sebuah ilustrasi: muslim-taubat

Oleh: Tabhita Aisyah Anggraini*

Di era teknologi kita tak lagi asing dengan medsos atau lebih tepatnya media sosial. Banyak sekali orang-orang yang menggunakan media sosial, bahkan media tersebut dianggap dapat mempermudah terjalinnya komunikasi satu sama lain bahkan orang asing di luar negara kita. Kehadiran media sosial membawa kabar baik bagi umat muslim, mengapa? dengan adanya media sosal dapat menjadikan sarana menebar kebaikan atau menjadi sumber ladang  kebaikan. Apabila kita mampu memanfaatkan  media sosial itu dengan baik dan benar.

Namun sebaliknya, media sosial akan menjadi berita yang buruk apabila dengan adanya media sosial ini dapat mengantarkan kita dalam keburukan dan sebagai sarana sebagai tidak diterimanya taubat, yaitu ketika media sosial tersebut menjadi ajang untuk pamer, riya’ ataupun sebagai ladang pengexposean dosa yang dilakukan, justru hal itu dapat berujung tidak diterimanya taubat.Maksud dari mengexpose dosa adalah seperti halnya hadist Rasulullah;

 حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ ، عَنِ ابْنِ أَخِي ابْنِ شِهَابٍ ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ ، عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ : سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ” كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ، فَيَقُولَ : يَا فُلَانُ، عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا. وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ “

“Setiap umatku akan diampuni kecuali mujahirin (orang yang berbuat maksiat terang-terangan). Seorang lelaki melakukan suatu maksiat di malam hari. Dan Allah tutup maksiat tersebut dari (orang-orang). Namun besoknya ia berkata: wahai Fulan, tadi malam saya melakukan ini dan itu. Di malam hari, Allah telah menutup aibnya, di pagi hari ia membuka aibnya sendiri yang telah Allah tutup.” (hadits Sahih Bukhari jilid 8, nomor 6069, halaman 20)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Adapun yang dimaksud mengekspos dosa,  itu sama  halnya kita menceritakan dosa kita kepada orang lain dengan cara kita mengumbar dosa kita melalui story di media sosial kita, dengan tujuan untuk mengajak semua orang berbuat dalam kejahatan atau keburukan. Hal itu yang menyebabkan tidak diterimanya taubat atau disebut sebagai mujahirin yaitu oang yang berbuat maksiat secara terang terangan, padahal Allah sangat baik kepada hambaNya dengan cara  menutub rapat aib seorang hamba namun seorang hamba itu sendiri yang membongkar atau mengumbarnya dengan cara mengekspos dosa yang diperbuat melalui media sosial. 

Bahkan kita juga perlu untuk berhati-hati dalam menggunakan media sosial seperti komentar yang menyakiti hati orang lain atau menjelek-jelekkan orang lain. Hal tersebut juga dapat menjadikan ladang dosa, walau kelihatanya hal itu sepele dan kecil namun hal tersebut pasti akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Segala dosa yang seharusnya dapat diampuni ketika hendak bertaubat justru tidak jadi diampuni sebab mujahir memberitahukanya di media sosial atau dengan menceritakan kepada orang lain.

Fenomena ini sama halnya dengan hadist nabi di atas yang menceritakan bahwa ada seseorang telah melakukan maksiat pada malam hari kemudian Allah menutup aibnya di malam hari itu dari orang-orang,  namun keesokan harinya seorang itu justru menceritakan kepada orang lain tentang  kejadian yang telah ia lakukan. Dari hadist tersebut dapat kita namakan bahwa itu yang dinamakan mujahirin (orang yang berbuat maksiat terang-terangan).

Kita sebagai hamba Allah dan umat Rasulullah bahkan generasi muda yang disebut gen-z ini, sebaiknya kita menggunakan media sosial sebagai sarana atau sebagai jembatan kita untuk mendapatkan kebaikan. Melalui cara kita mengajak followers atau pengikut di media sosial kita dalam kebaikan dengan kita mengexpose atau mengupload sesuatu hal baik, di mana hal baik itu akan menjadikan dampak yang baik juga terhadap orang lain, bahkan alangkah lebih baiknya apabila hal yang baik kita lakukan dapat dicontoh oleh orang lain, hal tersebut juga memberikan dampak positive kepada diri kita yaitu dengan mendapat pahala yang terus menerus bila orang tersebut melakukanya.

Kita juga harus lebih berhati-hati dalam mengomentari di dalam postingan orang lain yang tidak penting bahkan dapat menyakiti hati orang lain. Sebab hal sekecil apapun yang dilakukan di dunia terutama hal kecil yang sering dilupakan itu pastinya akan di perhitungkan di akhirat kelak. Oleh karena itu alangkah baiknya kita menghindari hal tersebut guna menjadikan kita sebagai gen-z yang cerdas bukan hanya cerdas akal melainkan cerdas dalam mengexpose yang berdampak baik untuk sesama manusia.

*Alumni Pondok Putri Pesantren Tebuireng, sekarang sedang belajar di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.