Ketua Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Kohar Hari Santoso ajak kiai dan santri aktif dalam gerakan pengendalian tembakau, Sabtu (20/7/19) di Pesantren Tebuireng. (Foto: Aros)

Tebuireng.online— Kohar Hari Santoso, dari Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyampaikan ajakan secara terbuka kepada seluruh masyarakat utamanya kaum pesantren agar aktif dalam upaya pengendalian tembakau termasuk tentang gerakan “rokok harus mahal”.

Hal ini disampaikan dalam momen pertemuan Kiai, Santri, dan Fatayat NU se-Jawa Timur yang diselenggarakan di Pesantren Tebuireng, Sabtu (20/7/19). Selaku Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes), Kohar menunjukkan salah satu program yang dicanangkan oleh pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, yakni program SAJADAH (Santri Jatim Sehat dan Berkah).

Program ini telah direalisasikan dalam wujud beberapa kegiatan, diantaranya dengan pendampingan Puskestren (Pusat Kesehatan Pesantren) di 38 kab/kota, program BUAIAN (Bunda Anak Impian) dan KOPIPU ( Konseling dari Pintu ke Pintu).

Terkait gerakan pengendalian Tembakau, Kohar menyampaikan bahwa pesantren merupakan lembaga yang membawa pengaruh cukup besar terhadap kondisi masyarakat, sehingga diperlukan adanya dukungan atas gerakan ini dari kalangan pesantren, “karena diakui atau tidak, pesantren ini memiliki pengaruh yang cukup besar, sehingga apa yang bergaung dari pesantren akan sangat berdampak terhadap masyarakat,” ucapnya.

Membahas tentang kesehatan masyarakat, Kohar memaparkan bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, diantaranya: genetik (5%), lingkungan (45%) perilaku (30%) dan fasilitas layanan kesehatan (20%).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Penjelasan ini tentu membantah pemahaman bahwa kebanyakan penyakit disebabkan karena faktor keturunan, melainkan di antara keempat faktor, lingkunganlah yang berperan nomor satu. Karenanya, menjaga kualitas kebersihan dan kesehatan lingkungan sangatlah penting, termasuk dalam upaya pencegahan penyakit melalui “gerakan tanpa rokok”.

Menurutnya, cukup jelas diketahui bersama bahwa mengkonsumsi rokok, tidak hanya berbahaya bagi penggunanya, namun juga orang-orang di sekitarnya. Untuk memperjelas bahaya rokok, Ketua Dinas Kesehatan ini mengajak para hadirin untuk merenungi kasus kematian yang menimpa Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.

Menurutnya, belakangan sedang ramai diperbincangkan mengenai kematian Sutopo yang terkena kanker paru-paru stadium 4, disebabkan karena beliau merupakan perokok pasif.

Kohar mengungkapkan bahwa solusi terbesar dalam menghentikan kasus kematian disebabkan karena rokok ini ialah kesadaran diri masing-masing, “kita mungkin bisa menulis kawasan tanpa rokok, tapi yang terpenting adalah kesadaran kita untuk tidak merokok,” tegasnya.

Pewarta: Nailia Maghfiroh

Publisher: RZ