KH. Salahuddin Wahid foto bersama para habaib, kiai, dan cendekiawan, saat pelaksanaan Halaqoh Kebangsaan di Pesantren Tebuireng, Ahad (7/4/19). (Foto: Masnun)

Tebuireng.online– Halaqoh Kebangsaan bertajuk “Peran Habaib, Kiai, dan Cendekiawan” di Pesantren Tebuireng Jombang usai dilaksanakan. Dalam kesempatan tersebut KH. Salahuddin Wahid selaku Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang menyampaikan sambutan untuk mengawali acara.

Dalam kesempatan itu, Gus Sholah menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia memiliki modal sosial yang sangat besar, namun sayangnya modal tersebut belum cukup untuk mengatasi hiruk pikuk dan perpecahan antar umat islam yang terjadi.

“Kelebihan sosial belum mampu mengatasi hiruk pikuk ini, umat islam terpecah belah, kelompok NU dan Muhammadiyah saling merenggang,” tutur dzurriyah pendiri NU itu.

Gus Sholah memaparkan keresahannya terkait kondisi panas yang terus berlangsung menjelang datangnya pemilihan calon pemimpin negeri ini.  Menjelang pilgub DKI terjadi pertentangan antara kedua kubu. Di masing-masing kedua kubu ada kelompok-kelompok islam yang saling memaki, saling mengejek, saling memfitnah, dan saling menjatuhkan.

Menjelang pilpres suasana gaduh dan bising kian menjadi. Hoaks menjadi makanan sehari-hari. Masyarakat dengan mudah tanpa berfikir mengirim pesan yang mereka terima, baik di twitter, WA maupun facebook.  Masyarakat tidak pernah berfikir untuk memeriksanya terlebih dahulu benar atau tidaknya kabar yang mereka terima. Masyarakat tidak berfikir apakah pesan yag mereka kirim itu menyinggung kelompok lain atau tidak.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kedua kelompok merasa diri mereka benar dan pihak lain salah dengan argumentasi masing-masing. Kedua kelompok sama-sama merasa bergerak demi kepentingan bangsa, islam, ormas islam termasuk NU.

“Sejatinya yang maha benar hanyalah Allah, kita serahkan semuanya kepada Allah. Kesatuan Indonesia hanya bisa terwujud dengan kesatuan umat Islam. Persatuan umat Islam dan tokoh Islam harus segera diwujudkan secara bertahap”, ungkap Pengasuh Pesantren Tebuireng itu.

Kemudian dalam forum itu, Gus Sholah meminta maaf kepada para hadirin dan kiai yang tidak hadir apabila ada ucapan atau tindakan yang kurang cocok, yang mungkin menyinggung perasaan dan dianggap merendahkan yang mungkin dianggap memojokkan, “semua itu terjadi tanpa niat yang disengaja”, tuturnya.

Saat yang sama, Gus Sholah menyampaikan pesan kepada semua pihak yang menyampaikan pendapat di forum tersebut agar menggunakan bahasa dan kata-kata yang baik yang tidak berpotensi menyinggung perasaan, memojokkan atau memancing kegaduhan. “Jangan memancing hal-hal yang belum tentu benar yang tidak ada manfaatnya,” pesan Gus Sholah.

Selanjutnya, Gus Sholah berpesan kepada seluruh masyarakat agar menggunakan hak pilihnya, dan kepada para pendukung agar dapat legawa menerima seluruh keputusan Allah tentang siapa yang akan terpilih nantinya.

“Kita berharap pada pilpres perpecahan antar kelompok dapat secara bertahap diredam. Berharap modal sosial dapat menyembuhkan luka sosial, khusus NU dapat  terus memberi sumbangsih bagi masyarakat dan bangsa, masalah Jam’iyyah NU diharapkan dapat diselesaikan secara musyawarah dalam forum, tidak melalui media massa,” pungkas Cucu Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari ini.

Pewarta: Nailia Maghfiroh
Publisher: RZ