Cak Nun dan Gus Sholah dalam acara Ngaji Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng di PT Petrokimia Gresik pada Jumat (22/12/2017). (Foto: Amin Zen)

Tebuireng.online– Melihat berbagai persoalan yang sedang bergejolak di Indonesia, Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah memberikan penjelasan tegas menganai toleran dan intoleransi di dalam Islam.

Hal itu disampaikan ketika Gus Sholah didapuk menjadi narasumber “Ngaji Bareng” bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng di PT Petrokimia Gresik, Jumat (22/12/207). Dalam penyampaiannya, Gus Sholah memperjelas sejarah toleransi agama Yahudi, Nasrani, dan Islam dalam perjanjian Madinah.

“Mari bersama kita kuak kembali sejarah terdahulu, tepatnya pada peristiwa Perjanjian Madinah. Pada perjanjian ini, berisi kesepakatan antara (umat Islam) dengan umat Nasrani, dengan umat Yahudi, dan orang-orang yang belum bertuhan alias mereka yang masih menyembah berhala. Sebuah kesepakatan untuk saling menghormati, saling membantu, hingga jaminan keamanan orang muslim dan non-muslim, baik berupa keamanan hartanya, jiwanya, maupun keamanan dalam menjalankan ibadahnya,” ungkap adik KH Abdurrahman Wahid ini.

Menurut beliau, di dalam Al Quran juga banyak dijelaskan ayat-ayat yang menjelaskan tentang toleransi. “Lanaa a’maluna wa lakum a’malukum (bagi kita amal perbuatan kita, bagi kalian amal perbuatan kalian). Islam adalah agama yang toleran. Islam bukanlah teroris,” imbuh kiai pegiat literasi ini.

Selanjutnya, Gus Sholah menjelaskan, dalam perjanjian Illiyah (nama lain Yerussalem) Sayyidina Umar bin Khattab juga menyatakan bahwa umat Nasrani atau umat Kristiani dijamin kemananan nyawanya, hartanya, dan ibadahnya. Semua hal yang menyangkut kehidupan mereka dijamin keamanannya oleh Khalifah Umar.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Mari kita sadari bahwa yang membuat kesepakatan dan keadaan seperti ini adalah Islam. Hal ini sudah menunjukkan bahwa Islam itu toleran,” ungkapnya. Tetapi, tidak di agama lain, lanjutnya, bahwa sikap toleran yang telah diberikan Islam kepada agama lain, tidak diberikan oleh agama lain terhadap Islam.

“Islam pernah memerintah Eropa selama 700 tahun. (Pada) 1492 Islam kalah di Spanyol ya. Di Andalusia kalah. Maka umat Islam (dan) umat Yahudi disuruh memilih, masuk Kristen atau pergi dari Spanyol. Mereka (yang) tidak mau masuk Kristen diusir,” imbuh Cucu Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari ini.

Atas pilihannya tersebut, umat Muslim dan Yahudi diusir dari Andalusia oleh umat Kristen dan berpindah ke negara Maroko. Oleh karena itu, di negara itu (tepatnya di kota Fas) terdapat wilayah yang tinggal di dalamnya umat Yahudi sejak tahun 1492 hingga sekarang ini selama 600 tahun lebih.

“Bisa kita lihat dari sini, bahwasanya sikap toleran agama Islam dijawab dengan (umat) Kristen dengan sikap yang tidak toleran,” terang Gus Sholah setelah memberikan penjelasan yang panjang secara detail.

Ada juga sebuah peristiwa di Turki, tambah Gus Sholah, yang salah satu pemimpinnya pada saat itu, sempat memiliki keinginan untuk membalas perbuatan kaum Yahudi tersebut dengan mengusir kaum Nasrani dan kaum Yahudi dari Turki.

“Tapi apa yang terjadi? Para ulama di Turki mengatakan pada pemimpin di Turki, bahwasanya berbuat demikian bukanlah perintah dari Nabi Muhammad. Karena Nabi Muhammad telah mencontohkan kepada kita harus menghormati umat agama lain,” sahut Gus Sholah.

“Lalu yang menjadi pertanyaan yang toleran itu, Islam atau agama lain? Islam. Lah kok sekarang Islam dituduh teroris? Islam bukan teroris. Memang ada teroris Islam yang tidak mengerti agama Islam,” imbuh kiai kharismatik ini.

Beliau menegaskan bahwa di dalam Islam tidak ada konsep terorisme. “Di dalam Surat al Maidah ayat 32 dijelaskan bahwa barang siapa yang membunuh seseorang, agamanya apapun juga, tanpa sebuah alasan yang kuat, maka seperti membunuh seluruh umat manusia,” terang beliau mengutip ayat Al Quran.

Menanggapi tuduhan terorisme terhadap Islam, Gus Sholah menegaskan bahwasanya di dalam Islam tidak ada perintah untuk saling bunuh-membunuh dan saling memusuhi dengan yang lain.

Di Indonesia sudah terdapat kelompok-kelompok yang seperti ini. Maka Gus Sholah berpesan kepada para orang tua untuk memperhatikan putra-putrinya baik mereka yang di jenjang SMA maupun yang baru masuk kuliah.

“Supaya mereka paham dengan Islam yang sesungguhnya, supaya bisa paham Islam yang sesungguhnya, Islam yang ada di Indonesia, Islam yang mengajarkan rahmatan lil ‘alamin. Itulah cara kita mensyukuri nikmat sebagai Bangsa Indonesia,” pungkas Gus Sholah.


Pewarta:  Fitrianti Mariam Hakim

Editor:     Rif’atuz Zuhro

Publisher: M. Abror Rosyidin