ilustrasi keluarga. (pixabay)

Hampa Sejengkal

Hampa sejengkal, dalam dada kering
suara keterasingan, mencari tempat berlindung
di mana kabar sihat, belum datang kepadaku
kehampaan hidup, tak berujud

hampa sejengkal, dalam jiwa sunyi
menghampiri cinta, tapi tak pernah dijumpai
dalam gelap malam, kegelap terang
kehampaan hidup, mencari cahaya

hampa sejengkal, dalam kenyataan
menghadapi hidup, tapi tak pernah menang
terasa hampa, seperti di tengah lautan
kehampaan hidup, mencari pulau

hampa sejengkal, dalam kesadaran
mengenal diri, tapi tak pernah mengenal
dalam keterasingan, kegelapan menjadi cahaya
kehampaan hidup, mencari penawar


Manisnya Kata-kata

Manisnya kata-kata, seperti madu di bibir
tapi bila diucapkan, seperti racun yang menusuk
mengisi hati, tapi tidak membuat berimbang
maka kenapa, hidup kita menjadi penuh benci

manisnya kata-kata, seperti air manis yang dingin
tapi bila disimpan, menjadi racun yang menyerang
dalam hati, seperti madu yang tidak memiliki rasa
maka kenapa, cinta kita menjadi hampa dan kosong

manisnya kata-kata, seperti mimpi indah yang palsu
tapi bila diwujudkan, seperti mimpi yang menghancurkan
mengikat jiwa, tapi tidak membuat bahagia
maka kenapa, hidup kita menjadi penuh kesedihan

manisnya kata-kata, seperti obat yang tidak efektif
tapi bila diucapkan, seperti racun yang menembus
dalam jiwa, seperti api yang tidak dapat dipadamkan
maka kenapa, hidup kita menjadi penuh kerakusan



Puisi Ayah dan Ibu

Ayah, ibu, yang dulu pernah menjadi penat
menggugurkan hasrat, membuat hati bergetar
ketika aku masih kecil, tak tahu apa artinya
tapi sekarang, hati ini tahu, bahwa cinta adalah sesuatu yang berharga

ayah, ibu, yang dulu pernah menjadi pelindung
menyimpan harapan, memberikan kesadaran
ketika aku masih kecil, tak tahu apa kesudahannya
tapi sekarang, hati ini tahu, bahwa cinta adalah sesuatu yang abadi

ayah, ibu, yang dulu pernah menjadi pemandu
menunjukkan jalan, memberikan petunjuk
ketika aku masih kecil, tak tahu apa arahnya
tapi sekarang, hati ini tahu, bahwa cinta adalah sesuatu yang mengarahkan

ayah, ibu, yang dulu pernah menjadi telaga
menyimpan kenangan, memberikan kenang-kenangan
ketika aku masih kecil, tak tahu apa artinya
tapi sekarang, hati ini tahu, bahwa cinta adalah sesuatu yang tidak ternilai




Penulis: Albii  (Mahasiswa KPI Unhasy)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online