Acap kali diamati, saat berada di ruang-ruang diskusi atau kajian, ada satu kelompok atau beberapa orang yang aktif mengeluarkan pandangan dan tak segan melontarkan pertanyaan pada narasi samar yang melintas dalam forum. Namun juga sebaliknya, selama berlangsung sesi tersebut terdapat pula sekelompok anggota diskusi yang pasif dan cenderung diam. Beberapa memang memilih diam karena menarik diri mungkin sebatas pengamat saja, beberapa lagi diam karena malu untuk bersuara, malu mengeluarkan pendapat dan bertanya.

Sifat malu memang menjadi sifat alami bagi manusia. Bahkan beberapa kali disebutkan dalam hadis Nabi Saw bahwa malu itu bagian dari iman, bermakna bahwa betapa pentingnya sifat malu bagi manusia. Malu yang seperti ini biasa disebut al-haya’. Misal, hadis dari Imam Bukhari no. 9 berikut:

الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ

Iman itu memiliki lebih dari 60 cabang. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.

Namun malu dalam belajar merupakan kerugian. Malu dalam kasus ini mungkin lebih cocok disebut insecure atau merasa kurang percaya diri.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Perasaan malu atau kurang percaya diri dalam belajar biasa dirasakan oleh kaum wanita. Memang tidak semua, akan tetapi cenderung dirasakan oleh mereka. Karena memang mahkota paling berharga seorang wanita adalah rasa malu. Maka dari itu tidak aneh kiranya jika wanita sering merasa malu. Tetapi bagaimana malu-insecure ini dalam ruang belajar?

Mari kita lihat sebuah peristiwa berharga yang terjadi di masa emas, Rasulullah Saw.

Abu Zahwu dalam kitabnya yang berjudul al-Hadits wa al-Muhadditsun menyebutkan, bahkan kaum perempuan menyumbang pengaruh besar dalam ilmu hadis sebab tindakan mereka yang berani dan tidak pernah malu menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan masalah agama kepada Rasulullah Saw. Hal ini terbukti dari satu hadis yang terkenal tentang kasus mandi janabah bagi wanita yang mengalami mimpi basah.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحِي مِنَ الْحَقِّ، هَلْ عَلَى الْمَرْأَةِ غُسْلٌ إِذَا احْتَلَمَتْ؟

Sesungguhnya Allah Swt tidak malu terhadap kebenaran. Apakah perempuan juga mandi ketika ia bermimpi?.

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari no. 6091. Abu Zahwu juga menyatakan bahwa kebanyakan wanita-wanita yang berani bertanya langsung kepada Nabi tersebut dari golongan anshor (wanita Arab penduduk Madinah). Sehingga istri Nabi, Aisyah r.a. memuji keberanian mereka.

نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ، لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ. 

Sebaik-baik wanita adalah wanita anshor. Tidak ada rasa malu yang menghalangi mereka untuk tafaqquh fiddin, belajar agama.

Pujian ini termaktub dalam kitab Shahih Muslim no. 332.

Oleh karena itu, malu, insecure, atau kurang percaya diri dalam belajar merupakan tindakan yang rugi dan bisa saja berbahaya. Bahkan sejatinya bertindak berani dalam belajar dan menuntut ilmu adalah perbuatan terpuji.

Meskipun tulisan ini berbicara tentang insecure dari sudut pandang perempuan, namun maksud dan tujuan tulisan ini dan hadits-hadits di atas itu umum, tidak terbatas gender laki-laki atau perempuan. Karena satu kaedah penting dalam ilmu ushul fiqh

العبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب

Sebuah argumentasi itu dilihat dari aspek umumnya narasi, bukan karena terkhususnya sebab kejadian. Wallahu’alam

Baca Juga: Ini Keutamaan Belajar dan Mencari Ilmu


Ditulis oleh Al Fahrizal, alumni Ma’had Aly Hasyim Asy’ari