sumber foto: https://konsultasisyariah.com/wp-content/uploads/2015/06/tarawih-cepat.jpg

Oleh: Silmi Adawiyah*

Shalat tarawih disunahkan oleh Nabi Muhammad dan boleh dilakukan sendiri, namun lebih utama lagi jika dilakukan berjamaah. Begitulah yang dijelaskan dalam kitab Syarh Wadzhaif Ramadlan. Mengenai jumlah rakaat dalam shalat tarawih, Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa sah-sah saja melaksanakan shalat tarawih 20 rakaat seperti yang masyhur dalam madzhab Ahmad dan Syafi’i. Boleh pula melaksanakan shalat tarawih sebanyak 36 rakaat sebagaimana pendapat Imam Malik. Boleh pula melaksanakan shalat tarawih dengan 11 rakaat atau 13 rakaat.

Mengenai shalat tarawih ini, ada yg menikmatinya dengan lantunan ayat dengan tartil dan ada juga juga yang cepat namun juga khidmat, serta tetap melaksanakan rukun shalat dan tidak melakukan  apa yang dapat membatalkan shalat. Yang membedakan diantara keduanya adalah bacaan ayat setelah al Fatihah dan kadar thumaninah.

Membaca surat al Fatihah merupakan rukun dalam shalat. Tidak boleh ditinggalkan atau digantikan dengan bacaan surat lain. Dalam hadits dijelaskan:

لا صَلاَة إِلاَّ بِفَاتِحَة الكِتابِ

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tidak shalat kecuali dengan surah al Fatihah” (HR. Bukhari & Muslim)

Dalam membaca surat al Fatihah dibutuhkan kemahiran dalam melantunkannya dan ketepatan makharijul hurufnya, sehingga semua bacaan benar dan sah shalatmya. Boleh saja diwashalkan semuanya dalam satu tariakan nafas, asalkan membacanya benar sesuai panduan ilmu tajwid dan tidak merubah makna. Batas kecepatannya adalah tidak boleh melanggar tasydid dan maad pada surat al Fatihah. Karena bila berubah kesempurnaan al Fatihah, maka shalatnya tidak sah.

Mengenai perintah thumaninah disebutkan dalam hadits ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada orang untuk mengulangi shalatnya.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَرَدَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – عَلَيْهِ السَّلاَمَ فَقَالَ « ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ » فَصَلَّى ، ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ « ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ » . ثَلاَثًا . فَقَالَ وَالَّذِى بَعَثَكَ بِالْحَقِّ فَمَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِى . قَالَ « إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ، ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِى صَلاَتِكَ كُلِّهَا »

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika masuk masjid, maka masuklah seseorang lalu ia melaksanakan shalat. Setelah itu, ia datang dan memberi salam pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau menjawab salamnya. Beliau berkata, “Ulangilah shalatmu karena sesungguhnya engkau tidaklah shalat.” Lalu ia pun shalat dan datang lalu memberi salam pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tetap berkata yang sama seperti sebelumnya, “Ulangilah shalatmu karena sesungguhnya engkau tidaklah shalat.Sampai diulangi hingga tiga kali. Orang yang jelek shalatnya tersebut berkata,Demi yang mengutusmu membawa kebenaran, aku tidak bisa melakukan shalat sebaik dari itu. Makanya ajarilah aku!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengajarinya dan bersabda, “Jika engkau hendak shalat, maka bertakbirlah. Kemudian bacalah ayat Al Qur’an yang mudah bagimu. Lalu ruku’lah dan sertai thuma’ninah ketika ruku’. Lalu bangkitlah dan beri’tidallah sambil berdiri. Kemudian sujudlah sertai thuma’ninah ketika sujud. Kemudian bangkitlah dan duduk antara dua sujud sambil thuma’ninah. Kemudian sujud kembali sambil disertai thuma’ninah ketika sujud. Lakukan seperti itu dalam setiap shalatmu.” (HR. Bukhari no. 793 dan Muslim no. 397).

Thumaniah adalah berhenti sejenak setelah bergerak, lamanya sekadar membaca tasbih (subhanallah). Kira-kira 1 detik atau tidak sampai 1 detik. Thumaniah wajib dilakukan dalam setiap gerakan rukun shalat. Karena tidak sah bagi yang tidak thuma’niah dalam shalatnya. Adapun dengan bacaan rukuk, itidal dan duduk diantara dua sujud adalah sunah. Hendaknya shalat tarawih dengan cepat sangat mencukupi untuk membacanya. Tidak meninggalkannya begitu saja.

Shalat tarawih yang dilakukan dengan cepat dengan tidak meninggalkan satupun dari syarat dan rukun shalat adalah sah. Adapun yang sering menjadi kelalaian dalam shalat yang cepat adalah kurang benarnya bacaan surat al Fatihah dan thuma’ninah. Keduanya merupakan rukun shalat, dan tidak sah shalatnya jika meninggalkan keduanya. Sehingga, shalat tarawih yang cepat dan tetap dalam aturannya dibolehkan untuk kita ikuti.

Semoga bermanfaat.


*Alumnus Unhasy Tebuireng dan PP Putri Walisongo Cukir Diwek Jombang dan kini menempuh pendidikan pascapascasa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.