sumber ilustrasi: Iqra.id

Oleh: Silvia Isna A.H*

Syekh Siti Jenar bernama kecil Sayyid Hasan Alial-Husain, putra dari Syekh Datuk Shaleh Isa Alawi bin Ahmad Syah Jamaludin Husain, seorang ulama di Malaka. Beliau lahir pada tahun 829H/1426M di Cirebon. Sebutan Sayyid disini menyebutkan bahwa Syekh Siti Jenar memiliki garis silsilah yang sampai pada Rasulullah (Hadisuwarno, 2018).

Syekh Siti Jenar memiliki pemikiran yang dinilai lumayan berbeda dengan ajaran Islam saat itu, yang dianut oleh kalangan kerajaan di Nusantara. Hal itu dikarenakan Ia mencoba menyusun ajaran tasawuf dengan filsafat hidup sehingga memiliki perbedaan dengan ajaran yang diajarkan oleh para wali, dimana ajaran Islam lebih cenderung ke arah syariat. Bahkan dapat dikatakan bahwa Syekh Siti Jenar sudah memiliki pemikiran ini semenjak beliau menuntut ilmu di Kota Baghdad yang menjadi pusat peradaban ilmu pengetahuan (abad 16), disaat beliau berguru kepada Syekh Ahmad.

Syekh Siti Jenar mengajarkan Islam yang esoteris, dimana bersifat sufistik dan sangat terbuka akan kearifan agama. Beliau juga mengaplikasikan ajaran arketisme ke dalam lingkungan kehidupannya juga dalam tatanan politik. (Sujadi, 2018: 151-159). Dikarenakan Syekh Siti Jenar memiliki pemikiran yang dianggap berbeda, menjadikan ajaran sufinya dilarang untuk disebarkan kepada masyarakat awam. Karena, dikhawatirkan malah menyesatkan mereka.

Semua di Semesta adalah Mayat

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Syekh Siti Jenar mengaitkan pemikirannya dengan ajaran Islam, Hindu, Budha, dan filsafat Jawa. Tuhan dalam pemikiran Syekh Siti Jenar tak bisa dijelaskan. Karena, manusia hanya makhluk biasa, indra manusia tak akan pernah bisa mengungkap esensi tuhan sebenarnya. Lalu, beliau memahamkan bahwa manusia adalah bagian dari Tuhan. Ruh pertama ditiupkan kepada Nabi Adam, disinilah awal mula pemikiran beliau, bahwa semua yang ada di alam semesta adalah bagian dari tuhan. Disini beliau menyandarkan dengan Manunggaling kawulo Gusti dalam hal ketuhanan.

Semua yang ada di alam semesta ini berupa mayat. Pemahaman konsep Syekh Siti Jenar yaitu hidup adalah kematian dan kehidupan sesungguhnya adalah kehidupan setelah kematian, dimana tidak terikat jasad, karena jasad akan menyatu dengan tanah. Alam Kubur menurut Syekh Siti Jenar berasal dari Bahasa Arab,”qa-ba-ra” yang artinya memendam, meyembunyikan, atau tempat untuk menyembunyikan sesuatu. Kehidupan, dimana tempat banyak orang menyembunyikan kejahatannya yang merugikan orang lain dan tak mau mengakuinya.

Manunggaling Kawula Gusti

Syekh siti Jenar menciptakan naskah klasik yang terdiri dari 15 pupuh (bagian) berjudul “Serat Syekh Siti Jenar”, merupakan tembang berbahasa Jawa. Dalam serat beliau berisi beberapa pandangan beliau. Beliau juga memiliki ajaran yang dikenal dengan nama Manunggaling Kawula Gusti dimana dalam suluknya terbagi ke dalam dua pembahasan, yaitu hakikat manusia dan kiamat (Nugraha, F. I, 2019: 11).

Pemikiran Syekh Siti Jenar mengenai jiwa merupakan suara hati yang diungkapkan dari Tuhan. Disini beliau memahamkan dengan rasa manunggal. Hal ini disandarkan dengan Al-Quran As-Sajdah: 9. Pemikiran tentang surga dan neraka yang berisi kesusahan dan kesenangan di dasarkan juga pada QS. Az-Zumar: 30.

Syekh Siti Jenar memiliki pandangan yang dinamakan Manunggaling Kawula Gusti. Dalam konsep ini, pemikiran beliau tak jauh dengan doktrin ajaran Ibn Arabi yaitu faham Wahdat al-Wujūd. Dimana terdapat relasi antara makhluk dan penciptanya. (Yudi, P, 2021: 3).

Ajaran Manunggaling Kawula Gusti menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai masa itu. Bahkan Syekh Siti Jenar dijatuhi hukuman mati karena dituduh membawa ajaran sesat. Sama halnya seperti yang terjadi pada seorang tokoh sufi bernama Hamzah Fansuri dalam ajarannya yaitu Wahdat al-Wujud. (Cahyani, 2020: 5). Ajaran Syekh Siti Jenar juga kerap disamakan dengan ajaran tokoh sufi yaitu al-Hallaj yang dikenal dengan hulul. Pemahaman yang hampir sama mengenai Tuhan yaitu Datuk Abulung, Al-Hallaj, Abu Yazid dan Ibn Arabi. (Mardliyah, 2020: 5).


Referensi:
Cahyani, K. N. (2020). Syekh Siti Jenar Dan Liyan.
Hadisuwarno, S. (2018). Biografi Lengkap Syekh Siti Jenar. Laksana.
Mardliyah, D. A. (2020). Studi Komparatif Ajaran Tasawuf Syekh Siti Jenar Dan Datu Abulung (Doctoral dissertation, Pascasarjana).
Nugraha, F. I. (2019). Analisis Serat Suluk Syekh Siti Jenar. Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia14(1).
Sujadi, A. (2018). Moralitas Asketisme Syekh Siti Jenar: Studi Trilogi Syekh Siti Jenar Karya Agus Sunyoto. Prasasti: Journal of Linguistics3(2), 151-159.
Yudi, P. (2021). Pemikiran Ibn ‘Arabi Dan Siti Jenar (Studi Komparatif Tentang Wahdat Al-Wujūd) (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung.


*Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.