Sumber foto: https://www.vebma.com/foto/10-ilustrasi-sindiran-buat-kamu/10570

Oleh: Rofiqotul Anisa*

Setiap orang tentu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Sejatinya pembentukan karakter sudah dimulai sejak dini supaya terbentuk pribadi yang baik dan berakhlak.  Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut.  Beberapa faktor dari yang paling dekat, yaitu faktor keluarga yang sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup seseorang, baik itu dalam bidang mendidik, membina, ataupun mengawasi.

Kedua, faktor lingkungan yang memengaruhi gerak kebiasaan seseorang.  Jika lingkungannya agamis, maka secara spontan kepribadian seseorang termotivasi akan ikut agamis pula. Sebaliknya jika lingkungan itu terbentuk dari berbagai elemen negatif, misal jauh dari agama, moral, dan etika, bisa jadi orang-orang di dalamnya terpengaruh dengan iklim itu.

Ketiga, faktor teman. Faktor ini juga cukup memperngaruhi seseorang. Teman ini bisa merupakan seseorang yang dekat ketika di luar waktu bersama keluarga.  Teman sangat memengaruhi sifat seseorang. Seorang anak yang dalam pergaulannya mengikuti pola hidup temannya seperti yang kita lihat di perkotaan, di mana teman begitu menjadi penentu kepribadian, sikap, dan prilaku. Teman juga bisa menentukan kelompok mana yang ia pilih untuk menjadi tempatnya menunjukkan eksistensi.

Tentunya, berteman adalah hak setiap individu. Boleh berteman dengan siapa saja asalkan tetap membatasi diri dan memilah-memilih. Keluarga tentu harus beperan aktif dalam menanggulangi pergaulan anggota keluarganya, khususnya anak-anak, karena mereka rentan mengikuti pola kehidupan teman di lingkungannya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Memang hakikat manusia itu tidak pernah luput dari salah dan lupa, sehingga dalam hidup itu kita harus pandai-pandai mengontrol diri supaya tidak terjerumus ke jalan yang salah.  Istilah memilah atau memilih teman itu bukan fokus pada personalanya,  tetapi personalitinya atau sikapnya.  Maka dari itu, dalam Islam begitu pentingnya bermuhasabah diri atau introspeksi diri setiap hari bahkan setiap saat jika perlu.

Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin juz 4 halaman 346, dalam pembahasan muroqobah wal muhasabah (introspeksi diri dan mawas diri),  Imam Al- Ghazali berkata, “Maka barang siapa yang mengoreksi dirinya sendiri sebelum dikoreksi (dihisab)  maka di hari kiamat akan ringan hisabnya dan di waktu pertanyaan akan datang jawabannya dan bagus tempat kembalinya. Dan barang siapa yang tidak mengoreksi dirinya sendiri maka ia akan berhenti lama di pelataran kiamat dan amal buruknya akan menuntunnya kepada kehinaan dan murka Allah. “

Marilah sebagai umat muslim untuk selalu berhati-hati dalam bertingkah, selalu bermuhasabah supaya dapat mengoreksi diri dari perbuatan-perbuatan buruk yang telah dilakukan untuk ditata kembali menjadi lebih baik lagi,  supaya tidak menyesal di kemudian hari.

Introspeksi diri ini tidak hanya untuk diri sendiri juga berlaku untuk keluarga, karena dalam Al Quran kita diperintahkan untuk terlebih dahulu melindungi diri kita, lalu ahli (keluarga) kita dari neraka.  Semoga kita selalu dijadikan oleh Allah sebagai hamba-hambanya yang terus melakukan muhasabah dan muraqabah agar menjadi manusia yang terus bertambah kebaikannya. Amin ya rabbal alamin. Wallahu a’lam bishshawab.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng