
Semangat diskusi dalam Bahtsul Masail Mahasantri Putri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari belakangan ini mengalami penurunan, terutama disebabkan oleh keterbatasan waktu karena padatnya jadwal kuliah. Fenomena ini memicu para pengurus FBM Putri Ma’had Aly untuk mencari cara agar semangat berdiskusi para Mahasantri tetap terjaga. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengadakan workshop dengan tema “Menjadi Musyawirot Kritis”.
Musyawirot, sebagai istilah yang berasal dari kata musyawarah, merujuk pada kegiatan diskusi untuk membahas dan menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam konteks pesantren, musyawarah sering kali berorientasi pada diskusi berbasis kitab turats. Ustadz Wildan, salah satu pemateri dalam workshop tersebut, menambahkan bahwa musyawarah dalam kultural pesantren merupakan ruang penting untuk memecahkan masalah keagamaan, khususnya dalam kajian fikih yang seringkali mengandung perbedaan pendapat.
Workshop ini tidak hanya bertujuan untuk membangkitkan kembali semangat berdiskusi, tetapi juga untuk mempersiapkan Mahasantri agar lebih kritis dan bijak dalam menyikapi setiap persoalan, terutama dalam bidang ilmu fikih yang penuh dengan ragam interpretasi. Menurut Diana, Ketua FBM Putri Ma’had Aly, penting bagi Mahasantri untuk memahami fikih guna mencegah terjebak pada pemahaman-pemahaman ekstrem. Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Hadratus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari, “لولا الفقه لم نفهم الحديث لولا الحديث لم نفهم القرأن”, yang artinya bahwa tanpa ilmu fikih, kita tidak akan dapat memahami hadis, dan tanpa memahami hadis, kita tidak akan mampu memahami Al-Qur’an.
Dalam kesempatan ini, pengurus FBM Putri menghadirkan dua tokoh dari Mahasantri Putra Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, yaitu Ustadz Muhammad Wildan Husin dan Ustadz Ahmad Wasil Syahir, S.Ag. Keduanya sudah berpengalaman dalam Bahtsul Masail dan sering disebut dengan sebutan “singa Bahtsul Masail” oleh para Mahasantri. Pengalaman mereka diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada para peserta workshop tentang pentingnya sikap kritis dalam diskusi dan kajian ilmiah.
Baca Juga: Musyawarah Kitab, Bukan Hanya Soal Berdebat
Ustadz Ahmad Wasil menekankan pentingnya bagi santri untuk tidak memahami hadis secara sembarangan. Sebagai santri Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, kita harus berhati-hati dalam memahami hadis, karena tujuan didirikannya Nahdlatul Ulama adalah untuk menghindari paham-paham yang bertentangan dengan mazhab yang sahih. Beliau juga berpesan agar anggota FBM tidak mengambil hukum secara langsung dari tiga sumber utama, yaitu Al-Qur’an beserta tafsirnya, hadis beserta syarahnya, dan kitab ikhtilaf mazhab. Apabila mengacu pada sumber-sumber tersebut, sangat penting untuk memverifikasi pemahaman dengan kitab mazhab masing-masing.
Selain materi yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Wasil, Ustadz Wildan memberikan berbagai tips dan trik untuk menjadi Musyawirot Kritis dalam forum Bahtsul Masail. Beliau menggarisbawahi beberapa hal penting yang perlu dimiliki oleh seorang Musyawirot, yaitu: pertama, kemampuan untuk menyiapkan argumen dan dalil yang kuat; kedua, mental yang siap untuk menyuarakan argumen dan menerima tanggapan; ketiga, menjaga adab dalam berdiskusi meskipun suasana diskusi bisa seperti debat; keempat, pengalaman yang diperoleh dari sering mengikuti Bahtsul Masail; kelima, jiwa kritis untuk mengevaluasi argumen dan kesimpulan yang muncul; dan terakhir, komitmen untuk konsisten dalam mengikuti dan berpartisipasi dalam Bahtsul Masail.
Ustadz Wildan juga menjelaskan mengenai komponen yang dimiliki oleh seorang ahli fikih, seperti sering berdiskusi dengan yang lebih senior, memiliki kitab andalan, memahami konsep fikih, dan menelaah kitab-kitab fatwa. Beliau juga memberi tips tentang cara mencari jawaban asilah (jawaban dari permasalahan) dengan langkah-langkah yang sistematis, mulai dari memahami deskripsi masalah, menelisik bab masalah, hingga melacak referensi dari kitab-kitab andalan dan fatwa.
Selain itu, beliau mengajarkan metode mencari ibarot (dalil atau referensi) dengan empat cara: mencari ibarot di kitab, menggunakan aplikasi Maktabah Syamilah, mencari ibarot di website Islami, dan mencari ibarot di buku hasil keputusan Bahtsul Masail. Semua tahapan ini bertujuan untuk memudahkan dalam mencari referensi yang tepat ketika menghadapi permasalahan dalam Bahtsul Masail.
Baca Juga: Amalan dan Doa setelah Musyawarah
Akhirnya, Ustadz Wildan mengingatkan tentang pentingnya berfikir kritis dalam forum diskusi dengan empat trik: memahami titik perdebatan, mengkritisi kesimpulan hukum, mengkritisi argumen yang diusung, dan mengkritisi hukum yang dijawab secara global. Dengan menguasai trik-trik ini, diharapkan para Mahasantri Putri dapat lebih kritis dan produktif dalam diskusi-diskusi ilmiah, baik dalam Bahtsul Masail maupun dalam kajian lainnya.
Workshop yang dilaksanakan pada Jumat, 24 Januari 2025, di Masjid Salafiyah Syafi’iyah Khoiriyah Hasyim Seblak Jombang ini dihadiri oleh puluhan Mahasantri Putri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. Semoga kegiatan ini dapat memperkuat semangat diskusi dan melatih para Mahasantri untuk menjadi Musyawirot yang lebih kritis dan bijak dalam menyikapi setiap permasalahan keagamaan.
Penulis: Zulfa Nuril