Para pimpinan PCNU Jombang dalam acara Harlah ke-94 NU di Jombang. (Foto: Ririf)

Tebuireng.online- Ketua Tanfidiyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang, KH. Isrofil Amar menyampaikan empat amanah untuk keberlangsungan NU pada saat kegiatan tasyakuran Harlah ke-94 NU dan Silatda (Silaturahim Daerah) kader penggerak NU di GOR Chasbullah Said Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas Jombang, Rabu (12/04/2017).

Empat amanah tersebut beliau sampaikan kepada seluruh warga nahdliyin khususnya di Kota Santri ini. Empat hal tersebut di antaranya, pertama agar warga NU mencintai NU secara kaffah, kedua memperkokoh ukhuwah baik nahdliyah, basyariyah, islamiyyah, ataupun wathaniyyah, ketiga memiliki sikap sajaah (berani), dan keempat menjadi kader yang terus tumbuh dan berkembang.

Secara gamblang beliau menjelaskan bahwa mencintai NU secara kaffah menurutnya adalah ketika anggota tubuh individu warga NU hingga pada pikiran dan hati sepenuhnya mencintai NU. “Marilah kita cintai NU dengan sepenuh cinta, dari lisan, pikiran, hati dengan utuh, begitu juga cinta ulama sebagai pejuang, terutama muassis NU,” terang Kiai Isrofil, sapaan akrabnya.

“Dengan begitu semua apa yang kita lakukan berorientasi semata-mata karena kecintaannya terhadap NU,” lanjut Kiai Isrofil.

Beliau juga memaparkan pentingnya sikap nahdliyin untuk memperkokoh ukhuwah. Korelasinya adalah terhadap tegaknya NU dari masa ke masa. Dalam menjalankan visi dan misi NU menurutnya tak akan luput dari permasalahan karena sikap publik yang sebagian besar menerima dan sebagian yang lain menolak, terlebih muncul kelompok-kelompok ingin menyerang NU dari berbagai sisi.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Marilah kita kokohkan ukhuwah kita baik nahdliyah, basyariyah, islamiyyah juga wathaniyyah. Kalau kader-kader NU se-iya dan sekata, siapa saja yang akan menyerang NU dan ulama maka akan terlindis dengan sendirinya,” jelasnya.

Di samping itu sifat berani mengambil keputusan dan tindakan yang dimiliki kader NU juga tidak jauh lebih penting dan sangat dibutuhkan. Hal ini juga berkesinambungan dengan sikap ukhuwah di atas, dua sikap tersebut harus berbanding lurus dalam perjalanannya. “Karena dalam setiap perjuangan pasti ada problem,” tuturnya.

Terakhir beliau menyinggung perihal bagaimana supaya menjadi kader NU. Beliau menganalogikan amanah dengan sebuah biji yang bisa tumbuh, bercabang, kemudian menghasilkan buah yang bermanfaat bagi siapa pun yang hendak merasakan manfaatnya.

“Kader adalah pengembang, seperti biji yang bisa ditanam di mana-mana, kemudian berkembang, tumbuh, bercabang, dan cabang-cabangnya terus berkembang lagi dan seterusnya begitu,” pungkasnya.


Pewarta:  Rif’atuz Zuhro

Editor:     Munawara

Publisher: M. Abror Rosyidin