Sumber foto: lenteraswaralampung.com

Oleh: Ipoel Simatoepang*

Banyak jalan yang sudah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga lain untuk mencapai Pendidikan Agama Islam yang memiliki mutu lulusan yang sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan yang ada pada kurikulum resmi dari pemerintah. Berbagai macam workshop dan pelatihan sudah dilakukan tanpa henti dengan menghadirkan guru-guru Agama Islam agar dapat mengikuti perkembangan perubahan kurikulum yang terus menerus dilakukan oleh pemerintah.

Mutu lulusan yang benar-benar menguasai kompetensi yang dipersyaratkan pada setiap jenjang, mulai pendidikan dasar sampai jenjang menengah atas. Setiap jenjang memiliki karkateristik kompetensi yang jelas untuk pencapaiannya dari segi spiritual, kognitif, afektif, dan psikomotorik. Seluruh aspek yang saling berkaitan satu sama lain mendukung pencapaian kompetensi oleh siswa secara sempurna .

Peran guru Agama Islam yang sangat luhur belum dapat dimaksimalkan dengan baik pada satuan pendidikan. Ada pandangan bahwa peran utama guru agama bagian berdoa untuk urusan-urusan sekolah yang membutuhkan doa. Peran yang sesungguhnya harus diperankan sebagai kesatuan capaian pendidkan Agama Islam pada seluruh aspek yang harus dikuasai oleh siswa belum dapat dicapai dengan sempurna.

Guru Agama Islam di Indonesia masih masuk di ring kedua bahkan ketiga, atau bahkan ring yang paling buncit. Kalau terjadi perubahan kurikulum maka prioritas utama yang terdahulu diberikan pelatihan adalah guru-guru pelajaran yang masih pada Ujian Nasional (UN), setelah itu baru masuk pelajaran umum yang lain, setelah itu baru masuk ke guru Agama Islam. Ini kenyataan yang terjadi.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Porsi buncit ini sudah terjadi berulang-ulang namun dapat dinikmati oleh guru-guru Agama Islam. Prinsip bersyukur yang tinggi  betul-betul sangat dipahaminya. Ketika tidak kebagian pelatihan pun guru Agama tidak pernah protes atau demo untuk menuntut haknya agar ada pelatihan khusus bagi mereka dalam memahami perubahan kurikulum ini karena bersyukur dengan kondisi yang ada salah satu contoh yang baik bagi anak didiknya.

Itulah kondisi yang terjadi pada Guru Agama Islam. Dengan perubahan yang begitu cepat kadang guru Agama ketinggalan atau meninggalkan perubahan yang terjadi. Perubahan yang terus membutuhkan peran lebih dari guru Agama Islam di tengah arus perubahan teknologi yang begitu pesat untuk terus dapat dipahami dan diikuti oleh guru Agama Islam.

Terjadi ketidaktuntasan pada masing-masing tingkatan lulusan yang tidak sesuai capaian pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang berakibat setiap tingkatan yang masuk ke jenjang berikutnya juga mengalami kesulitan mengikuti pelajaran Agama Islam. Dapat dilihat di bawah ini bagaimana SKL yang harus dikuasai pada jenjang tingkatan, sebagai berikut:

Bila dilihat dari SKL pelajaran Agama Islam mulai tingkat SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK sebetulnya sudah terlihat dengan jelas bagaimana harusnya capaian kompetensi yang harus dicapai pada setiap tingkatan dalam mencapai SKL (Standar Kompetensi Lulusan) seperti di bawah ini:

Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran (SKL-MP) PAI SD/MI

  1. Menyebutkan, menghafal, membaca dan mengartikan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, mulai surat Al-Fatihah sampai surat Al-‘Alaq
  2. Mengenal dan meyakini aspek-aspek rukun iman dari iman kepada Allah sampai iman kepada qadha dan qadar
  3. Berperilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari serta menghindari perilaku tercela
  4. Mengenal dan melaksanakan rukun Islam mulai dari bersuci (thaharah) sampai zakat serta mengetahui tata cara pelaksanaan ibadah haji
  5. Menceritakan kisah nabi-nabi serta mengambil teladan dari kisah tersebut dan menceritakan kisah tokoh orang-orang tercela dalam kehidupan nabi

Mencermati SKL pelajaran Agama Islam di tingkatan SD/MI di atas, sangat  jelas bagaimana capaian itu harus dicapai siswa dengan baik untuk dapat memahami dengan baik pda aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Ketika SKL dengan lima item di atas dapat dicapai dengan baik, maka prilaku siswa dapat mencerminkan kompetensi yang dicapainya dalam kehidupan sehari-hari. Guru Agama Islam yang dapat memahami dan mengimplementasikan kurikulum Agama Islam dengan baik dan benar adalah kunci utama dalam mencapai SKL SD/MI di atas. Siswa yang dapat mencapai SKL sesuai dengan standar pengajaran Agama Islam pada semua aspek untuk dapat di implementasikan pada semua kompetensi menjadi cerminan keberhasilan Pendidikan Agama Islam sebagai bekal mengikuti pelajaran Agama Islam di tingkat SMP/MTs.

Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Agama Islam SMP/MTs

  1. Menerapkan tata cara membaca Al Quran menurut tajwid, mulai dari cara membaca “Al”- Syamsiyah dan “Al”- Qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf
  2. Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman pada qadha dan qadar serta Asmaul Husna
  3. Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab, dan namimah
  4. Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan jamaah baik shalat wajib maupun shalat sunat
  5. Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para sahabat serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di nusantara

Capaian Lulusan SD/MI yang sesuai SKL menjadi bekal utama untuk dapat mengikuti pelajaran Agama Islam di tingkatan SMP/MTs. Apabila lulusan SD/MI sudah dapat menyebutkan, menghafal, membac,a dan mengartikan surat-surat pendek dalam Al Quran, mulai surat Al Fatihah sampai surat Al ‘Alaq maka ini adalah salah satu kunci keberhasilan Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk mencapai SKL di SMP/MTs. Guru PAI SMP/MTs tinggal meneruskan ilmu yang sudah dikuasai siswa lulusan SD/MI untuk mencapai SKL PAI jenjang SMP/MTs yang sudah begitu kompleks. Kenyataan yang terjadi guru PAI dan siswa sama-sama belum dapat mencapai SKL yang diharapkan di atas. Capaian SKL SMP/MTs ini menjadi kunci keberhasilan PAI di tingkat SMA/MA/SMK.

Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Agama Islam Sma/Ma/Smk/Mak

  1. Memahami ayat-ayat Al Quran yang berkaitan dengan fungsi manusia sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
  2. Meningkatkan keimanan kepada Allah sampai qadha dan qadar melalui pemahaman terhadap sifat dan Asmaul Husna
  3. Berperilaku terpuji seperti hasnuzzhan, taubat dan raja dan meninggalkan perilaku tercela seperti isyrof, tabzir dan fitnah
  4. Memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi serta menjelaskan hukum muamalah dan hukum keluarga dalam Islam
  5. Memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode Madinah serta perkembangan Islam di Indonesia dan dunia

Bila dilihat SKL jenjang SMA/MA/SMK di atas pada jenjang ini untuk aspek membaca  Al Quran sudah mencapai titik tertinggi dalam penguasaan Al Quran. Pada SKL Nomer 1,  Memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan fungsi manusia sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lulusan SMA/MA/SMK sudah dapat mengimplementasikan Al Quran dengan baik dan benar pada seluruh aspek kehidupannya. Urusan membaca Al Quran sesuai tajwid sudah harus tuntas di jenjang SD/MI sebagai dasar pengenalan bacaan Al Quran dan jenjang SMP/MTs menuntaskan standar bacaan sesuai tajwid yang benar.

Capaian SKL jenjang SMA/MA/SMK pada pelajaran Agama Islam pada setiap siswa dapat menjadi salah satu kunci perbaikan pada semua aspek di negara Indonesia ini karena semua siswa memiliki kompetensi pada SKL yang diharapkan.

Inilah keinginan luhur dalam teori yang ada pada Kurikulum sekolah-sekolah umum di Indonesia. pemerintah sudah membuat konsep Kurikulum Pendidikan Agama Islam dengan baik dan bisa dipahami oleh guru Agama Islam untuk dapat di implementasikan dengan baik di satuan Pendidikan.

Alokasi Waktu pelajaran PAI di sekolah umum yang hanya secukupnya juga menjadi kendala tersendiri dalam mencapai SKL. Lulusan SMA/MA/SMK jangankan memahami Al Quran, membaca Al Quran saja masih tidak mampu. Inilah mestinya yang harus menjadi keprihatinan di negara yang memiliki sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

Banyak yang risau ketika nilai Ujian Nasional tidak sesuai dengan harapan. Pada semua level jabatan akan dibuat pusing seribu keliling untuk menganalisa kegagalan tersebut mulai dari saling menyalahkan untuk mencari selamat masing-masing pada semua tingkatan.

Tetapi belum ada kegalauan nasional bila lulusan SMA/MA/SMK tidak dapat mencapai SKL terutama pada membaca Al Quran sebagai pedoman hidup umat Islam. Kegalauan yang harusnya menjadi pemahaman atas keterpurukan bangsa ini karena menyepelekan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang hanya dianggap tempelan saja dan hanya diberi porsi yang rendah dibanding mata pelajaran yang diujikan di Ujian Nasional (UN).

Padahal ketika terjadi kerusakan di muka bumi ini, pihak sebagai tertuduh utama adalah guru Agama Islam yang dianggap tidak dapat mengajarkan Ilmu Agama dengan baik kepada siswanya.

Pencapaian SKL mata pelajaran PAI pada semua tingkatan  jenjang sekolah bisa jadi juga adanya belenggu yang dihinghapi oleh guru-guru Agama Islam sendiri. Pola belenggu penguasaan ilmu Agama Islam yang sesuai dengan kelompok masing-masing. Belenggu saling membenarkan pendapat kelompok masing -masing yang tidak mau dilertemukan sehingga bisa menyulitkan siswa mencapai kompetensinya.

Belenggu yang saling menganggap kebenaran mutlak ada di satu kelompok sehingga saling menyalahkan antara kelompok satu dengan yang lain dan itu bisa menyulitkan siswa karena harus mengikuti guru dengan metode yang berbeda beda pula.

Akhirnya belenggu asobiyah yang semakin membesar pada guru Agama Islam dapat menjadi penghalang pencapaian SKL mata pelajaran Agama Islam yang terjadi sampai hari ini pada semua tingkatan sekolah. Generasi Islam yang tidak dapat membaca Al Quran menjadi kesuraman perjalanan negara ini pada masa yang akan datang bila tidak diselesaikan dengan menghilangkan belenggu yang sudah merasuk jiwa serta menganggap kebenaran itu hanya berasal dari satu kelompok saja.


*) Penulis adalah pengabdi untuk pendidikan