KH. Salahuddin menyampaikan sambutan dalam peluncuran buku terbaru beliau di Alana Hotel Surabaya pada Ahad (22/10/2017). (Foto: Masnun).

Tebuireng.online– Dalam peluncuran dan bedah buku “Memadukan KeIslaman dan KeIndonesiaan” pada Ahad (22/10/2017) di Hotel Alana Surabaya, Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid memberikan sambutan dan sekapur sirih tentang buku yang merupakan kumpulan esai-esai kebangsaan yang beliau tulis. Beliau mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu mensukseskan acara ini dan memberikan beberapa kritik membangun terkait dengan acara maupun buku yang diluncurkan.

Gus Sholah mengawali sambutan dengan memaparkan sejarah Pustaka Tebuireng dan pentingnya penerbitan buku. “Pustaka Tebuireng baru berdiri tiga tahun. Saya mendorong mereka untuk menerbitkan buku-buku yang bisa dijual dan bermanfaat. Dan juga terimakasih kepada semua pihak yang membantu acara ini,”  ungkap Pengasuh Pesantren Tebuireng ini.

Dalam perjalanan penerbitan buku, Gus Sholah telah meminta Unit Penerbitan untuk mengundang seluruh pesantren yang ada di Jawa Timur yang menerbitkan buku atau majalah untuk bisa bersama-sama membuka pasar. “Jadi Pesantren Tebuireng menerbitkan buku dijual di Langitan, Sidogiri, tempat lain dan sebaliknya. Mudah-mudahan ini bisa berjalan dengan baik,”  harap Rektor Universitas Hasyim Asy’ari itu.

Selain itu, lanjut Gus Sholah, Unit Penerbitan Pesantren Tebuireng juga telah bekerjasama dengan penerbit besar Republika. “Mimpi saya sebetulnya semua pihak bersama-sama mendirikan toko buku. Toko buku ini enggak ada toko buku Islam. Ada mungkin kecil-kecil. Paling banyak itu toko buku Gramedia. Hampir di semua tempat, di Jakarta mungkin 20-an. Di seluruh Indonesia mungkin 150-an,” papar Gus Sholah.

“Sekali lagi terima kasih kepada semua pihak. Ini juga saya suka mengkritik.” Kritikan pertama berhubungan dengan acara yang dilaksanakan. “Launching buku. Mestinya lauching ini bahasa Indonesia, peluncuruan,” ungkap Gus Sholah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Bedah pemikiran ya? Peluncuran dan bedah buku. Pemikiran saya itu juga bukan pemikiran saya yang asli. Itu pemikiran semua orang. Kita punya pemikiran mengambil dari berbagai sumber, lha kita sajikan, begitu, ” papar istri Hj. Farida. Menurut beliau bedah pemikiran itu sebaiknya diganti dengan bedah buku, karena momen yang sesunggunnya adalah peluncuran buku.

“Memadukan keislaman dan keindonesiaan. Mestinya memadukan keindonesian dan keislaman. Kenapa? N sama S itu duluan N. Itu takutnya saya lebih mementingkan Islam daripada Indonesia. Tidak, sama sama pentingnya,” tambah Suami Ibu Nyai Faridah Salahuddin itu.

Selain memberikan kritikan membangun, Gus Sholah juga menceritakan pengalaman beliau awal mula mempunyai aktivitas menulis esai dan opini. Beliau menuturkan, titik awal pertemuan beliau dengan dunia tulis-menulis adalah tahun 1998 di mana ketika itu beliau berhenti dari aktivitas sebagai arsitek. Bahkan, menurut penuturan beliau, di awal belajar menulis, pernah 30 kali pernah tulisan beliau ditolak oleh Kompas.

Selain buku yang baru saja diluncurkan itu, Gus Sholah mempunyai karya-karya buku yang telah diterbitkan, antar lain, Negeri di Balik Kabut Sejarah (November 2001), Mendengar Suara Rakyat (September 2001), Menggagas Peran Politik NU (2002), Basmi Korupsi, Jihad Akbar Bangsa Indonesia (Nopember 2003), Ikut Membangun Demokrasi, Pengalaman 55 Hari Menjadi Calon Wakil Presiden (Nopember 2004), dan Berguru pada Realitas: Refleksi Pemikiran KH. Salahuddin Wahid Menuju Indonesia Bermartabat (2011). Selain itu, banyak tulisan beliau yang dimuat di berbagai media.


Pewarta:            M. Masnun

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin