ilustrasi menerapkan nilai dasar tebuireng di masyarakat/ ilustrator: amir
ilustrasi menerapkan nilai dasar tebuireng di masyarakat/ ilustrator: amir

Meneladani nilai-nilai dasar yang ada di Pesantren Tebuireng, tidak hanya dianjurkan bagi para santri namun seluruh masyarakat juga bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. 5 Prinsip atau Nilai Dasar Pesantren Tebuireng ini ialah jujur, ikhlas, bertanggung jawab, bekerja keras, dan tasamuh/toleransi.

Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjadi manusia yang lebih baik, lebih cerdas, dan lebih berkomitmen. Kita dapat menjadi bagian dari masyarakat yang lebih harmonis dan sejahtera, karena kita telah mengembangkan nilai-nilai dasar yang penting untuk hidup bersama-sama.

Dalam melangkah maju menuju masa depan, Pesantren Tebuireng sebagai salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di Indonesia memiliki peran penting dalam mengembangkan kesadaran dan praktik nilai-nilai dasar yang ada di sana. Sebenarnya nilai-nilai itu tidak hanya harus diimplementasikan oleh santri, alumni atau kalangan Tebuireng, namun nilai yang juga harus diterapkan oleh masyarakat di lingkungan hidupnya, dalam keseharian.

5 Nilai Dasar sebagai Pedoman Kehidupan Bermasyarakat

Secara sadar, mungkin di masyarakat tidak semua mengetahui 5 nilai dasar ini, maka dari itu mari kita bahas bersama dan mari kita coba untuk menerapkan di dalam hidup kita meski kita berada di luar pondok. Masyarakat umum mungkin tidak serta merta menerapkan nilai-nilai dalam hidup yang disebut di atas, yang sebenarnya hidup itu perlu menggunakan nilai dasar agar tidak salah kaprah.

Salah kaprah yang dimaksudkan, misalnya, banyak orang yang dengan sengaja merekam orang yang tidak dikenal di tempat umum kemudian diunggah di laman sosial medianya dengan caption beragam, hal itu saja sudah tidak mencerminkan rasa tanggung jawab.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sebenarnya, zaman sekarang sudah banyak orang yang tidak bertanggung jawab seperti contoh di atas, apakah orang tersebut mau bertanggung jawab ketika yang direkam merasa tersinggung atau bahkan melaporkan kepihak berwenang? Maka sudah jelas nilai dasar yang diterapkan oleh Pesantren Tebuireng itu sangat mempengaruhi di dalam bermasyarakat, kita bisa belajar untuk bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan sekarang atau nanti.

Kemudian jujur, dari zaman dulu sampai sekarang pasti sudah banyak cerita tentang kebohongan yang terjadi dalam hidup bermasyarakat. Kebohongan sekarang malah merajalela di kalangan elit. Banyak pengusaha, menteri, dan aparatur negara, yang tidak jujur dalam melakukan pekerjaannya, dalam melaksanakan amanah yang diembankan pada mereka.

Nilai jujur sebenarnya sudah ditanamkan sejak kita kecil oleh orang tua kita, namun kadangkala pergaulan dan lingkungan itu mempengaruhi perkembangan kita. Bagi orang yang imannya tidak kuat, akan terjerumus pada kebohongan besar. Oleh karena itu, Tebuireng selalu membekali dan mewanti-wanti para santri untuk berkata jujur dan melakukan sesuatu dengan benar.

Tak hanya bagi para santri, kita sebagai masyarakat awam pun bisa untuk meneladani nilai tersebut. Tak ada salahnya hidup jujur, karena kalau kita jujur, percayalah kelak akan selalu ada orang yang mencari kita.

Menjalani hidup dengan ikhlas pun menjadi salah satu poin yang bisa kita teladani berikutnya. Ikhlas dalam hal apa pun, ikhlas ketika sesuatu yang kita harapkan ternyata tidak terjadi, ikhlas ketika musibah menimpa kita, dan juga ikhlas ketika sedang dalam keadaan terpuruk.

