ilustrasi bekerja mencari nafkah

Salah satu kitab yang menerangkan secara komprehnsif mengenai seluk-beluk pernikahan adalah Qurratul ‘Uyun. Kitab karangan Syaikh Muhammad Al-Tihaimi Al-Idrisi Al-Husaini AL-Fasi ini menerangkannya dengan detail mulai dari waktu yang baik untuk melakukan akad, walimah, adab bersenggama, kegiatan selama kehamilan, serta keutamaan-keutamaan menikah. Banyak hal seputar itu dijabarkan oleh pengarang, dilengkapi dengan dalil hadis, Al-Qur’an, atau hikmah para sahabat dan ulama.

Salah satu bab yang disinggung oleh beliau adalah tentang keutamaan seorang suami mencari nafkah untuk keluarganya. Beberapa hadis yang ia kemukakan antara lain:

Keutamaan Menyayangi Keluarga

إنَّ من الذنوب ذنوبًا لا يكفِّرها الصوم, ولا الصلاة, ولا الصدقة, ولكن يُكفِّرها السعي على العيال[1]

Beberapa dosa mungkin tidak tertebus hanya dengan puasa, shalat, dan sedekah. Tapi bisa tertebus dengan longgar kepada keluarga.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Hadis lain dengan makna serupa;

إن من الذنوب ذنوبًا لا يكفِّرها الصلاة ولا الصيام ولا الحج ولا العمرة، قالوا: فما يكفِّرها يا رسول الله؟ قال: الهمومُ في طلب المعيشة

Beberapa dosa mungkin tidak tertebus hanya dengan sholat, puasa, haji, dan umrah. Kata sahabat, “lalu apa yang bisa menebusnya Rasul?”. Jawab Nabi, “Bersungguh dalam mencari nafkah.”

Gus Baha’ memaknai “longgar” terhadap keluarga/anak adalah dengan tidak terlalu mengekang anak. Selagi masih kecil biarkan mereka bermain, menonton tv, njajan. Supaya anak-anak punya jasa indah dari orang tuanya. Jangan sampai anak-anak nyaman dengan orang-orang yang tidak shalat. Karena mungkin orang tuanya banyak melarangnya.

Keutamaan Nafkah

عن ثوبان – رضي الله عنه- مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: قَالَ رسولُ اللَّه -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم-: «َأفضل دينار ينُفِقُهُ الرجل: دينار ينفقه على عياله، ودينار ينفقه على دَابَّتِهِ في سبيل الله، ودينار ينفقه على أصحابه في سبيل الله».

Dari Tsauban, Rasul berkata, “Harta yang paling baik dari seorang lelaki, pertama untuk keluarganya, kedua untuk hewan yang digunakan sabilillah, ketiga untuk orang yang sabilillah.”

قالَ أبو قِلابَةَ: وبَدَأَ بالعِيالِ، ثُمَّ قالَ أبو قِلابَةَ: وأَيُّ رَجُلٍ أعْظَمُ أجْرًا مِن رَجُلٍ يُنْفِقُ علَى عِيالٍ صِغارٍ، يُعِفُّهُمْ، أوْ يَنْفَعُهُمُ اللَّهُ به، ويُغْنِيهِمْ

Imam Abu Qilabah ra. berkata: “Dahulukanlah nafkah untuk keluarga yang menjadi tanggunganmu, sebab orang yang besar pahalanya ialah orang yang memberi nafkah keluarganya yang masih kecil-­kecil dan memeliharanya dengan baik. Atau dengan sebab nafkah itu, Allah Swt. memberikan manfaat kepada mereka dan mencukupkannya.”

وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  : اِذَابَاتَ أَحَدُ كُمْ مَغْمُوْمًا مَهْمُوْمًا مِنْ سَبَبِ الْعِيَالِ كَانَ أَفْضَلَ عِنْدَاللَّهِ مِنْ أَلْفِ ضَرْبَةٍ بِالسَّيْفِ فِى سَبِيْلِ اللَّهِ عَزَّوَجَلَّ.

Rasulullah Saw. bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian semalam suntuk dalam keadaan susah dan prihatin karena memikirkan keluarganya (sebab rizki yang sangat sempit), maka yang demikian itu bagi Allah Swt. lebih utama dari pada seribu kali sabetan pedang di medan perang demi menegakkan agama Allah.”

Pencari nafkah dekat dengan Rasul di surga nanti

من عالَ ابنتيْنِ ، أو ثلاثَ بناتٍ ، أو أختيْنِ أو ثلاثَ أخواتٍ ، حتى يَمُتْنَ و في روايةٍ : يَبِنَّ ، وفي أخرى يبلُغْنَ أو يموتُ عنهن كنتُ أناو هوَ كهاتيْنِ ، وأشار بإصبعيْهِ السبابةَ و الوسطى

Nabi Saw. bersabda: “Barang siapa memberikan nafkah kepada dua atau tiga anak wanitanya, atau memberi nafkah kepada dua atau tiga orang saudara wanitanya, maka antara (atau dia sudah mati meninggalkan mereka) saya dengan dia di dalam surga seperti ini, (beliau memberi isyarat dengan jari­-jari beliau, yaitu telunjuk dan jari tengah).”

Bercengkrama dengan Keluarga Lebih baik dari Iktikaf

عن أنس :قُلتُ : يا رَسولَ اللّهِ ، الجُلوسُ مَعَ العِيالِ أفضَلُ ، أمِ الجُلوسُ فِي المَسجِدِ ؟ قالَ: الجُلوسُ ساعَةً عِندَ العِيالِ أحَبُّ إلَيَّ مِنَ الاِعتِكافِ في مَسجِدي هذا قُلتُ : يا رَسولَ اللّهِ ، النَّفَقَةُ عَلَى العِيالِ أحَبُّ إلَيكَ ، أمِ النَّفَقَةُ في سَبيلِ اللّهِ ؟ قالَ : دِرهَمٌ يُنفِقُهُ الرَّجُلُ عَلَى العِيالِ أحَبُّ إلَيَّ مِن ألفِ دينارٍ يُنفِقُهُ في سَبيلِ اللّهِ

sahabat Anas ra. ia berkata: “Saya bertanya, Ya Rasulallah, mana yang lebih utama, bercengkrama (bercakap­cakap) bersama keluarga atau duduk­duduk didalam masjid?” Rasulullah Saw. menjawab, “Bercengkrama satu jam bersama keluarga itu lebih aku senangi, dari pada i’tikaf di dalam masjidku ini.” Anas bertanya lagi, ya Rasulallah, apakah memberi nafkah keluarga itu lebih engkau senangi dari pada memberi nafkah untuk sabilillah?” Beliau menjawab, “Satu keping dirham yang dinafkahkan kepada keluarganya itu lebih aku senangi dari pada seribu keping dinar yang dinafkahkan demi sabilillah.”

Dari keterangan hadis di atas, semoga bisa memberikan tambahan ilmu dan semangat bagi para pencari nafkah, karena begitu banyak keutamaan yang akan ia dapatkan.


[1] Beberapa ulama’ mengatakan hadis ini Maudhu’ (palsu), karena tidak ada sumber primer yang menyebutkan.


*Ditulis oleh Yuniar Indra, Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari