KH. Ahmad Musta'in, MAOleh: Dr. KH. A. Musta’in Syafi’ie

إن الْحَمْدَ لِلّهِ . نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ . وَ نَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ اَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ . اِتَّقُوْ اللهَ ,اِتَّقُوْ اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. أعوذبالله من الشيطان الرجيم , وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَداةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَيْناكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَياةِ الدُّنْيا وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنا وَاتَّبَعَ هَواهُ وَكانَ أَمْرُهُ فُرُطاً. صَدَقَ اللهُ العظيم

Jumat yang berlalu kita membicarakan betapa dunia ini membutuhkan orang salih. Dalam kajian surah al Kahfi yang memuat empat tokoh sentral, satu ashabul kahfi, kedua  ashabul jannah pemilik kebun, ketiga Nabiyullah Khodir as., Keempat Iskandar Dzulqornain. Ini kali ke delapan membicarakan kesalihan ashabul kahfi.

Pada akhir penuturan tentang ashabul kahfi, imamuna Abu Abdillah Al Qurtubi menutup dengan sebuah pembuktian bahwa kisah-kisah dalam Al Quran itu bukan sebuah ilustrasi, bukan fiktif. Seperti pada pengantar nuzul-nya surah al Kahfi dimana para pendeta Yahudi dan Nasrani menggugat dan ngetes Rasulullah. Lalu surah al Kahfi turun, mereka tetep tidak puas. Ingin bagaimana lebih detail ashabul kahfi termasuk goanya, posisi dan lain-lain.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Subhanallah, karena nabiyullah Muhammad SAW. insan yang paling sempurna dan selalu bisa berdialog dengan apa saja. Jangankan sekedar ditayangkan atau hadir di lokasi goa itu. Perjalanan sekejap ke al masjid al aqso kemudian naik ke sidrotul muntaha saja bisa. Maka dalam saat yang kritis, Nabi meminta kepada Allah diberi penjelasan tentang al Kahfi itu. Sehingga di luar dugaan betul-betul sangat ajaib, Hadroturrasul Nabiyullah Muhammad SAW. dengan kekuatan Allah bisa berdialog, nyambangi, bersalam, bertutur dengan pemuda goa yang sudah mati sekian ratus tahun.

Dari pengalaman konsultasi itulah, kemudian dijawabkan kepada pendeta yang membantah, mencoba mengevaluasi, dan mengkritisi. Keadaanpun menjadi clear dan berita-berita Al Quran diterima oleh mereka menurut akal. Tapi hidayah belum sampai ke hati mereka. Sehingga para pendeta itu tetap kafir dan tidak lagi menerima keislaman.

Itu berulang ketika sebuah ekspedisi pertempuran, dimana Muawiyah bin Abi Sufyan bersama Ibnu Abbas di ghozwatul madhiq, di pinggiran Persia. Pulang dari pertempuaran yang hebat itu, melintaslah para tentara di lokasi goa atau tempat ashabul kahfi itu dulu ditidurkan selama 309 tahun.

Karena sangat penasaran, Abu Sufyan r.a. berhenti sejenak dan berharap, “Andai saya bisa bertemu mereka pemuda-pemuda hebat yang lari membawa keimanannya, yang lari dari raja zalim, kita bisa ketemu alangkah indahnya”. Ibnu Abbas yang lebih junior mengomentari, “Tidak bisa, itu tidak bisa”. Lawit tola’ta ‘alaihim seterusnya, Abu Sufyan dengan spiritualnya yang tinggi walaupun dia masuk Islam belakangan, ba’da fath (pembukaan Kota Mekkah).

Spiritual tinggi Abu Sufyan tetap tidak mau beranjak pergi dari gua itu dan tetap ngotot, “Hendakya Allah memberikan rahmatnya bisa bertemu ashabul kahfi”. Para sahabat, temannya tetap membantah mana mungkin kita bertemu orang-orang yang lama sudah mati. Subhanallah, tanpa diduga ada angin yang menghembus secara misteri sehingga membuka tabir itu.

Terjadilah komunikasi antara Abu Sufyan dengan ruh mereka, entah tayangannya seperti apa. Dialog-dialog sebentar dan selesai. Legalah dia, kemudian pergi meninggalkan gua itu. Para sahabat tercengang melihat keadaan itu. Begitulah Imamuna ats Tsa’labi bertutur dalam al jami’ li ahkami Al Quran.

