Peradaban sekarang manusia semakin difasilitasi dengan teknologi yang kian berkembang, yang memudahkan penggunanya untuk mengakses apa yang diinginkan termasuk bekerja. Bekerja tanpa melangkahkan kaki keluar rumah saja bisa. Dalam Islam, kita diperintahkan untuk bekerja dalam memenuhi kebutuhan hidup agar dapat melakukan apa yang telah diperintahkan agama. Bekerja juga harus diiringi dengan tawakal dan berdoa supaya apa yang dilakukan sesuai dengan ridho-Nya.
Islam tidak mengajarkan untuk hidup dalam kemiskinan karena ada sebuah hadits “bisa jadi miskinmu membawamu kepada kekafiran”. Sehingga jika seseorang dalam suatu umat itu miskin kemudian dia mengeluh kemiskinannya yang berdampak dia mencuri dan merampok, maka hal itu akan menjadi malapetaka baginya. Sehingga kaya itu menjadi penting.
Memang uang bukan segalanya, tapi segalanya tidak bisa terlepas dari uang. Banyak sekali ibadah-ibadah yang menggunakan harta atau uang seperti haji, sedekah, zakat, membangun masjid, membangun pondok dan masih banyak lagi.
Jika kaya itu dilarang, kenapa banyak Nabinya Allah yang hidup kaya raya. Seperti Nabi Sulaiman yang menjadi crazy rich global and untill now, menurut perkiraan kekayaan yang dimiliki Nabi Sulaiman sebesar 5.000 triliun dan tak menutup kemungkinan lebih dari itu.
Selain itu, ada Sayyidah Khadijah dan Abdurrahman bin Auf yang juga kaya raya di masanya, Sayyidah Khadijah adalah istri Rasulullah yang sangat kaya raya dengan profesi dagang. Dengan kekayaan yang dimilikinya dijadikan investasi dalam memperjuangkan lslam sehingga dan tidak menjadikannya lupa dunia.
Dalam Islam juga mengajarkan ukhuwah islamiah yakni persatuan yang bersifat Islam maksudnya berbisnis dengan siapa pun meskipun dengan non muslim tidak dipermasalahkan asal mengaplikasikan norma-norma yang diajarkan Islam.
Mayoritas orang Islam salah mengartikan doktrin zuhud yang diajarkan dalam Islam dengan tidak memiliki kekayaan. Zuhud itu tidak meletakkan kekayaan di dalam hati yang dapat mempengaruhi pada diri sendiri tapi diletakkan di tangan dengan berinvestasi pada sesuatu yang tepat.
Seperti yang dikatakan sahabat Ali bin Abi Thalib “wisataku adalah bekerja di atas kemauan dan kemampuan”. Maka dari sini bekerja ialah bagian dari hifdzu al-nafs menjaga diri, agar terhindar dari meminta-minta, bahkan menghindari kelaparan sampai kematian sia-sia. Betapa penting arti bekerja bagi seorang muslim, tentu dengan niat yang baik dan benar semata-mata mencari ridha Allah Swt. Work-life balance menjadi salah satu cara seseorang untuk mengatur dan membagi antara tanggung jawab pekerjaan, kehidupan keluarga dan tanggung jawab lainnya. Sehingga seorang muslim harus mempunyai keseimbangan dalam hidup, hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia.
Ditulis oleh Fitriatul Hasanah, Mahasiswi Komunikasi di perguruan tinggi Malang