ilustrasi isra mi'raj
ilustrasi isra mi’raj

Salah satu peristiwa luar biasa yang terjadi pada Rasulullah adalah Isra’ mi’raj. Seorang muslim wajib untuk meyakini peristiwa itu, karena melalui itu Allah memuliakan Rasulullah SAW. Dalam aqidatul ‘awan disebutkan:

وَقَبْلَ هِجْرَةِ النَّبِيِّ الإِسْرَا مِنْ مَكَةٍ لَيْلاً لِقُدْسِ يُدْرَى

وَبَعْدَ إِسْرَاءِ عُرُوجُ لِلسَّمَا حَتَّى رَأَى النَّبِيُّ رَبَا كَلَّمَا

مِنْ غَيْرِ كَيْفِ وَانْحِصَارِ وَافْتَرَضْ عَلَيْهِ خَمْسًا بَعْدَ خَمْسِينَ فَرَضْ

Sebuah peristiwa yang terjadi sangat singkat namun sangat penting bagi agama Islam. Sebab dalam perjalanan tersebut Nabi Muhammad mendapatkan sebuah perintah shalat yang menjadi kewajiban bagi seluruh umat Islam dan menjadi salah satu syariat yang terpenting di antara syariat lainnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ulama berbeda pendapat tentang waktu perjalanan beliau. Ada yang menyatakan bahwa perjalanan tersebut selama empat jam, tiga jam, bahkan kurang dari itu. Pendapat lain menyebutkan bahwa saat beliau kembali, Sayyidah Khadijah masih belum berbalik dari tempat tidurnya.

Tentang harinya pun juga berbeda. Ada yang mengatakan Senin malam, Jum’at, dan Sabtu. Tidak hanya itu, tahun isra’ mi’raj juga berbeda. Sebagian mengatakan setelah beliau diangkat menjadi Rasul selama 5 tahun, 10 tahun, 11 tahun dan 12 tahun.

Dari beberapa perbedaan pendapat di atas yang lebih masyhur bahwa isra’ mi’raj terjadi pada malam Senin tanggal 27 Rajab satu tahun sebelum hijrah.

Isra’ mi’raj merupakan dua perjalanan yang berbeda. Jika isra’ adalah perjalanan beliau dari Makkah menuju Baitul maqdis menunggangi Buraq pada malam hari. Dikawal oleh malaikat Jibril di sisi kanan dan malaikat Mikail di sisi kiri. Tujuan dari isra’ ini adalah untuk melihat Dzat Allah SWT seperti perjalanan bulan purnama di malam hari

Sesampainya beliau di Masjidil Aqsa, kendaraan buraq yang beliau tunggangi diikat dengan tali yang kemudian diduduki oleh Nabi Dawud dan putranya Sulaiman untuk digunakan kembali saat Rasul pulang ke Makkah setelah naik ke atas. Kejadian seperti itulah yang terkenal di antara orang-orang yang paham atas perangai Nabi.

Namun melihat dari hadis riwayat Bukhari bahwa beliau naik ke atas dengan menunggangi buraq. Di suatu tempat yang telah dikehendaki oleh Allah SWT sebelum perjalanan beliau menuju Ars, beliau sempat mengimami shalat 2 raka’at bersama malaikat Jibril dan dengan para nabi. Maka Isra’ adalah perjalanan Nabi dari Makkah menuju Masjidil Aqsha sedangkan Mi’raj adalah perjalanan beliau menuju Sidrotul Muntaha untuk menemui Tuhan dengan segala kebesarannya dan kekuasaannya.

Perlu diketahui, naiknya rasul ke atas bukan hanya sekedar ruh atau jiwa semata, melainkan jasadnya juga ikut, semua itu dirasakan oleh Nabi secara sadar dan terjaga.

Alasan yang menjadikan perjalanan itu dilakukan malam hari seperti ayat:

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Karena Allah Ta’ala telah membuat cahaya malam menjadi gelap, sedangkan cahaya siang terang benderang sehingga ada kecemburuan oleh cahaya malam, maka Allah menghibur malam dengan diberangkatkannya Rasul pada malam hari.

Perintah Shalat

Perintah yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah yang sangat penting yaitu ibadah yang wajib dilakukan oleh umat muslim setiap hari. Bahkan dalam keadaan sakit sekalipun masih menjadi kewajiban, namun dilakukan dengan cara yang berbeda, yaitu shalat. Saking pentingnya shalat tersebut cara penyampaiannya diterima secara langsung oleh Nabi Muhammad dengan menghadap Allah ta’ala, dengan melihat Dzat-Nya secara langsung.

Kendaraan yang ditunggangi adalah hewan bernama buraq, jenis hewan yang berkaki empat. Ukurannya lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal (hewan persilangan kuda dan keledai). Ketika berjalan, kakinya diletakkan di sejauh pandangan matanya. Cara berjalan seperti ini lebih baik dari burung dan lebih cepat karena kekuatannya. Jika mendaki gunung kakinya memanjang dan jika menuruni gunung tangannya memanjang sedikit demi sedikit.

Semua ciri-ciri itu adalah kekhususan yang diberikan untuk melayani Nabi. Hewan tersebut dinamai buraq karena diambil dari kata Al-barq  yang artinya kilat, menunjukkan bahwa berjalannya secepat kilat. Yang mana hewan tersebut berasal dai surga yang diberikan kepada nabi sebagai bentuk penghormatan Allah kepada Nabi. Sama halnya seorang raja yang memberi tunggangan kepada seorang petinggi yang ingin didatangkan menghadap seorang raja.

Baca Juga: Benarkah Isra Mi’raj Sesuai dengan Teori Relativitas Einstein


*Sumber: Kitab Nurud Dolam Karya Imam Nawawi Al-Bantani


Ditulis oleh: Muhammad Aji Saputra