sumber gambar: bincangsyariah.com

Oleh: Indah Naila*

Berhati-hatilah dengan dosa yang kita anggap sedikit dan kecil, kemudian tanpa kita sadari mengalir menjadi besar, bahkan seperti bukit.

Setiap yang dilakukan manusia seimbang dengan dampak yang didapatkan. Ada kebaikan ada pahala, ada keburukan ada dosa. Jika ada amal jariyah, lalu adakah dosa jariyah? amal jariyah tak usang ditelinga, lalu bagaimanakah dengan dosa jariyah? apakah dosa jariyah ada dalam Al-Quran bagaimana perspektif Al-Quran mengenai dosa jariyah?

Menurut para mufassir setiap perbuatan dosa akan terus mengalir selama masih ada orang yang mengerjakan dosa tersebut. Baik karena mengajak, ataupun karena meninggalkan bekas (dosa) selama hidup di dunia, para mufasir memberikan contoh dalam perbuatan dosa jariyah seperti al-Maraghi, orang yang memulai kebencian, permusuhan sehingga banyak orang yang mengikutinya.

Dosa jariah dalam Al-Quran mempunyai kalimat yang berbeda, Al-Quran menyebutnya dengan kalimat liyahmilu, auzarahum, liyahmilunna, astqalahum dan wana’tubuma qaddamu, waatharahum.

Ibnu Qudamah al-Maqdisi dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin menegaskan bahwa dosa kecil bisa menjadi besar karena disebabkan dengan hal-hal berikut ini:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pertama, dosa tersebut dilakukan secara terus menerus. Dosa besar yang telah berhenti memiliki peluang yang lebih besar untuk diampuni daripada dosa kecil yang sering dilakukan. Ibaratnya seperti tetesan air jika terjadi secara terus menerus, maka air tersebut bisa melubangi batu. Namun, jika misalnya air dalam volume besar ditumpahkan dengan sekaligus ke atas batu tersebut. Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut: أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Artinya: “Dan ketahuilah sesungguhnya amal baik yang paling disukai oleh Allah adalah yang paling bertahan lama, meskipun amal tersebut hanya sedikit.”

Kedua, dosa yang dianggap kecil. Sebuah asumsi kecil terhadap dosa menandakan bahwa orang tersebut tidak menjaga etikanya kepada Allah. Dalam petuah sufi disebutkan, “jangan kau berpikir seberapa kecil kesalahan yang kau lakukan, tapi pikirkanlah betapa Maha Besar Tuhan yang engkau durhakai”. Anggapan kecil terhadap sebuah dosa menandakan pendosa tersebut sudah terbiasa dengan melakukan dosa tersebut.

Ketiga, perasaan bangga terhadap dosa yang telah dia lakukan. Kebanggaan terhadap sebuah dosa merupakan hal yang sangat lumrah terjadi, padahal tanpa disadari bahwa kebanggan akan sebuah dosa tersebut sangatlah berbahaya, karena dia telah (1) Menghina ajaran Allah (2) Menganggap baik-baik saja perbuatan dosa tersebut (3) Mengajak orang lain untuk untuk meniru apa yang dilakukanya, dan hal inilah yang dimaksud dengan dosa jariyah. Yakni dosanya satu orang yang kemudian dialirkan kepada orang lain sehingga dosa yang awalnya sedikit menjadi bukit karena diperluaskan.

Keempat, melakukan dosa di tempat atau waktu-waktu mulia. Dosa yang dilakukan di masjid atau dilakukan pada waktu bulan Ramadan yang menyebabkan dosa tersebut menjadi semakin besar karena ada unsur berbuat dosa kepada diri sendiri dan juga kepada waktu dan tempat yang suci dan mulia.

Kelima, sebuah dosa yang dilakukan oleh seorang yang menjadi publik figur atau panutan banyak orang. Karena kesalahan atau dosa yang dilakukan oleh orang tersebut berpotensi besar untuk ditiru oleh masyarakat awam. Maka ketika orang alim atau tokoh panutan melakukan dosa, sangat mungkin dosa tersebut menjadi dosa jariyah.

Perihal dosa, pahala, surga dan neraka hanyalah Allah SWT yang maha mengetahui dan mengaturnya. Akan tetapi kita sebagai makhluk bukankah alangkah baiknya untuk mencegah hal-hal kemungkaran dan lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak dan menyerukan hal-hal kebaikan.

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.