sumber foto: www.suara.com
sumber foto: www.suara.com

Oleh: Ustadz Zaenal Karomi*

Pertanyaan:

Assalamualaikum Ustadz. Mau tanya saya kemarin pergi ke pasar tiba tiba ada seekor anjing menjilat celana panjang saya. Bagaimana cara mensucikan najis yang ada pada celana saya itu?

Kanjeng Romo, Semarang.

Jawaban:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Wa’alaikumsalam Wr Wb., Mas Kanjeng Romo di Semarang. Menurut ulama madzhab Syafi’i dan Hanbali bahwa merekan menilai anjing tergolong najis mugholladzoh (najis yang berat) yang mengakibatkan najis tidak hanya sebatas air liurnya saja tapi mencakup juga keringatnya dan setiap anggota tubuhnya. Namun, berbeda dengan ulama Madzhab Maliki yang menganggap yang najis hanya liurnya saja, sehingga apabila misalkan hanya terkena kulit saja maka tidak diharuskan mandi atau membasuh 7 basuhan. Dan tata cara meghilangkan najisnya pun disyaratkan memakai debu satu diantara tujuh kali basuhan.

Jilatan anjing dibasuh tujuh kali salah satunya dengan debu. Keringatnya dan seluruh anggota tubuhnya hukumnya seperti air liurnya. Sebagaimana keterangan dalam kitab Fikih Islami wa Adillatuhu karya Syaikh Wahbah Zuhaili Allahu yarham juz 1 halaman 288, yang berbunyi sebagai berikut:

وقال الشافعية والحنابلة: ما نجس بملاقاة شيء ( من لعاب أو بول، وسائر الرطوبات، والأجزاء الجافة إذا لاقت رطباً) من كلب أو خنزير، وما تولد منهما، أو من أحدهما من حيوان طاهر، يغسل سبع مرات إحداهن بالتراب الطاهر، ولو غبار رمل، لقوله صلّى الله عليه وسلم : «يغسل الإناء إذا ولغ فيه الكلب سبع مرات، أولاهن أو أخراهن بالتراب» وفي حديث عبد الله بن المغفل: «إذا ولغ الكلب في الإناء، فاغسلوه سبع مرات، وعفروه الثامنة بالتراب» .

Dalam kitan tersebut menerangkan bahwa dalam madzhab Syafi’i dan Hanbali, mempunya pendapat jika sesuatu terkena bagian dari anjing dan babi, misalkan kencingnya, tainya, liurnya, atau anggota badan yang kering pun harus dibasuh 7 basuhan, salahsatunya dengan debu. Dua jenis hewan itu juga termasuk yang dilahirkan dari keduanya, atau dari persilangan dengan hewan lain, hukumnya sama.

Dalam redaksi lain di kitab Syarh al Kabiir karya Imam ar Rofi’i Allahu yarham juz 1 halaman 260, disebutkan:

وَخَصَّ الْمَالِكِيَّةُ الْغَسْل سَبْعًا بِمَا إِذَا وَلَغَ الْكَلْبُ فِي إِنَاءٍ فِيهِ مَاءٌ فَقَطْ ، وَلاَ يُشْتَرَطُ التَّتْرِيبُ عِنْدَهُمْ ، وَأَمَّا إِذَا أَدْخَل الْكَلْبُ رِجْلَهُ أَوْ لِسَانَهُ بِلاَ تَحْرِيكٍ فِي الإِْنَاءِ ، أَوْ كَانَ الإِنَاءُ فَارِغًا وَلَعِقَهُ الْكَلْبُ فَلاَ يُسْتَحَبُّ غَسْلُهُ عِنْدَهُمْ ، وَالْحُكْمُ بِالْغَسْل سَبْعًا تَعَبُّدِيٌّ عِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ وَذَلِكَ لأَنَّهُمْ يَقُولُونَ بِطَهَارَةِ الْكَلْبِ .وَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ إِلَى أَنَّ الْمُتَنَجِّسَ بِرِيقِ الْكَلْبِ كَالْمُتَنَجِّسِ بِغَيْرِهِ مِنَ النَّجَاسَاتِ ؛ وَذَلِكَ لأَِنَّ الْكَلْبَ عِنْدَهُمْ لَيْسَ بِنَجَسِ الْعَيْنِ بَل نَجَاسَتُهُ بِنَجَاسَةِ لَحْمِهِ وَدَمِهِ ، وَأَمَّا شَعْرُهُ فَطَاهِرٌ .

Dalam redaksi kitab di atas disebutkan bahwa menurut kalangan Malikiyyah anjing hidup hukumnya suci yang mengakibatkan najis pada anjing tertentu pada air liurnya saja, Sedangkan menurut Hanafiyah najis anjing sama dengan najis akibat yang lain tidak disyaratkan dibasuh tujuh kali dan menghilangkan najisnya dengan debu menurut mereka hanya sunah.

Di Indonesia yang mayoritas menganut Madzhab Syafi’i tentunya menggunakan pendapat yang ada dalam madzhab tersebut, yaitu seluruh bagian dari anjing dan babi adalah najis mugholadzoh, najis berat, sehingga harus membasuhnya 7 basuhan salah satunya dengan debu. Kalau celana yang terkena maka celana yang harus dibasuh. Begitu juga jika yang terkena adalah kulit, baju, sepatu, atau bahkan rambut, harus dibasuh 7 kali satu kalinya dengan debu.

Demikian jawabna kami atas pertanyaan yang diajukan Bapak Kanjeng Romo. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng dan penggerak Bahtsul Masail di Tebuireng