menu buka bersama saat ramadan

Barangkali judul artikel ini terasa sedikit satire. Faktanya artikel ini sengaja ditulis sebagai sebuah sindiran terhadap sebuah ritual yang kerap dijumpai ketika bulan suci Ramadhan, yakni acara buka bersama “bukber”. Tidak ada yang salah dengan bukber, justru bukber dapat menjadi ajang merekatkan silaturahmi dan syiar Ramadhan. Ini tentu sangat-sangat mulia.

Namun, ada sesuatu yang perlu diluruskan dalam fenomena bukber ini, di mana kerap ditemui ketika bukber beberapa oknum tidak melaksanakan shalat maghrib. Nah inilah yang akan kita ulik bersama. Semoga dengan tulisan ini, oknum-oknum yang masih menjalankan praktik aneh tersebut tersinggung, sehingga dapat berubah menjadi yang lebih baik.

Oke sudah cukup “foreplay-nya”, mari kita mulai masuk pelan-pelan. Berbuka merupakan momen yang paling indah ketika seseorang berpuasa. Setelah seharian menahan lapar dahaga, kemudian diperbolehkan mengusir lapar dan melenyapkan haus, sungguh sangat luar biasa. Saking spesialnya momen tersebut, bahkan disebutkan dalam hadis bahwa doa orang ketika berbuka itu mustajab atau dikabulkan Allah SWT.

إِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً مَا تُرَدُّ

Sesungguhnya doa orang yang berpuasa ketika berbuka tidaklah tertolak.” (HR. Ibnu Majah no. 1753)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Buka bersama adalah fenomena yang populer di kalangan umat muslim selama bulan Ramadhan. Acara ini sering diadakan di masjid, rumah-rumah, lembaga keagamaan, atau tempat-tempat umum lainnya. Bukber menjadi momen yang memberikan kebahagiaan dan kebersamaan dalam menjalankan ibadah puasa. Ia menghadirkan semangat kebersamaan, saling berbagi, dan meningkatkan rasa solidaritas di antara umat muslim. Sehingga bukber memiliki sisi religius dan sisi sosial yang luar biasa.

Akan tetapi momen sosial-religius yang membawa segudang keberkahan, kebahagian, dan hal positif lainnya, jangan sampai melalaikan kewajiban religius lain, yaitu menunaikan shalat Maghrib. Hal ini tentu akan merusak nilai religius bukber itu sendiri. Semula berbuka puasa merupakan tradisi keagamaan yang berawal dari kewajiban puasa Ramadan, kemudian ditarik ke ranah sosial yang memunculkan tradisi buka bersama, namun luput dari satu kewajiban seorang muslim lainnya, yaitu shalat. Tentu sangat-sangat ambigu. Saya hanya membayangkan bagaimana seandainya jika khalifah ke-2 Umar bin Khattab RA yang terkenal akan ketegasannya, melihat fenomena ini.

Ketika seseorang memilih untuk tidak shalat Maghrib setelah buka bersama, terdapat beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi keputusan mereka. Salah satu alasan yang paling mungkin adalah kurangnya pemahaman tentang pentingnya shalat itu sama dengan pentingnya puasa. Seseorang mungkin memiliki pengetahuan yang terbatas atau pemahaman yang terabaikan tentang ibadah shalat. Selain itu, situasi sosial atau lingkungan yang tidak mendukung juga menjadi salah satu penyebab yang dapat dapat mempengaruhi praktik ibadah seseorang.

Dalam konteks buka bersama, suasana kebersamaan dan makanan lezat seringkali menjadi fokus utama. Oknum-oknum tersebut mungkin terlalu terlibat dalam kegiatan bukbernya daripada melaksanakan shalat Maghrib. Hal ini dapat terjadi tentu karena kurangnya kesadaran menjalankan shalat di tengah keramaian acara buka bersama. Sehingga penting untuk mengingat kembali pelajaran agama saat sekolah dasar dahulu, bahwa shalat adalah rukun iman ke-2 setelah mengucap dua kalimat syahadat.

Tak perlu menghadirkan banyak dalil tentang kewajiban shalat, cukup dengan menalaah kembali bahwa shalat dan puasa sama-sama rukun Islam. Rukun atau ruknun merupakan serapan dari bahasa Arab, jika diterjemahkan dalam Indonesia berarti penyangga, tiang, dasar, dan sebagainya. Maknanya tidak sempurna bangunan keislaman seorang muslim jika salah satu dari lima pondasi agama tersebut hilang.

Selain itu, penting juga bagi individu tersebut untuk mengingat bahwa buka bersama seharusnya tidak menghalangi pelaksanaan shalat Maghrib. Keduanya berjalan seiring dan saling melengkapi. Dengan mengatur waktu dan memprioritaskan ibadah shalat, seseorang dapat mengambil bagian dalam acara buka bersama dengan tetap menjalankan kewajiban ibadah mereka. Bukan berarti setelah baca tulisan ini kita jadi anti-bukberism, no-no-no. Bukan begitu maksudnya.

Kesimpulan, buka bersama merupakan tradisi yang populer di kalangan umat muslim selama bulan Ramadhan. Namun, penting untuk diingat bahwa salat Maghrib adalah kewajiban yang tidak boleh diabaikan. Dengan menjaga keseimbangan antara berpartisipasi dalam buka bersama dan melaksanakan shalat Maghrib, seseorang dapat merayakan momen kebersamaan dengan tetap mematuhi ajaran agama Islam. Sekian dan terima kasih.

Baca Juga: Adab dan Amalan Rasulullah ketika Berbuka Puasa

Ditulis oleh Alfahrizal, alumnus Ma’had Aly Hasyim Asy’ari