi komunikasi, memahami diri, memahami orang lain, dan menjawab tantangan.
Kata Mas Aryo, panggilan akrabnya, rata-rata 75% aktifitas manusia adalah komunikasi. Namun, tidak semua komunikasi dilakukan dengan baik dan efektef, padahal dengan itu manusia dapat lebih didengar, lebih dipercaya, memotivasi orang lain, dan membangun relasi interpersonal lebih baik. Komunikasi bisa dikatakan baik, ketika pesan yang disampaikan komunitor (pengirim pesan) diumpanbalikkan oleh komunikan (penerima pesan), sehingga terjadi percakapan yang lebih dalam. Selain itu, komunikasi dikatakan efektif bila makna yang disampaikan oleh komuniktor sama dengan makna yang diterima komunikan.
Psikolog Industri dan Organisasi tersebut juga menjelaskan bahwa komunikasi yang dilakukan oleh manusia mayoritas menggunakan komunikasi non verbal dengan prosentase 55%, 38% dengan vokal, dan sisanya 7% adalah komunikasi verbal. Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang dilakukan dengan bahasa tubuh dan visual. Untuk itu dalam berkomunikasi efektif melalui bahasa tubuh harus dilakukan dengan penampilan yang mendukung, atur intonasi suara, dan memperhatikan kontak mata.
Mas Aryo juga menyampaikan, dalam komunikasi terdapat hukum proksemik, yaitu studi tentang sistematika keterlibatan seorang dalam struktur ruang, atau jarak antara manusia dalam pergaulan sehari hari. Ada empat jenis komunikasi berdasarkan jaraknya, yaitu intimate (pesan serius yang disampaikan secara rahasia dan personal), personal (komunikasi jarak dekat secara khusus, tetapi dapat didengar oleh orang lain, sosial (komunikasi dalam kelompok) dan publik (komunikasi di depan orang banyak).
Berkomunikasi, lanjut bapak satu anak tersebut, merupakan bentuk usaha untuk memahami orang lain. Dalam berkomunikasi, pertama kali yang dilakukan oleh komunikator adalah memahami siapa lawan bicaranya. Dengan memahami karakteristik orang yang diajak bicara, akan dapat memilah bagaimana cara berkomunikasi yang efektif dengan orang tersebut. Untuk itu, Mas Aryo mengatakan, pembina santri sebagai komunikator, konselor, dan presenter harus dapat memahami kepribadian santri-santrinya.
Karena berhubungan dengan materi ini, Mas Aryo kemudian me-review materi Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang telah disampaikan oleh Pak Rudi Cahyono sebelumnya. Materi tersebut digunakan untuk memahami karakteristik orang lain, agar dapat menentukan cara yang tepat dalam berkomunikasi. (Abror)