sumber gambar: www.google.com

Oleh: Umdatul Fadhilah*

Modernisasi menguasai dunia detik ini. Seperti kecanggihan teknologi yang memudahkan akses informasi hingga akses dalam transportasi. Selain kepraktisan yang menjadi tujuan, kini efisiensi dan efektivitas menjadi gebrakan dalam menunjang aktivitas di tengah kecanggihan teknologi. Hal tersebut dapat kita lihat pada kecanggihan “smartphone“. Semakin canggih “smartphone” semakin memudahkan manusia dalam menunjang kegiatan sehari-harinya.

Dimana berbagai aplikasi diciptakan tangan-tangan kreatif demi menciptakan sesuatu yang memudahkan kehidupan manusia. Salah satunya aplikasi pemesanan tiket transportasi darat, udara maupun laut, kini tinggal klik saja menunya, pembayaran dapat dilakukan lewat transfer atau sejenisnya. Demikian, berbondong-bondong manusia berlomba untuk menciptakan sesuatu. Tentu menggunakan segala kreativitasnya. Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang belum menemukan sisi kreatifitasnya?

Kalau kamu ingin kreatif, jangan menomorsatukan eksistensimu. Kalau kamu ingin menonjolkan diri, yang akan sampai adalah dirimu dan dirimu nanti akan jadi sesuatu yang memuakkan hati orang. Kalau engkau ingin kreatif, ingin diberi hidayah oleh Allah, pekerjaanmu hanya satu; beribadah. Ibadah itu mengabdi, kata Cak Nun dalam bukunya “Hidup itu Harus Pinter Ngegas dan Ngerem”. Jadi mengabdilah. Masih adakah orang-orang yang ikhlas mengabdi, melayani tanpa mengharap imbalan? InsyaAllah masih ada, mudah-mudahan.

Dalam bukunya tersebut Cak Nun atau Emha Ainun Najib juga menjelaskan lagi, pada kutipannya kalau ibadah, arahnya vertikal (ke atas). Kalau melayani, arahnya horizontal. Kalau niatnya melayani, kamu akan selalu mengapresiasi tiap orang yang kamu jumpai, dan itu melahirkan banyak sekali kreativitas-kreativtas. Nanti, dengan sendirinya bonusnya adalah eksistensi menjadi terjamin. Tapi kalau tujuanmu eksistensi, kamu malah tidak bisa memberi apa-apa pada orang lain.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Demikan seorang manusia apabila ingin menjadi manfaat untuk sekitarnya. Prioritaskan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Nyatanya hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak dari kita yang paham akan nilai pengabdian, manfaat pengabdian itu sendiri. Apalagi di dalam dunia pesantren.

Berbondong santri menginginkan barokah dalam pesantren, barokah dari para dzuriyah. Namun sedikit dari kita yang kadang-kadang menolak permintaan sang kiai. Entah secara tersirat maupun tersurat. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya santri yang berlomba-lomba meraih barokah, mengaji, menimba ilmu namun saat diminta menjadi pengurus pesantren, tidak semua santri menyanggupi. Meski demikian, masih banyak cara lain untuk bisa mengabdi sembari mencari barokah kiai.

Di mana pun tempat kita berpijak, di situlah kita mengabdi. Seperti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang mendefinisikan “Pengabdian” sebagai ‘proses’, ‘cara’, ‘perbuatan mengabdi atau mengabdikan’. Di mana berproses menjadi manusia yang lebih baik setiap detiknya. Jadi, menjadi kreatif bukan hanya dapat menciptakan sesuatu. Pengabdian pun merupakan hasil kreativitas kita dalam berproses.

Di era milineal yang segala sesuatunya mengandalkan media sosial menjadikan para insan milineal khususnya dalam setiap harianya tiada hari tanpa gagdet.  Hal tersebut tentu menjadi sebuah kebiasaan yang sudah melekat pada diri masing-masing. Tentu tak melulu negatif ketika beredar opini macam itu. Semua, tergantung pada siasat masing-masing pribadi dalam memanfaatkan gagdet tersebut.

Lewat gagdet pun telah banyak manusia yang memanfaatkannya untuk menebarkan kebaikan. Melalui media sosial seperti facebook, instagram, twitter serta website dari sentuhan jari jemari telah sampai informasi ke seluruh penjuru dunia. Tinggal bagaimana kita dalam menyaring informasi tersebut.

Selain itu, media visual online seperti youtube, juga bisa menjadi sarana dakwah santri masa kini, tentu tak melulu konten yang berbau pidato atau berbicara di depan layar, dapat pula dilakukan dengan menciptakan kreativitas seperti meng-cover lagu-lagu yang sedang naik daun dengan lirik sholawat atau yang mengajak pada kebaikan.

Dapat dilihat contohnya pada salah satu channel youtubeMasDay” salah satu santri Pondok Pesantren Tebuireng. Demikian, eksistensi atau keberadaan santri milenial dalam menerapkan berbagai cara untuk mengabdi sembari mencari barokah kiai dan mengharap rida Ilahi.

*Santri Pondok Pesantren Putri Walisongo Jombang.