Sumber gambar: https://www.islamkafah.com

Oleh: Silmi Adawiyah*

Cobaan yang pedih selalu menghiasi kehidupan insan yang bernyawa. Kita tetap harus kuat dan tabah menjalani semuanya. Sepedih-pedihnya cobaan, tetap saja Allah menyediakan penawarnya. Kita mau mengikuti atau tidak, kita sendiri yang merasakan. Karena tidak selamanya cobaan yang pedih itu menyakitkan, banyak juga yang menguatkan dan menangguhkan.

Dalam kitab Al-Hikam, Ibn Atha’illah menuliskan:

ليخفف ألم البلاء عنك علمك بأنه –سبحانه-هو المبلي لكو فالذي واجهتك منه الأقدار هو الذي عودك حسن الاختيار

“Agar ujian terasa ringan, engkau harus mengetahui bahwa Allah lah yang memberimu ujian. Dzat yang menetapkan beragam takdir atasmu adalah Dzat yang selalu memberimu pilihan terbaik.”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Beliau hanya mengingatkan bahwa cobaan itu datangnya dari Allah, bukan dari yang lain. Allah lah yang lebih tahu yang terbaik untukmu daripada dirimu sendiri. Maka dari itu, dalam menghadapi cobaan yang cukup pedih, kita harus memompa kesadaran yang kuat, kesadaran inilah yang menjadikan cobaan berasa hiburan, kebahagiaan, dan kesabaran.

Pernahkah menyaksikan seorang ibu yang melarang anaknya untuk beli permen kesukaannya di pasar? Tidak membolehkannya itu bukan karena ibu tersebut pelit atau tidak sayang kepada anaknya, melainkan ibu tersebut tahu gigi anaknya berlobang dan jika ia tetap memakan permen maka akan merasakan kesakitan yang luar biasa.

Begitu pula dengan Tuhan kita, Allah. Dia yang Maha Pemurah, Maha Penyayang, Maha Melihat kepada hambanya. Setiap petaka dan cobaan yang dijatuhkan kepada hambanya. Itu karena Allah tidak menghendaki darinya kecuali kebaikan. Dengan kesadaran itu, ia akan berbaik sangka kepada Allah dan yakin bahwa itu adalah pilihan-Nya untuknya. Ia harus yakin bahwa dalam ujian itu terkandung maslahat tersamar bagi dirinya yang tidak diketahui, kecuali oleh Allah.

Sejenak kita melihat lebih dekat QS Al-Baqarah ayat 216:

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

*Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana UIN Jakarta, alumni Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir Jombang dan Unhasy Tebuireng.