ilustrasi: www.google.com

Oleh: Fathur Rohman*

Hari itu ada seorang pemuda yang menikahi anak seorang petani desa. Suatu hari pemuda itu bersama istrinya dan anak-anaknya silaturahmi ke rumah mertuanya, kemudian diajak untuk berkunjung ke rumah kerabatnya bersama-sama dengan mengendarai mobil yang dikendarai oleh menantunya.

Seperti kebiasaan pada umumnya, para petani yang menjemur hasil panennya seperti padi dan jagung di halaman rumahnya di pagi hari sampai sore hari, kecuali jika cuacanya mendung hendak turun hujan, mereka bergegas merapikannya dan dimasukkan ke dalam karung atau sekadar ditutup dengan terpal (sejenis plastik tebal) agar tidak terkena air hujan dan bisa dibuka kembali untuk dijemur saat cuaca kembali panas karena sinar matahari yang kembali terang.

Demikian juga yang dilakukan oleh mertua pemuda ini, ia menjemur padi hasil panennya di halaman rumahnya sampai menutup sebagian jalan depan rumahnya, tanpa berpikir panjang bila cuaca akan berubah menjadi hujan, karena cuaca pagi hari itu sangat cerah dan panas, sehingga ia tak berpikir untuk menutupnya dengan terpal atau membereskannya, apalagi jarak antara rumahnya dengan rumah kerabat yang hendak dikunjungi tidak sampai ke luar kota. Atas hal itu, ia yakin bahwa cuacanya akan tetap cerah sampai ia kembali nanti.

Pemuda tersebut berangkat bersama istri, anak-anak, dan mertuanya ke rumah kerabat untuk silaturahmi. Setelah beberapa saat tiba di rumah kerabat yang dituju, tiba-tiba cuaca berubah menjadi petang, awan di langit yang tadinya putih dan terang berubah menjadi hitam, gemuruh suara langit mulai terdengar yang diiringi angin kencang yang mulai mendingin seperti tanda akan turunnya hujan lebat, padahal jam belum menunjukkan waktu siang. Mertuanya mulai panik karena khawatir padi jemurannya akan basah kuyup terkena air hujan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Melihat kepanikan mertuanya tersebut, pemuda itu langsung menawari untuk diantar pulang terlebih dahulu agar bisa menutup padi dengar terpal karena orang yang bertugas menjemur padi panenan di rumahnya menurut jadwal ia baru akan datang di sore hari seperti biasa, di pagi hari mengeluarkan padi untuk di jemur dan di sore hari datang lagi untuk memasukkan padi di karung-karung yang sudah disiapkan. Mertuanya pun menerima tawaran tersebut, pemuda itu menyetir mobilnya melaju dengan kecepatan sedang sambil sesekali berkata kepada mertuanya, “tidak usah khawatir InsyaAllah di sana cuacanya masih cerah, tidak mendung seperti ini,” ungkap menantu berusaha menenangkan mertuanya.

Mertuanya pun menjawab, “ya mudah-mudahan saja betul belum hujan di rumah, tapi medungnya sudah sangat gelap seperti ini kayaknya sebentar lagi hujan turun deras,” sesaat setelah berkata seperti itu, tiba-tiba hujan benar-benar turun sangat lebat, sehingga memaksa pemuda tersebut untuk menyalakan alat pembersih air hujan (wiper) di kaca mobilnya, pemuda itu tetap menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang seperti biasanya sambil berkata, “iya e betul hujan deras seperti yang baru saja jenengan katakan.”

Mertuanya semakin panik membayangkan bagaimana nasib padinya yang dijemur bila hujannya selebat ini, seperti yang dikatakan kepada menantunya tersebut, pemuda yang menjadi menantunya ini kembali berkata, “tidak usah khawatir InsyaAllah di sana (di rumah mertua) belum hujan, hujannya hanya di daerah sini saja, di desa jenengan belum hujan, kalau pun di sana hujan InsyaAllah hujannya akan turun setelah semua padi yang jenengan (mertuanya) jemur sudah ditutupi terpal (seperti plastik tebal) semuanya.

Setelah laju mobilnya memasuki desa tempat tinggal mertuanya, ternyata cuacanya masih cerah, dan ketika mendekati rumahnya cuacanya mulai mendung, ketika sampai di rumah mertuanya, ternyata para tetangga ramai-ramai membantu menutupi padi yang dijemur tersebut dengan terpal, setelah selesai menutup semua padi yang dijemur dan semua tetangga kembali ke rumahnya masing-masing, serta pemuda, mertuanya, dan adik iparnya berteduh di teras rumahnya sambil bersyukur kepada Allah atas nikmat bahwa padinya yang dijemur tidak kehujanan, barulah Allah turunkan hujan yang membasahi hampir seluruh terpal yang menutupi padi-padi tersebut, karena hujannya cukup deras, seperti yang dikatakan oleh pemuda tersebut.

Itulah salah satu peristiwa yang bisa kita ambil pelajaran agar kita bekhusnudzan kepada Allah, karena tak jarang Allah itu mengikuti prasangka hambaNya. Bila ia berprasangka baik kepada Allah, maka Allah akan berikan kebaikan kepadanya dan begitu sebaliknya.

Allahu a’lam bisshowab.

*Kaprodi dan dosen PBA Unhasy Jombang.