sebuah ilustrasi surat-surat yang ditulis. (sumber: merdeka.com)

Suratan Kecamuk yang Disia-sia

Kuwakilkan
dengan gores siratan tinta-tinta
menuai aksara-aksara

aku menuturkan derana jeruku
yang sejauh detakku
terkubur jauh-jauh

tak punya nyali
takut disia-sia
karena aku

hanyalah seorang
dalam jerat-jerat ekspektasi

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

kuat dicengkram tuntutan
aku yang dikoyak tuntas hampa
terpaksa telak bunuh keakuanku
melenggang atas persona asing

tuk disuguhkan pada para rezim arogan
penilai buta, semena-mena
semena-mena tak tahu apa
tahunya, sesuai akan mereka



Tentang Menetap dan Bertahan

Badai pelik tak pernah usai
terkadang reda, hanya setitik waktu
gundah gelisah senantiasa merasuk
mengundang air mata karena lelah

tak pernah habis pikir
tentang salah berpijak dan melangkah
bagaimana tidak, yang ditemu hanya semu
hanya menemu semu dan kegelapan

tak ada cahaya besar menerpa
digenggaman ini hanya lentera abadi
nyalanya kecil, namun mustahil padam
lentera abadi salah satu alasan tuk menetap

tak mungkin melangkah mundur, tidak
lentera itu sudah bersusah payah mengantar
kemudian tentang bertahan
sebenarnya sudah diujung tanduk

selangkah saja kan terjatuh atau mundur
namun, pilihannya hanya bertahan
atau hancur saja
tak ingin sia-sia hanya karena lelah



Menetap Aku

Kan menetap aku
seorang aku
berdiri pada siapa aku
tanpa sedikit ragu

kan bersikukuh aku
disini, meski serana menderu
meski disiksa pilu
lara yang tak bergegas berlalu

mengoyak dan menghantamku
tanpa ragu-ragu
aku, aku takkan peduli aku
pada manusia arogan sok tahu

pada bedebah-bedebah itu
bedebah tak tahu malu
yang gemar bicara melulu
tanpa pikir dulu



Penulis: Airvia