Ilustrator: Amir/TO

Judul Buku : Dunia Anna

Pengarang : Jostein Gaarder

Penerbit : Mizan

Cetakan: XXIII, September 2022

ISBN : 978-979-433-842-1

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Peresensi:  Al Fahrizal*

Manusia bukan satu-satunya makhluk yang hidup di atas bola biru kehijauan, Bumi. Ada  jutaan spesies makhluk, baik hewan maupun tumbuhan yang sama-sama tinggal dan bercengkrama di bola indah tersebut. Bumi diperkirakan telah dihuni oleh makhluk hidup sekitar 2 miliar tahun yang lalu. Jauh sebelum munculnya sejarah peradaban, bumi sebenarnya sudah dihuni oleh berbagai flora dan fauna yang turut mepercantik bentuk rupa planet ini. Baru sekitar 70.000 tahun silam saat terjadi revolusi kognitif, manusia atau homo sapiens hadir dengan teknologi yang mampu mengantarkannya kepada puncak rantai makanan. Sejarah perjalanan umat manusia di atas bumi menciptakan berbagai lika-liku rumit. Di satu sisi manusia membawa perubahan besar bagi bumi dengan teknologi canggihnya yang tak mampu dibuat oleh spesies makhluk hidup lain, di sisi lain manusia juga turut serta dalam penghancuran rumah terhangat bagi spesies makhluk hidup.

Jostein Gaarder, dalam novelnya kali ini bertajuk  “Dunia Anna”, berbicara tentang hukum filsafat semesta dengan mengangkat topik tentang kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh manusia.

Anna, gadis berusia 16 tahun yang dapat melihat kondisi bumi 70 tahun kemudian, tepatnya tahun 2082 melalui mimpi.  Dalam mimpinya tersebut, Anna berubah menjadi Nova, cicitnya sendiri, yang protes kepada dirinya yang sudah menjadi nenek tua, bahwa kerusakan bumi saat itu disebabkan oleh generasi neneknya yang telah serakah mengolah sumber daya alam. Keserakahan para penguasa dan orang-orang kaya generasi neneknya, telah membuat bumi kehilangan kecantikannya. kekayaan flora dan fauna punah karena kehilangan tempat tinggal. Sampai-sampai, negara-negara padang gurun sudah tidak ada lagi, sebab suhu ekstrim yang membuat tempat itu tidak layak huni karena pemanasan global. Bumi saat itu sakit parah.

“Aku bermimpi hidup dalam beberapa generasi di masa depan. Di masa setelah era minyak, dan hampir seluruh cadangan fosil karbon telah dibakar dan dilepaskan ke udara. Juga pembakaran hutan tropis dan pembusukan lahan gambut yang tebalnya satu meter telah meningkatkan konsentrasi CO2 di atmosfer, serta gas asam juga telah dilepaskan ke dalam lautan di dunia, sesuatu yang sifatnya begitu merusak vagi sember-sumber alam bumi, dan tidak lupa vagi kebutuhan manusia akam makanan.” (Halaman 142)

Namun, Nova masih memiliki kesempatan terakhir untuk menyelamatkan bumi. Melalui cincin ajaib neneknya, Nova dapat memberi peringatan kepada neneknya di masa lalu untuk membentuk komunitas pencinta alam yang akan menyelamatkan dunia.

“Dan pada suatu pagi, dia masuk ke kamarku dan berkata bahwa dunia dan segala jenis flora dan fauna yang telah punah akan mendapat sebuah kesempatan baru. Dia mengelus-elus batu rubi merah itu, dan jelas sekali bahwa kesempatan baru bagi dunia itu ada hubungannya dengan cincin tersebut. lalu seluruh ruangan terasa berguncang, dan akhirnya dia terus menyanyi dengan suara yang mengerikan. Dengan keras dan melengking dia bernyanyi: wahai burung-burung kecil … kembalilah kalian … lalu aku terbangun.” (Halaman 147)

Gaarder yang merupakan penulis novel terlaris di dunia berjudul “Dunia Sophie: Sebuah Novel Filsafat”, kali ini mengangkat kajian filsafat alam yang tertuang dalam Dunia Anna. Melalui karyanya yang satu ini, Gaarder mencoba menyikut pembaca agar peduli terhadap lingkungan. Ternyata bumi yang sedang manusia singgahi ini, merupakan rumah terindah yang rusak. Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi. Karena secara sadar atau pun tidak, bumi semenjak dihuni oleh bangsa manusia, barulah timbul berbagai masalah. Manusia seakan menutup muka dan membersihkan nama baiknya dengan mengkambinghitamkan hukum alam.

Gaarder melulai novel ini, ibarat sedang meniup terompet perang, menandakan bahaya akan datang, musuh telah tiba, namun ironisnya musuh itu adalah manusia sendiri. Gaarder berharap melalui tulisan ini akan ada prajurit yang akan siap untuk bertempur melawan musuh. Atau lebih tepatnya, membangun prajurit kesadaran dalam diri manusia untuk melawan musuh keserakahan yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Novel ini seharusnya menjadi bacaan wajib para penguasa dan konglemerat, yang punya harta dan kebijakan yang besar, agar dapat menyelamatkan bumi dan seisinya dengan lebih masif, selain karena mereka jugalah yang paling bertanggung jawab atas perusakan alam.

Novel ini ditulis oleh Gaarger dengan alur kisah yang sedikit kaku. Pembaca kurang dapat merasakan alur-alur yang dapat membuat berdecak kagum. Mulai dari awal kisah hingga akhir. Kemudian, konflik yang terjadi dalam kisah juga terkesan sedikit garing jika dikaitkan dengan konklusinya. Barangkali karena novel ini berbicara tentang kondisi dan fakta-fakta mengenai nasib bumi sekarang. Meski begitu, novel ini tetap menarik untuk dibaca, ada banyak data dan teori-teori yang mengajarkan pembaca mengenai hakikat manusia dan alam semesta yang luar biasa.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari