Oleh: Qurratul Adawiyah*
Rasa cemas biasanya sering dihadirkan oleh diri kita sendiri. Kita juga memilih terjadi kesusahan dan kesedihan dalam hidup kita. Bahkan, lebih dari itu, ada di antara kita yang menyiksa diri dengan penyakit hati. Penyakit ini tentu bukan karena virus atau bakteri, tetapi adanya kerusakan pikiran dan sedikit iman kepada Allah.
Salah satu penyakit hati yang tersembunyi adalah iri. Orang berpenyakit iri akan lebih menyakiti dirinya daripada menyakiti orang lain. Orang yang iri akan lebih menyiksa diri karena suatu hal yang bukan miliknya. Ada syair yang berbunyi “Alangkah indah dan adilnya sifat iri itu jika sifat iri itu sudah mulai menyerang pemiliknya. Selanjutnya pemiliknya akan dibunuhnya juga.”
Allah SWT berfirman, yang artinya: “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya? Sungguh, kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepada mereka kerajaan (kekuasaan) yang besar.”
Orang-orang Yahudi sangat memusuhi orang Mukmin. Hal yang mencegah mereka beriman kepada Nabi Muhammad SAW. Karena beliau merupakan orang Arab dan bukan keturunan Bani Israil. Selanjutnya, lihatlah bagaimana sifat iri itu menghancurkan pemiliknya.
Mereka menuju ke neraka dan tetap tidak mempercayai kenabian Muhammad padahal mereka mengetahui bahwa Rasulullah benar-benar seorang Nabi. Mereka mengenal Rasulullah seperti halnya mereka mengenal anak-anak mereka. Akan tetapi, karena sifat iri yang yang ada dalam diri mereka, mereka menjadi kafir dan berpaling dari petunjuk Allah.
Allah tidak membutuhkan mereka karena Allah Mahasuci, Mahakaya, dan Maha Terpuji. Lihatlah sekali lagi, yang diperbuat sifat iri kepada pemiliknya tak lain adalah akan membawa seseorang tersebut menuju kekufuran. Naudzubillah. Rasulllah telah memperingatkan untuk umat beliau dari bahaya sifat iri. Sebagaimana dalam sabda beliau, yang artinya “Waspadalah kalian dari sifat iri karena iri itu akan memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar atau rerumputan (sebagaimana dikatakan dalam riwayat lain).” (HR. Abu Daud)
Adapula yang mengatakan bahwa iri merupakan dosa pertama dalam maksiat kepada Allah, baik di langit maupun di bumi. Di langit adalah iri si iblis kepada Nabi Adam sedangkan di bumi adalah iri seorang Qabil kepada Habil.
Seorang laki-laki dari kaum Quraisy pernah mengatakan,”Mereka telah iri atas kenikmatan yang telah tampak, selanjutnya mereka menyambarnya dengan kata-kata batil. Apabila Allah telah memberikan suatu kenikmatan, kata-kata para penentang nikmat tidak berpengaruh pada semua nikmat itu.”
Sifat iri banyak terjadi di kelompok-kelompok masyarakat. Ketika mereka berkumpul, bahan pembicaraan mereka tak lain hanya seputar nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada orang lain. Mereka merasa terbakar dan kecewa atas kondisi mereka sendiri, yaitu ketika mereka melihat bagaimana Allah telah mencukupi orang lain.
Hal ini membuat pandangan mereka tidak nyaman. Begitu pula ketika seorang diberi karunia, mereka membiarkan perasaan iri membakar semua amal-amal kebaikan mereka, lalu menghancurkan jiwa mereka.
Oleh Karena itu, kita sebagai muslim jauhilah sifat iri. Hindarilah bergaul dengan orang yang suka berbicara akan kenikmatan yang Allah berikan terhadap orang lain. Karena dengan sifat iri, orang tersebut telah menyalahkan keadilan yang Allah berikan.
Selain hal itu, dengan sifat iri akan timbul permusuhan, permasalah, dan peperangan. Mintalah perlindungan kepada Allah dari sifat iri, dengan begitu perasaan dan jiwa akan menjadi tenang dan tenteram.
*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.