(kanan, kemeja batik) Kiai Nur Rohmad, menjadi pamateri dalam peringatan Isra Mikraj dan Bedah Kitab KH. Hasyim Asy’ari di Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, Rabu (3/4/19). (Foto: Syarif)

Tebuireng.online– Beberapa Butir ajaran Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari mengenai Keaswajaan dibahas dalam acara bedah kitab Risalah Ahlussunnah karya KH. Hasyim Asy’ari, Rabu (3/4/19) di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Salah satu pemateri dalam kegiatan tersebut Kiai Nur Rohmad menjelaskan bahwa KH. Hasyim membolehkan bertawassul dengan adz-Dzawaat al Faadhilah seperti para nabi, Ahl al bayt dan para wali baik ketika mereka masih hidup atau pun sesudah meninggal.

“Bahkan Kiai Hasyim sendiri sering bertawassul dalam karya-karyanya. Lihat An-Nuur Al-Mubiin fii Mahabbah Sayyid Al-Mursaliin halaman 66-75,” katanya, Rabu (3/4).

Dikatakannya, Kiai Hasyim juga menegaskan bahwa melakukan safar untuk ziarah ke makam Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلمadalah termasuk sunnah yang disepakati oleh ummat Islam. Dan qurbah (perbuatan taat) yang sangat agung dan memiliki keutamaan yang sangat dianjurkan. 

“Kiai Hasyim juga menganjurkan agar peziarah bertabarruk dengan melihat Raudlah dan Mimbar Nabi Muhammad,” kata alumni Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar ini.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ditambahnya, KH. Hasyim Asy’ari juga mengikuti mayoritas ulama yang membagi bid’ah menjadi bid’ah wajib, haram, sunnah, makruh, dan mubah. Kiai Hasyim menegaskan bahwa menggunakan tasbih, melafalkan niat (membaca Ushalli), talqin mayit, sedekah untuk mayit, tahlilan, ziarah kubur dan semacamnya adalah bid’ah hasanah bukan bid’ah sayyi-ah. 

“Keterangan ini disebutkan KH. Hasyim Asy’ari dalam Risaalah Ahl As-Sunnah, halaman 8,” tambahnya.

Kiai Nur Rohmad menjelaskan dalam masalah mazhab KH. Hasyim Asy’ari menegaskan kewajiban bermadzhab bagi seseorang yang bukan mujtahid mutlak. Meskipun telah memenuhi sebagian syarat-syarat ijtihad. Dalam menyikapi perbedaan (ikhtilaaf) antara empat madzhab dan perbedaan dalam intern madzhab Syafi’i, KH. Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa hal tersebut sah-sah saja. Keterangan ini bisa dilihat dalam Risaalah fi Ta’akkud al-Akhdz bi Madzaahib Al-Aimmah Al-Arba’ah.

“Mengenai tasawwuf dan sufi, Kiai Hasyim menyatakan bahwa tasawuf dan sufi sejati adalah yang sejalan dengan Al Quran dan Hadits, sebagaimana beliau tegaskan dalam Ad-Durar Al-Muntatsirah fi Al-Masaa’il At-Tis’a ‘Asyrah,” tandasnya.

Pewarta: Syarif Abdurrahman
Publisher: RZ