Oleh: KH. Abdul Hakim Mahfudz

Hari santri ditetapkan oleh pemerintah pada tahun 2015. Berarti sudah tahun ke -5 kita memperingatinya. Hari santri atau hari ketika ditetapkannya Resolusi Jihad sangat erat dengan upaya KH. Hasyim Asy’ari memperjuangkan hingga mempertahankan tanah air.

Sejak berdirinya Pesantren Tebuireng pada tahun 1899, beliau telah melalui berbagai halangan. Mulai dari pembakaran pesantren di tahun 1913 dan lain sebagainya. Namun hal itu tak menyurutkan niat beliau memperjuangkan keutuhan umat Islam. Alhasil, bersama para ulama’, beliau mendirikan Nahdhatul Ulama’ pada tahun 1927. Kemudian di tahun 1937 berdirilah Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), sebagai wadah antar ormas Islam yang ada di Indonesia dengan KH. Hasyim Asy’ari sebagai wakilnya.

Itulah salah satu keistimewaan beliau. Beliau adalah kiai berilmu tinggi, berkemampuan politik baik, manajemen, dan lain-lain.

Karena pengaruh beliau yang sangat tinggi, Jepang sering berdialog dengan beliau. Akhirnya, beliau mau diajak bekerja sama oleh Jepang untuk melawan sekutu. Tapi beliau punya siasat lain, yakni agar mereka (santri) belajar perang kepada tentara Jepang. Supaya berguna jika nanti dibutuhkan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Benar saja, usaha mempertahankan kemerdekaan yang digalakkan beliau melalui Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945, para santri yang sudah dibekali kemampuan bersenjata tak gentar menghadapi sekutu yang ingin merebut kembali tanah air.

Lalu kita yang hidup pada saat ini harus bertafakur atas apa yang diusahakan leluhur kita. Salah satunya sikap persaudaraan antar sesama umat Islam khususnya. Serta selalu meningkatkan keilmuan kita.


Disampaikan Pengasuh Pesantren Tebuireng pada acara peringatan Hari Santri Nasional 2020 di Pesantren Tebuireng (23/10/2020).