7879d9a1-52d1-4a5a-9850-4536f5679d0b

Judul buku      : 5 Ulama Internasional dari Pesantren

Penulis             : M. Solahudin

Penerbit          : Nous Pustaka Utama

Cetakan           : Maret 2014

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tebal                : X + 124 halaman

Resensor        : Akmilatul Mukarromah*

Selain guru, tokoh masyarakat yang selalu terkenang jasanya adalah ulama. Ulama  menyebarkan Islam di tanah Nusantara ini, sampai sekarang kita bisa meraskan manisnya agama itu. Tanpa mereka zaman Jahiliyah mungkin tidak akan berubah menjadi negara yang aman dan tentram seperti apa yang kita rasakan sekarang. Perang Arab juga pasti menjangkit sejarah Indonesia sejak lama.

Sebenarnya ulama itu tidak hanya mahir dalam keagamaan, justru mereka harus memahami pendekatan apa yang sesuai dengan kondisi dan situasi rakyat di tempat  dan waktu tertentu . Seperti Sunan Kalijaga yang menyebarkan Islam dengan jalur wayang, karena pada saat itu wayang merupakan kesenian yang paling banyak digemari dan digandrungi oleh masyarakat.

Syaikh Nawawi al-Bantani, Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syaikh Mahfuzh al-Tarmasi , Syaikh Ihsan al-Jamfasi, Syaikh Yasin al-Fadani adalah 5 ulama internsional yang dikupas secara detail dalam buku ini oleh M. Solehudin.

Buku yang sangat sederhana ini bermanfaat sekali bagi para kaum muslimin untuk mengenal profil-profil ulama terdahulu yang tanpa diduga sungguh banyak prestasi yang belum kita ketahui . karya-karyanya tidak hanya tembus pasar inteleltual dalam negeri, melainkan sudah menjadi rujukan studi Islam internasional.

Cetakan ke 2 ini merupakan  revisi dari cetakan pertama. Memang dibandingkan dengan cetakan pertama, cetakan baru ini tampak lebih baik dan sempurna. Akan tetapi jika dilihat, dan diamati, dalam buku ini masih banyak tulisan-tulisan yang salah ketik atau kurang pas dan penyusunan kata yang terkesan agak kurang nyaman jika dibaca .

Menurut penulis para ulama internasional ini merupakan ulama yang berasal dari pesantren di Indonesia. Setelah mendapatkan pendidikan agama Islam oleh para kiai dan ulama negeri, mereka menuntut ilmu ke mekkah, sampai akhirnya mengajar dan menetap disana. Hal ini menjadikan mereka tidak hanya dikenal luas di kalangan umat Islam dalam negeri, tetapi manusia seantero dunia mengenal mereka dan menjadikan mereka panutan.

Ketekunan dan kegigihan dalam menuntut ilmu sangat perlu kita contoh dari para ulama ini. untuk bisa mencapai keberhasilan. Tak bisa dipungkiri, bukti prestasi yang mereka capai hingga sampai saat ini masih terkenang adalah kitab-kitab karya mereka dan para murid mereka yang tersebar di penjuru dunia.

Syaikh Nawawi al-Bantani salah satunya. Beliau merupakan guru dari guru besar kita, Hadratusyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari saat beliau menimba ilmu di Mekkah. Selain itu, Syaikh Nawawi dikenal melalui sumbangsih karya beliau, seperti al-Tsamâr al-Yâni’ah syarah al-Riyâdl al-Badî’ah, Niĥâyah al-Zayyin syarah Qurrah al-‘Ain bi Muĥimmâh al-Dîn, Sullam al-Munâjah syarah Safînah al-Shalâh, Nashâih al-‘Ibâd syarah al-Manbaĥâtu ‘ala al-Isti’dâd li yaum al-Mi’âd, Qâmi’u al-Thugyân syarah Mandhûmah Syu’bu al-Imân, al-Tafsir al-Munîr li al-Mu’âlim al-Tanzîl al-Mufassir ‘an wujûĥ mahâsin al-Ta΄wil musammâ Murâh Labîd li Kasyafi Ma’nâ Qur΄an Majîd, dan al-Durrur al-Baĥiyyah fi syarah al-Khashâish al-Nabawiyyah. Karena itu, beliau dinobatkan sebagai salah satu dari tujuh orang Indonesia yang berkesempatan mengajar di Masjidil Haram saat itu. (hal11)

Begitu besar peran mereka dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara ini. Memang tidak secara langsung mereka yang saat itu tinggal di tempat yang jauh dari Indonesia. Namun, melalui para penuntut ilmu Nusantara, ilmu, ideologi, semangat perjuangan melawan penjajah, hingga semangat nasionalisme dititipkan. Murid-murid tersebut, diantaranya, Hadratusyaikh KH. M. Haysim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, Kiai Sholeh Darat, Buya Hamka, dan ulama-ulama lainnya. Jejak mereka dalam proses pendidikan keagamaan dan perjuangan mengusir penjajah dicatat sebagai bagian dari peran mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

*Mahasantriwati Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, aktif di komunitas penulis muda Tebuireng, Sanggar Kepoedang.