Dua Puluh Tahun Pembaringan

Aku tergolek di kasur tua
Kakiku lumpuh tak bisa bergerak
Dua puluh tahun lamanya
Aku menderita sakit jiwa dan saraf
Ketika itu suhu tubuhku meninggi
Tiga hari lamanya tak kunjung reda
Kemudian badanku lemas
Tidak bisa berdiri dan berjalan
Aku digotong ke rumah sakit
Selama tiga bulan aku menghuni bangsal
Dokter perawat menghibur dan membesarkan hati
Penyakitku tidak bisa pulih
Kini hari-hari penuh kenangan
Hidup sebagai lelaki cacat
Ku goreskan pena dan kisahku mengalir
Ku tuturkan pada handai taulan


Budi Baik Teman Sekolah
Teman-teman mengulurkan tangan
Memberi bantuan beramai-ramai
Sungguh penuh perhatian
Saat diriku dirundung kemalangan
Aku bermukim di kampung
Teman-teman datang dari kota
Semua sekarang telah separuh baya
Simpati mengalir dari kawan seperjuangan
Teman kuliah menyisihkan penghasilan
Masing-masing mengumpulkan uang
Buat tabungan  hari tua
Untukku karena tidak dapat bekerja
Foto-foto kenangan semasa sekolah
Kembali dibuat dengan situasi kini
Saat aku duduk dikursi
Dengan kaki lumpuh menunggu sore

Hidup Berdua Dengan Ayah
Ayahku sudah berumur tua
Tubuhnya renta dan tenaganya menurun
Dia hanya bisa mengambil kayu bakar
Untuk memasak sehari-hari
Ayah mempersiapkan makanan untukku
Beras sumbangan dari balai desa
Serba kekurangan memang hidup kami
Sawah terjual sebagian untuk berobat
Tahun-tahun berlalu sejak aku lumpuh
Ayah mengerjakan pekerjaan dapur
Mengganti pakaian yang kotor
Mencuci bersih pakai air ledeng
Ayah tidak pernah mengeluh
Tabah menghadapi penyakitku
Sabar melaksanakan kewajiban
Hingga aku terurus dan terawat baik

Kemenakan yang Tampan dan Cantik
Hatiku terhibur di rumah
Saat kemenakan datang
Laki perempuan menggugah semangat
Aku membujang tapi bahagia
Kemenakanku yang sulung gadis
Beranjak dewasa baru masuk universitas
Dia abdikan hidupnya untuk fisioterapi
Bersama pemuda tampan idolanya
Yang laki-laki terkecil
Bangga dengan sepeda hadiah mamanya
Bermimpi tentang masa depannya
Di desa menjadi petani sederhana
Kemenakan laki-laki satunya sangat pintar
Mulai belajar naik motor dengan gagahnya
Anak kecil harapan keluarga
Penerus tahta yang akan datang


*Penulis berasal dari Bali.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online