KH. Salahuddin Wahid saat menyampaikan sambutan dalam acara Nobar Film Dokumenter Jejak Juang Sang Rais Akbar Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari di Aula lantai 3 Gedung KH. M. Yusuf Hasyim pada Sabtu (04/11/2017). (Foto: Kopi Ireng)

Tebuireng.online— Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang, Dr. (HC). Ir. KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) memberikan tanggapan terkait aksi penolakan ustadz saat bercermah yang saat ini marak diperbincangkan di tengah masyarakat. Khususnya persoalan pembatalan ceramah Ustadz Bachtiar Nasir yang urung digelar di Kabupaten Garut dan ceramah Ustadz Felix Siauw di Bangil Pasuruan.

Seperti yang dilansir dari Republika.co.id yang diunggah pada 10 November 2017, bahwa Gus Sholah menyarankan adanya pertimbangan yang matang sebelum melakukan penolakan terhadap sesuatu, yakni dengan alasan yang terbaik. “Sekarang penolakan seorang ustadz ketika berceramah sudah tidak radikal,” ujar beliau pada Republika.co.id.

Aksi penolakan akan hadirnya Ustadz Bachtiar Nasir itu dilakukan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Garut. Hal itu dikarenakan, Bachtiar Nasir dianggap sosok yang bersikap setengah-setengah terhadap teroris yang menyeret nama Islam.

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Garut sendiri menyampaikan surat keberatan terhadap rencana dakwah Ustadz Bachtiar Nasir dan KH Ahmad Shabri Lubis. Wakil Sekertaris PCNU Garut Aceng Hilman menuding, acara dakwah Bachtiar mengandung niat terselubung, sehingga, apabila rencana dakwah benar-benar ingin digelar, ia menyarankan pergantian pengisi dakwah.

Terkait hal itu Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas menilai, sebenarnya dalam berdakwah tidak ada yang menjelekkan, hanya saja perlu menjaga lisan agar menuju kebaikan dengan santun. “Para ustadz juga harus menjaga lisannya. Jangan berdakwah yang menggiring umat pada kebencian,” ujarnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Bukan melanggengkan tabligh yang mengajak mengubah bentuk negara dan mempertanyakan Pancasila. Ajaklah umat menuju kebaikan dengan santun,” pungkasnya.


Pewarta ulang:   Rif’atuz Zuhro

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin

Sumber:             Republika.co.id