nailaOleh: Aulia Rahmah*

Hidup di dunia pesantren merupakan sebuah anugrah yang patut  di syukuri. Karena tidak semua orang mampu menjalaninya. Menjadi seorang pelajar pesantren atau yang biasa disebut santri harus mempunyai niat yang kuat untuk tenggelam dalam dunia keagamaan. Seperti yang kita ketahui, pesantren merupakan mercusuar peradaban untuk negeri ini. Tidak jarang, tokoh-tokoh besar di negeri ini terlahir dari dunia pesantren.

Aroma religius khas pesantren menjadi daya tarik bagi setiap orang yang ingin belajar atau mendalami ilmu agama. Al Quran, hadis, dan literatur klasik kitab kuning menjadi simbol kekuatan ilmu yang ada di dalam pesantren. Berbagai strategi dalam mengkajinya pun menjadi fenomena yang tidak kita temukan pada lembaga pendidikan di luar pesantren, mulai dari sorogan, bandongan, halaqoh, musyawarah, talaqqi, dan lain-lain.

Para santri dituntut untuk bisa mengerti dan memahami ajaran Islam secara mendalam. Ilmu-ilmu yang diajarkan meliputi, ilmu tauhid, ilmu kalam, ilmu fiqih, akidah, tasawuf, ilmu tafsir, dan sebagainya yang menjadi dasar dan pedoman santri. Tidak hanya itu, santri juga disuguhi ilmu-ilmu sosial sebagai bekal hidup ditengah masyarakat. Karena medan yang akan dihadapi para santri kelak ketika hidup di masyarakat sangat curam dan persoalan semakin kompleks, maka santri perlu dipersiapkan sejak dini.

Persiapan untuk menjadi figur teladan masyarakat yang agamis, tidak cukup hanya dengan keilmuan saja, penampilan merupakan aspek penting yang mendukung penilaian tinggi rendahnya derajat kemanusiaan di mata manusia, terlebih di mata Allah. Berpenampilan menarik namun tetap agamis adalah dambaan setiap muslimah. Hal ini dirasakan oleh para santri putri atau biasa disebut santriwati. Banyak orang yang menganggap bahwa dunia pesantren terkesan kuno dan kampungan, sehingga mereka gengsi ketika harus meniru gaya busana santri yang terkesan tidak modernis.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Padahal, jika kita paham dengan ajaran syariat Islam tentang bagaimana ketentuan dan cara berpakaian, santrilah yang patut dijadikan acuan model busana. Dalam Al Quran, Allah telah memperingatkan, khususnya bagi kaum perempuan untuk mengenakan pakaian yang menutup aurat dengan mengunakan jilbab sampi menutup dada, sehingga tidak terlihat lekuk tubuh. Aturan tersebut berlaku keras di pondok-pondok pesantren putri. Apabila santriwati melanggar aturan tersebut maka ta’ziran siap menanti.

Berangkat dari itu, santriwati terbiasa memakai busana muslimah yang sesuai dengan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Namun, busana yang mereka kenakan pun tidak melulu dengan model yang membosankan. Dewasa ini, banyak alumni santriwati yang kreatif yang mampu mendesain mode busana muslimah menjadi lebih modern. Tetapi tetap tidak melupakan aturan syari’at yang sudah ditetapkan.

Perpaduan antara gamis dan hijab dengan warna yang cerah ataupun soft dapat menjadi pilihan muslimah masa kini. Desain model yang bagus sudah mampu membuat penampilan muslimah menjadi menarik. Tanpa mengeluarkan budget yang banyak muslimah sudah dapat tampil cantik nan anggun.

Ikat pinggang dan blezer dapat menjadi aksen menarik untuk muslimah anggun. Dipadu dengan hijab pasmina maupun hijab syar’i untuk menambah kesan elegan. Santriwati tidak hanya pintar dalam mengkaji ilmu agama tetapi juga pintar dalam berbusana, modern nan syar’i.

Dunia fashion di negeri ini harusnya berkiblat pada pondok-pondok pesantren, bukan malah pada artis-artis yang hanya menampilkan gaya glamor dan sekedar ikut-ikutan trend mode kebarat-baratan. Jika kita alihkan kiblat fashion kita kepada santriwati yang notabene mengerti ajaran dan syari’at Islam dalam berbusana, insyaallah negri ini akan terlindungi dari berbagai tindakan kriminal dan asusila. Jadi, tetap anggun dalam bautan syariat dan jadilah santriwati yang agamis dan modis.


*Santriwati Pesantren Putri Walisongo Cukir & mahasiswi Unhasy Tebuireng