
Suratan Kecamuk yang Disia-sia
Kuwakilkan
dengan gores siratan tinta-tinta
menuai aksara-aksara
aku menuturkan derana jeruku
yang sejauh detakku
terkubur jauh-jauh
tak punya nyali
takut disia-sia
karena aku
hanyalah seorang
dalam jerat-jerat ekspektasi
kuat dicengkram tuntutan
aku yang dikoyak tuntas hampa
terpaksa telak bunuh keakuanku
melenggang atas persona asing
tuk disuguhkan pada para rezim arogan
penilai buta, semena-mena
semena-mena tak tahu apa
tahunya, sesuai akan mereka
Tentang Menetap dan Bertahan
Badai pelik tak pernah usai
terkadang reda, hanya setitik waktu
gundah gelisah senantiasa merasuk
mengundang air mata karena lelah
tak pernah habis pikir
tentang salah berpijak dan melangkah
bagaimana tidak, yang ditemu hanya semu
hanya menemu semu dan kegelapan
tak ada cahaya besar menerpa
digenggaman ini hanya lentera abadi
nyalanya kecil, namun mustahil padam
lentera abadi salah satu alasan tuk menetap
tak mungkin melangkah mundur, tidak
lentera itu sudah bersusah payah mengantar
kemudian tentang bertahan
sebenarnya sudah diujung tanduk
selangkah saja kan terjatuh atau mundur
namun, pilihannya hanya bertahan
atau hancur saja
tak ingin sia-sia hanya karena lelah
Menetap Aku
Kan menetap aku
seorang aku
berdiri pada siapa aku
tanpa sedikit ragu
kan bersikukuh aku
disini, meski serana menderu
meski disiksa pilu
lara yang tak bergegas berlalu
mengoyak dan menghantamku
tanpa ragu-ragu
aku, aku takkan peduli aku
pada manusia arogan sok tahu
pada bedebah-bedebah itu
bedebah tak tahu malu
yang gemar bicara melulu
tanpa pikir dulu
Penulis: Airvia