
Kemudahan dalam Membaca Kitab Suci Al-Qur’an
Al-Qur’an Al-Karim merupakan mukjizat dan nikmat terbesar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alahi wa Sallam, kemudian diwariskan kepada umat Islam dan berlaku sepanjang masa. Hal ini merupakan anugerah bagi umat Islam, di mana dengan kehadirannya kitab suci Al-Qur’an, memberikan banyak manfaat dalam menempuh kehidupan umat Islam di dunia ini menuju kehidupan akhirat yang kekal abadi. Setiap langkah yang diinginkan dan dicita-citakan manusia, secara khusus oleh umat Islam adalah kehidupan yang bahagia, tenang, tentram dan sejahtera. Salah satu upaya agar manusia bisa hidup dalam keadaan tenang dan tentram adalah dengan memperbanyak membaca kitab suci Al-Qur’an.
Allah telah memberikan jaminan bahwa kitab suci Al-Qur’an mudah untuk dibaca, bagi orang yang mau berusaha mempelajari cara membacanya, walaupun Al-Qur’an itu sendiri berbahasa Arab. Jaminan kemudahan ini telah dijelaskan pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala surah Al-Qamar/54 yang diulang sampai empat kali ayat 17, 22, 32 dan 40. Salah satu kemudahan tata cara membaca Al-Qur’an tersebut adalah dengan dibuktikannya banyak lahirnya metode tata cara membaca Al-Qur’an, ada metode Baghdadi, Metode Qira’ati, Metode Iqra, Metode Insani, Metode Tilawati, Metode Al-Bayan, BBM (Baca Mudah Benar) Al-Qur’an Metode As-Surasmaniyyah, BBQ (Bersahabat Bersama Al-Qur’an) Metode As-Surasmaniyyah dan lain-lainnya.
Dengan munculnya metode-metode tata cara membaca Al-Qur’an tersebut, merupakan solusi agar umat Islam terhindar dari buta huruf Al-Qur’an, kemudian terus berupaya dan berusaha supaya mampu membaca Al-Qur’an secara baik dan benar. Di mana prinsip dasarnya setiap metode tersebut, bertujuan mengantarkan agar umat Islam mampu membaca Al-Qur’an secara baik dan benar. Suatu kebanggaan dan sekaligus anugerah ketika seseorang bisa mencapai kemampuan membaca Al-Qur’an secara baik dan benar, sebagai modal dasar untuk mencapai dan meraih kesuksesan dan kebahagiaan hidup. Karena dengan rajin membaca kitab suci Al-Qur’an banyak sekali manfaat yang dapat diraihnya, di antaranya adalah:
Pertama, mendapatkan pahala yang sangat banyak, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah riwayat, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullahi Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Man qara’a harfan min kitabillaahi ta’aalaa falahuu hasanatun, wal hasanatu bi’asyri amtsaalihaa, laa aquulu Alif Lam Mim harfun, wa laakin Alifun harfun wa Laamun harfun wa Miimun harfun -barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah ta’ala satu huruf, maka diberikan satu kebaikan dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf. (H. R. At-Tirmidzi, lihat: At-Tibyan fii Adaabi Hamalatil Qur’an karya Al-Imam Yahya Bin Syaraf ad-Din An-Nawawi, 19: 1984).
Berdasarkan riwayat di atas, betapa banyaknya pahala kebaikan yang diraih dari membaca kitab suci Al-Qur’an, di mana setiap satu huruf yang kita baca mendapatkan satu kebaikan, yang dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan.
Kedua, mendapatkan jaminan bahwa Al-Qur’an yang dibaca ketika di dunia ini, akan menjadi syafaat atau penolong bagi para pembacanya di hari kiamat nanti. Hal ini berdasarkan sebuah riwayat dari Abi Umamah al-Bahili Radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullahi Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Iqra’ul Qur’ana fainnahuu ya’tii yaumal Qiyaamati syafii’aan liashhaabihi – bacalah oleh kamu semua kitab suci Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an yang dibaca ketika di dunia ini akan datang pada hari kiamat menjadi syafaat atau penolong bagi para pembacanya”. (H. R. Muslim, lihat: At-Tibyan fii Adaabi Hamalatil Qur’an karya Al-Imam Yahya Bin Syaraf ad-Din An-Nawawi, 18: 1984).
Baca Juga: Belajar Al-Qur’an itu Mudah
Berdasarkan riwayat ini, Al-Qur’an yang dibaca ketika di dunia akan datang pada hari kiamat menjadi syafa’at atau penolong bagi para pembacanya. Oleh sebab itu, upayakan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an, selagi masih diberikan waktu menempuh kehidupan di dunia ini, luangkan waktu setiap ada kesempatan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an.
