KH. Anwar Iskandar Tambakberas saat menyampaikan sambutan dalam Harlah ke-94 NU pada Rabu 12 April 2017 di GOR Chasbullah Said Jombang.

Tebuireng.online- Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur KH. Anwar Iskandar, dalam tausiyahnya pada tasyakuran harlah ke-94 NU yang bertempat di GOR Chasbullah Said Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas Jombang, Rabu (12/04/17) malam, sejak awal sudah lihai membangkitkan semangat warga Nahdliyin yang memenuhi gedung tersebut dengan yel-yel yang menggelora.

“Warga NU sekarang sudah pintar, ditanya siapa kita? Jawabnya ‘NU’, ditanya NKRI? Jawabnya ‘Harga mati’, dan ditanya Pancasila? Jawabnya ‘Jaya’,” ungkap Kiai Anwar yang langsung disahut oleh ratusan Nahdliyin yang hadir.

Menurutnya, memahami tiga hal yakni NU, NKRI, dan Pancasila adalah penting untuk menunjang pemahaman tentang keislaman dan kebangsaan bagi warga NU. Kiai Anwar juga menambahkan bila mengikuti NU maka akan selamat lahir dan batinnya, dunia dan akhiratnya. “NU selamat lahirnya, juga selamat dunia akhiratnya,” ujarnya.

“Kalau Mbah Wahab punya pesantren namanya Tambakberas yang diteruskan oleh dzuriyahnya, kalau Mbah Hasyim punya pesantren namanya Tebuireng yang diteruskan oleh dzuriyahnya, kalau Mbah Bisri punya pesantren yang namanya Denanyar yang diteruskan oleh dzuriyahnya, maka beliau-beliau punya pesantren yang lebih besar dari ketiga pesantren itu, yaitu beliau punya pesantren Nahdlatul Ulama yang terbesar di Indonesia bahkan di dunia, jadi saya tidak bisa membayangkan berapa besar pahala yang mengalir untuk beliau-beliau itu,” imbuhnya.

Itulah mengapa, lanjut beliau, jika orang-orang jadi heran terhadap NU, kenapa NU dimusuhi banyak orang tapi masih hidup dan menjadi besar sampai sekarang. Kiai Anwar juga menceritakan bahwa semua organisasi baik di Masa Orde lama, Orde Baru hingga saat ini yang menistakan NU sekarang habis dan lenyap, menurutnya itu karena kualat dengan NU. “Semua organisasi yang menistakan NU, habis semuanya dan itu karena kualat dengan NU,” terangnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Kalau dipikir secara rasional, NU harusnya sudah meninggal dunia sejak lama, uang nggak punya, lawannya orang-orang yang punya uang, tetapi ternyata kekuatan ekonomi berhadapan dengan ridho Allah, habis semua,” imbuhnya.

Hal itu, lanjutnya, karena pendiri-pendiri NU adalah orang-orang yang muhlis, yakni orang yang ikhlas berjuang untuk agama Allah. “Jimatnya kita ini adalah karena pendiri NU adalah orang yang muhlis, yang tidak ada niat apa-apa hanya untuk mencari ridho Allah, tinggal keturunan dari Mbah Wahab, Mbah Hasyim, Mbah Bisri itu bisa meniru bapak-bapaknya dahulu,” ujarnya.

Oleh karena itu, ungkapnya lebih lanjut, jika menjadi pengurus NU maka jangan ada niat hidup dari NU tapi niat untuk menghidupi NU. “Jangan ada niat untuk kepentingannya sendiri nanti bisa kualat, siapa saja boleh jadi pengurus NU, setiap orang punya hak untuk memilih dan dipilih tapi marilah bersihkan hati kita seperti para pendiri NU, marilah dalam harlah ini kita melakukan renungan-renungan, kontemplasi apa yang harus kita lakukan ke depan untuk NU,” pungkasnya.


Pewarta:   Rif’atuz Zuhro

Editor:       Munawara

Publisher:   M. Abror Rosyidin