Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz saat memberikan sambutan.

Oleh: KH. Abdul Hakim Mahfudz*

Alhamdulillah kita bisa berkumpul di sini. Ini sudah lama direncanakan dan pada pagi hari ini dilaksanakan pelatihan bisnis dan launching program UMKM meroket. Program ini sangat penting bagi NU. Kebetulan saya sendiri juga baru sadar kalau merangkap sebagai Ketua Bidang Ekonomi PBNU. Memang ini tanggung jawab dari ketua bidang ekonomi dan ini harus serius nantinya. Seriusnya NU itu santai kalau terlalu serius itu melenceng. Ada masalah? nggak, yaudah. Ada masalah engga? ada tapi ga bisa diselesaikan yaudah ga usah dipikir. Itu nasihat Gus Dur, gitu aja repot.

Perekonomian sejarahnya itu dulu kita di bawah pemerintahan Belanda. Kita tidak punya kemampuan, ada kerja paksa dan tanam paksa. Dan masyarakat Indonesia tidak punya kemampuan dalam perekonomian. Tahun 1900 barulah ada kebangkitan umat islam di Indonesia sampai pada tahun 1918, ada yang mendirikan Nahdlatu Tujjar. Itu yang khusus bagi umat islam yang mengikuti paham ahli sunnah wal jamaah. Banyak organisasi di Indonesia dari kalangan umat islam.

Tanpa ekonomi, organisasi tidak jalan. Karena organisasi itu adalah salah satu kendaraan. Namanya kendaraan pasti perlu bensin. Oleh karena itu, sangat penting untuk membeli bensin. Kalau sudah lebih dari itu bisa juga untuk kegiatan sosial dan bantu masyarakat. Kalau ada lebih lagi bisa digunakan untuk hal bermanfaat.

Untuk karena itu, para yai mendirikan Nahdatut Tujjar dengan membuka perdagangan. Dimulai dari Surabaya dimana merupakan bandar besar lalu ke Jombang dan Kediri. Di kediri perdagangan jaman Belanda sudah maju. Berkembang terus sampai mendirikan Nahdlatul Ulama. Kemudian NU butuh pembiyaan besar.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tetapi dulu NU beraktivitas karena ada masa perjuangan. Maka pengurus-pengurus NU memang orang kaya dan membiayai kegiatan NU. Bisa dulu dibayangkan Rais Akbar Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari merupakan pengusaha besar. Beliau mampu membiayai dan memberi sarana termasuk Pesantren Tebuireng ini berawal dari tanah yang beliau beli kemudian diwakafkan. Ada lagi 22 hektar di daerah Jombok.

Ketua Tanfidziyah juga merupakan juragan besar. Dari keluarga dari Ampel dan keluarga kaya. Akhirnya dengan itu NU mampu bergerak beraktivitas karena ekonominya mampu berjalan. Tahun 1952 NU masuk partai politik tahun 1972 berposiai di bawah PPP. Akhirnya Munas tahun 1983 NU kembali ke Khittah. Tahun 1984 Gus Dur diangkat menjadi ketua tanfidziyah.

NU mulai berkembang lagi. Kalau berbentuk khittah, kumpulan ini tidak mengikuti aturan pemerintah. Maka diputuskan keluar dari urusan pemerintahan dan kembali berkhittah dimana tanggung jawabnya dikembalikan ke Allah bukan pemerintah. Maka yang digunakan adalah fikih, ushul fikih. Tahun 2000 mengantarkam Gus Dur menjadi presiden. Masa sulit NU ditahun 70 dan 80 karena di bawah partai pembangunan. Ada yang bilang kalau kamu mau mondok masa depannya mau jadi apa.

Ruang gerak NU sekarang semakin longgar. 22 Oktober 2015 ada hari santri. Bahwa itu pintu masuk untuk meluaskan ruang gerak. Ruang gerak cukup luas dan kita masih mengikuti khittah. Itulah karena ruang geraknya semakin luas maka butuh bensin lagi. Kalau dulu bergerak antar tetangga, karena semakin luas maka antar provinsi dan nanti antar nergara. Nah itu butuh dibensini paling tidak untuk menyukupi ini itu. Tapi saya liat sekarang ada pak Tyofan dan mas Rangga. Mudah-mudahan nanti bisa dikembangkan lagi.

Peluang-peluang yang banyak bisa dimanfaatkan. Managemen sistem harus bisa diaplikasikan. Mengelola perusahab semua ada kali-kali nya. Ini harus bisa diaplikasikan dan ini sekarang memasuki era digital. Mas rangga bilang mau tidak maukita harus ke sana. Semua ilmu itu penting bagi kita. Dulu Nabi Adam diajari oleh Allah nama-nama benda yang ada di dunia. Manusia diajari untuk mengelola dunia. Apa yang ada di bumi ini. Begitu canggihnya digitalisasi ini kita harus belajar juga.

Kalau tidak, maka akan ketinggalan dan kita punya kemampuan. Ini dimanfaatkam betul ini ada mas Rangga ini dimanfaatkan kesempatan apa yang bisa dilakukan di pondok pesantren. Kalau menghafal ilmu digital itu ga susah asal mau saja dan ada kemampuan kita. Semua ada di pendidikan agama.

Di dalam bisnis, kerjasama dan kolaborasi itu sangat penting. Persaingan menjadi hambatan. Maka di GOTO ada di goverment relation dan public policy. Dalam pendidikan agama kita itu bagaimana kita bersilaturahim.

Selama ini silaturahim bersama kawan. Ke depan lagi silaturahim bagaimana mengembangkan bisnis. Yang memiliki dasar kuat ya dibpondok pesantren tinggal bagaimana kita mikir. Tapi kalau udah sukses jangan sampai lupa. Jangan sampai itu terjadi. Ekonomi ini penunjang kegiatan. Bagaimana kendaraan ini bisa diisi bahan bakarnya. Semuanya butuh dana.

Kemudian kita harus galih dari perekonomian ini. Mudah-mudahan acara pada pagi hari ini banyak hal-hal yang bisa digali. Ini ada pakar-pakarnya mudah-mudahan bisa ditransfer dan ditangkap. Namanya bisnis harus menguasai sampai detail kalau di hadist bukan hanya matannya tapi juga syarahnya. Dalam bisnis harus detail. Pertimbangannya seperti ini, dihitung lagi, dievaluasi lagi. Analisa paling sederhana adalah analisa swot, dari situ kita bisa menyimpulkan langkah apa yang bisa diambil selanjutnya.

Bisnis adalah bagaimana mendapat keuntungan dari mengelola sesuatu menjadi sesuatu yang bermanfaat. Jasa kita inovasi kita pikiran kita itu dihargai dengan merubah raw material menjadi barang yang bernilai. Di Indonesia sangat memungkinkan karena meterialnya ada semua dan bisa dirubah menjadi sesuatu yang bernilai dan berharga.

Mudah-mudahan banyak hal bisa ditransfer dan ditangkap. Ini penunjang dari kegiatan. Ini penting karena dari lulusan-lulusan sebelumnya bahkan lulusan-lulusan jaman Hadratusyaikh. Alumni yang jadi kiai ada sekitar 15% sisanya pekerja. Tambah lama malah ga sampai mungkin dibawah 10% menjadi ulama. Yang 90% harus melanjutkan kegiatannya ke masyarakat sebagai pegawai negeri, pebisnis, atau apa. Ini perlu untuk dibahas.

Lulusan pondok ga ada yg total berpisah dan masih harus terikat adanya silaturahmi. Di Tebuireng ada IKAPETE. Di sini sekali berkenalan akan tersambung sampe akhir hayat. Mudah-mudahan ini manfaat dan bisa memberikan manfaat yang banyak bagi kita semua dan bisa kita gunakan untuk kita berkontribusi untuk berorganisasi bermasyarakat dan bernegara

Demikian saya sampaikan wallahulmuwafiq ila aqwamit thariq. Wassalamualaikum…

*Pengasuh Pesantren Tebuireng.

**Artikel ini disampaikan dalam sambutan acara Pelatihan Bisnis dan Launching Program UMKM di Pesantren Tebuireng.