Ketiga, mendapatkan syifa’/penawar kesembuhan dari segala penyakit ruhaniah dan rahmat Allah Subhanahu wata’ala. Hal ini didasarkan pada firman Allah Subhanahu wata’ala surah Al-Isra’/17 ayat 82,
وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٞ وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارٗا
Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian, (Q. S. Al-Isra’/17: 82).
Demikian seterusnya banyak sekali manfaat daripada membaca kitab suci Al-Qur’an, termasuk sebaik-baik manusia adalah orang yang mau belajar Al-Qur’an dan mau memgajarkannya.
Kemudahan dalam Mempelajari Isi Kandungan Kitab Suci Al-Qur’an
Kitab suci Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mudah dipelajari baik dari sisi bacaannya, yang telah diuraikan di atas, tentunya bagi yang mau mempelajari dan membacanya. Kemudian kitab suci Al-Qur’an juga merupakan kitab yang mudah dipelajari isi kandungannya, bagi orang yang bersungguh-sungguh mempelajarinya secara istiqamah. Kemudahan mempelajari isi kandungan Al-Qur’an merupakan jaminan yang diberikan langsung oleh Allah Subhanahu wata’ala, hanya saja dikembalikan kepada masing-masing umat Islam.
Siapa yang bersungguh-sungguh mempelajarinya, maka akan menemukan kemudahan-kemudahan tersebut, apalagi saat ini kitab suci Al-Qur’an sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, bahkan banyak juga para ulama Islam Indonesia yang menulis tafsir Al-Qur’an, baik dalam bahasa Arab, seperti Syekh Nawawi Al-Bantani menulis tafsir dengan judul “At-Tafsiir Al-Muniir Limu’aalim At-Tanziil – Maraah Labiib, Prof. Mahmud Yunus “Tafsir Qur’an Karim, Buya Hamka “Tafsir Al-Azhar, Prof M Quraish Shihab “Tafsir Al-Mishbah”. Demikian pula sudah banyak tafsir Al-Qur’an yang awalnya berbahasa Arab, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indoensia, hal ini tentunya memberikan kemudahan bagi umat Islam yang bersungguh-sungguh ingin mempelajari isi kandungan Al-Qur’an.
Ada beberapa tahapan untuk memulai mempelajari isi kandungan Al-Qur’an, agar kita benar-benar memahami dengan baik isi kandungan Al-Qur’an, yaitu:
- Belajar secara mandiri atau otodidak
Belajar mandiri mempelajari isi kandungan Al-Qur’an adalah sebuah upaya memahami isi kandungan Al-Qur’an dengan menggunakan terjemah Al-Qur’an, menggunakan konsep “Bacalah kitab suci Al-Qur’an satu dua ayat berikut terjemahnya”, ketika menjelang tidur, usahakan secara istiqamah. Kemudian disalin ke dalam buku besar, baik ayatnya maupun terjemahnya supaya membekas dalam pikiran dan hati. Ketika menemukan ada ayat yang agak sulit dipahami, maka tanyakan langsung kepada ulama ahli tafsir, baik secara langsung maupun lewat telpon untuk memndapatkan penjelasan yang lebih rinci.
Secara umum kitab suci Al-Qur’an dapat dipahami dengan mudah melalui terjemahnya, apalagi yang disertai dengan tafsirnya akan lebih mudah lagi. Mulailah pelajari kitab suci Al-Qur’an dari surah Al-Fatihah sebagai dasar atau pondasi utama kehidupan manusia, karena dalam surah Al-Fatihah terkandung ajaran kehidupan yang sangat lengkap dan universal. Dimulai dari basmalah, bahkan sesuai dengan aturan tata cara membaca Al-Qur’an, walaupun al-Isti’adzah tidak tertulis dalam mushhaf surah Al-Fatihah, akan tetapi dari sisi etika membeca Al-Qur’an sebelum membaca basmalah diperintahkan membaca al-Isti’azdah atau ta’awudz. Di mana inti sari al-Isti’adzah atau ta’awudz adalah permohonan perlindungan kepada Allah Subhanahu wata’ala dari godaan setan yang terkutuk, yang inti ajarannya bukan sekedar meminta perlindungan dalam ucapan lisan saja, akan tetapi terkait dengan keimanan atau akidah tauhid yang lurus.
Intisari dari basmalah adalah mencontoh sifat kasing sayang Allah Subhanahu wata’ala, hamdalah – banyak bersyukur kepada Allah Subhanahu wata’ala. Termasuk perintah bekerjasama membangun persatuan dan kebersamaan pada ayat lima, permohonan diberikan petunjuk menuju jalan yang lurus, serta terkait orang-orang yang telah diberi nikmah oleh Allah Subhanahu wata’ala pada ayat ketujuh, yang ditafsirkan pada surah An-Nisa’/4 ayat 69, yaitu para nabi dan rasul, shiddiqin, syuhada’ dan shalihin.