Ikhlas pada dasarnya bukan pasrah dalam samua keadaan, ikhlas itu ketika kita mendapat musibah kita bersyukur, dan tetap berkhusnudzon kepada Allah, percaya bahwa akan ada hal yang lebih indah yang Allah siapkan untuk kita. Itu sebabnya Tebuireng juga mengajarkan santrinya untuk ikhlas dalam hal apa pun.

Seorang santri juga diajarkan untuk bekerja keras, tidak untuk bermalas-malasan, itu bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bangun pagi untuk menata hidup lebih baik dengan bekerja keras, bukan bekerja yang berat-berat, melainkan bekerja semampunya kita, bekerja apa yang kita bisa lakukan, maka lakukanlah. Masyarakat bisa meneladani poin yang ini, dengan hidup yang tidak bermalas-malasan, dan tidak bergantung pada seseorang, selagi kita mampu untuk bekerja maka bekerjalah.

Yang terakhir, nilai dasar pesantren Tebuireng adalah tasamuh/toleransi. Kita menyayangkan toleransi yang ada di Indonesia, karena banyak dari masyarakat kurang akan rasa toleransi, baik agama, budaya, fisik, sampai kehidupan sosial sehari-hari.

Masyarakat kita seringkali memberikan pembatasan atau yang sering disebut diskriminasi kepada orang yang memiliki kekurangan fisik atau akal. Pendiskriminasian itu dikarenakan kurangnya pembelajaran toleransi di nagara ini. Meski sudah banyak lembaga atau unit yang memperjuangkan arti toleransi, hal itu akan kalah dengan banyaknya masyarakat yang berkiblat pada kesenangan sendiri.

Dari Pesantren Tebuireng kita bisa belajar, dari banyaknya santri dari penjuru daerah mau kulit putih atau hitam, mancung atau pesek, tinggi atau pendek, kurus atau gendut, semua disamaratakan, tidak ada yang dibedakan. Ketika melihat teman sedang kesusahan maka kita bantu, ketika ada teman yang berbeda budaya dengan kita maka kita harus menghormati budaya mereka.

Kalau di pesantren sudah diajarkan tentang toleransi bersama, terus kenapa kita sebagai masyarakat umum tidak menerapkan poin tersebut? Toleransi adalah kunci keharmonisan bermasyarakat, mau gotong royong, mau membaur dengan semua kalangan, mau menerima pendapat saat musyawarah itu adalah sebagian dari toleransi, saling menghargai satu sama lain.

Masih banyak contoh yang bisa kita buat teladan baik dalam bermasyarakat, selain dari nilai-nilai dasar pesantren Tebuireng. Namun kali ini kita coba dari 5 nilai dasar yang ada diatas nilai yang sudah secara langsung dipraktikkan oleh Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari.

Sosok yang dikenal ikhlas, bertanggung jawab, jujur dalam setiap langkahnya mulai dari kecil, mondok dan sampai akhir hayatnya, sosok yang juga dikenal sebagai orang yang pekerja keras terbukti dari hasil ilmunya yang sampai sekarang masih dikaji, dan bangunan pondoknya yang sekarang sudah memiliki banyak cabang, dan yang terakhir sebagai orang yang memiliki toleransi sangat tinggi itu terbukti dari sikap beliau terhadap sosok Ahmad Dahlan yang tidak lain adalah pendiri Muhammadiyah. Semoga, jika sudah dipraktikkan maka hidup bermasyarakat juga akan damai tenteram, hidup juga akan indah.

Baca Juga Artikel Harlah 125 Tahun Tebuireng: KH. A. Wahid Hasyim, Pelopor Pendidikan Kurikulum Modern di Pesantren


 Penulis: Albii, Mahasiswa KPI Unhasy