Kemudian setelah selesai mempelajari isi kandungan surah Al-Fatihah, dilanjutkan mempelajari isi kandungan surah Al-Baqarah, demikian seterusnya sampai surah An-Nas. Bilamana mempelajarinya secara istiqamah, bisa mengkhatamkan membaca Al-Qur’an dan terjemahnya kurang lebih dua atau tiga tahun, tentunya sangat luar biasa mendapatkan wawasan ilmu pengetahuan yang sangat luas, karena intinya bahwa seluruh rangkaian kehidupan yang ditempuh manusia, semua sudah tercatat dalam kitab suci Al-Qur’an. Bahkan akan menemukan fenomena alam Indonesia yang sangat mengagumkan, karena ketika Al-Qur’an berbicara ayat-ayat kauniyah, walaupun Al-Qur’an itu diturunkan di Mekah dan Madinah, maka secara kauniyah akan ditemukan lebih dari 70 % terdapat di Indonesia.
- Belajar langsung kepada para ahli tafsir Al-Qur’an
Di samping belajar mandiri atau otodidak, maka sangat dianjurkan mempelajari isi kandungan Al-Qur’an belajar langsung kepada para ulama ahli Al-Qur’an, agar supaya mendapatkan wawasan yang lebih dalam dan pemahaman yang lebih lurus. Apakah metode yang disampaikan itu dengan metode tafsir tahlili atau tafsir tematik, itu tidak menjadi masalah, apalagi kalau memakai kedua metode tersebut, secara silang atau bergantian.
Tafsir tahlili berarti mempelajari isi kandungan Al-Qur’an secara runut mulai dari surah Al-Fatihah, dilanjutkan surah Al-Baqarah, surah Ali ‘Imran, surah An-Nisa’ dan seterusnya. Tafsir tematik berarti mempelajari isi kandungan Al-Qur’an melalui tema-tema khusus, khususnya tema-tema terkait dengan kepribadian orang-orang beriman, orang-orang bertakwa, karakter para nabi dan rasul dan seterusnya.
Kemudahan dalam Mengamalkan Isi Kandungan Kitab Suci Al-Qur’an
Proses berikutnya setelah memahami kemudahan dalam membaca Al-Qur’an dan kemudahan dalam memahami isi kandungan Al-Qur’an, berikutnya adalah kemudahan dalam mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an. Di mana pola mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an, merupakan pola kehidupan mencontoh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, yaitu laksana Al-Qur’an berjalan di muka bumi.
Adalah beberapa landasan utama mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an dalam menempuh kehidupan, yang secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu pertama, membangun hubungan baik dengan Allah Subhanahu wata’ala dan kedua membangun hubungan baik dengan sesama manusia. Dalam hal ini disederhanakan dengan konsep “Sho Dzi BA Sho Amah”, di mana “Sho Dzi BA Sho membangun hubungan baik dengan Allah Subhanahu wata’ala (Sholat Dzikir Baca Al-Qur’an dan Shodaqah) dan Amah membangun hubungan baik dengan sesama manusia (Amah adalah akhlaqul karimah – budi pekerti yang baik dan luhur).
Baca Juga: Pengantar Ulumul Qur’an
Landasan utama konsep di atas, bisa ditemukan pada informasi kitab suci Al-Qur’an dan sunnah baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Di antaranya adalah pada firman Allah Subhanahu wata’ala:
Surah Al-Baqarah/2 ayat 83
…لَا تَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَانٗا وَذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنٗا وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلٗا مِّنكُمۡ وَأَنتُم مُّعۡرِضُونَ
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Q. S. Al-Baqarah/2: 83).
Surah An-Nisa’/4 ayat 36,
وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡٔٗاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا وَبِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡجَارِ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡجَارِ ٱلۡجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخۡتَالٗا فَخُورًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (Q. S. An-Nisa’/4: 36).
Secara garis besar berdasarkan informasi, petunjuk dan tuntunan surah Al-Baqarah/2 ayat 83 dan surah An-Nisa’/4 ayat 36, maka mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an pertama adalah terkait dengan ibadah kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan konsep harian kita “Sho Dzi BA Sho – Sholat Dzikir Baca Al-Qur’an dan Shodaqah”. Serta dalam membentuk “Amah – akhlak yang baik lagi mulia”, dengan berbuat baik kepada kedua orang tua, saudara dekat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, dan teman-teman sejawat.
Baca Juga: Peranan Wahyu Pertama dan Terakhir dalam Kehidupan Umat Islam
Inilah langkah awal dalam memahami Belajar Al-Qur’an itu Mudah – mudah membacanya, mudah mempelajari isi kandungannya dan mudah mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis: Dr. H. Otong Surasman, MA., Dosen Ilmu dan Tafsir Al-Qur’an di Pascasarjana PTIQ Jakarta.