Itu artinya seluruh yang ada di dunia ini, makhluk apapun tidak hanya makhluk berakal, tidak hanya makhluk yang memiliki kecerdasan spiritual yang bisa berhubungan dengan Tuhan, dengan alam dan lain-lain. Tidak hanya orang-orang saja yang bersujud kepada Allah, tidak hanya jin-jin saja yang bersujud kepada Allah. Seluruh makhluk di dunia ini, sudah disampaikan berkali-kali oleh para kiai, para ustadz, para muballigh, seluruhnya bertasbih kepada Allah. Seluruhnya, tasbih itu sebuah komunikasi internal, sangat internal. Dan setiap masing-masing makhluk itu berbeda cara bertasbih, cara berkomunikasi dengan Tuhan sangat berbeda.

Yang paling hebat berkomunikasi, bertasbih tidak lain adalah Hadraturrasul Nabiyullah Muhammad SAW., sehingga dalam al Isro pun ayat pertama dibuka dengan bahasa subhan. Dengan subhan ini, kemahasucian Tuhan ditunjukkan sebagai lintas rasional. Nabi Muhammad telah membuktikan dirinya bisa lintas segala-galanya. Bisa memutar mundur arah jarum jam jauh sehingga bisa berdialog dengan nabi-nabi terdahulu.

Tidak hanya itu, bahkan bisa memutar arah jarum jam cepat kedepan, futuristik. Bisa melihat gambaran-gambaran masa depan sangat jelas sekali, yang tak terbatas. Untuk itu tidak ada yang heran dihadapan Nabi, tidak ada yang musykil dihadapan Nabi, karena sentuhan tasbih, karena bimbingan Tuhan dalam bertasbih. Bisa dibayangkan betapa malunya kita, jika kita ini tidak mengaktifkan komunikasi dengan Tuhan menurut cara kita masing-masing.

Allah sudah mengingatkan kita bahwa tusabbihu lahu assamawa as sab’u. Tujuh langit yang sedemikian raksasa dan tak terbatas itu pun aktif tusabbihu lahu. Nabi kita ini telah membuktikan bagaimana langit-langit itu bertasbih kepada Allah, wal ardh seluruh isi bumi ini juga bertasbih, waman fihinn semua makhluk yang ada.

Tidak cukup dengan itu, dibuat tesis balik yang menafikan keseluruhan kemudian menetapkan keseluruhan, wa im min syai’ illa yusabihu bihamdih, walakilla tafqohuuna tasbihahum, seluruhnya. Cuma kita yang tidak mengerti tasbih mereka. Mohon maaf, sebagian ulama mengatakan begini, kalau kita ingin berkomunikasi dengan alam tentu saja kepada Tuhan. Allahlah yang bisa mengantarkan komunikasi itu, maka tidak ada lain bahasa komunikasi yang paling tepat, yang bisa diterima oleh alam, ikan, tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan melata codot, tekek, uler dan lain-lain komunikasi dengan (cara) itu. Bahasa komunikasinya hanya tasbih, subhan.

Ini sangat menggemparkan, sampai-smapai Allah swt. mengangkat kehebatan tasbih dari segi religiusitas pahala. Subhanallahil adzim, kalimatani khafifatani (dua kalimat yang ringan) diucap tapi pahalanya di akhirat tsaqilatani fil mizan (berat dalam timbangan amal), dan paling disukai oleh Allah ar Rahman, (habibatani’ indar Rahman). Sehingga biasanya  imam-iman tahlil bagi kaum nahdliyin yang amaliyahnya tahlil, mau mengucap subhanallah wabihamdihi,  imamnya memberi komentar terlebih dahulu, “Kalimatani khofifatani…,” seterunsnya, seperti itu.

Tapi sayang, seharusnya tasbih itu dilakukan seperti isyarat, filologis fiil mudhori. Tusabbih itu istimror, dawam. Bertasbih itu kontinuitas, tidak ada alasan orang yang tidak bisa bertasbih pada Tuhan. Supirpun bisa bertasbih, matikan itu tape di mobil. Ngerungokno nyanyian nggarai fasik, ganti dengan tasbih. Dengan demikian perjalanan itu akan diantar kepada Tuhan, didoakan oleh makhluk sekitar. Ya sekali-kali boleh lah.

Apa alasannya orang becak tidak bisa berkomunikasi dengan Tuhan? Didoakan para alam sekitar, genjok becak dengan baca subhanallah ngga bisa tah? Apa ibu-ibu rumah tangga memasak hanya diam, bisa kan memasak ngulek sambel sambil subhanallah kan bisa. Malu kita dengan alam sekitar yang selalu bertasbih tusabbihu lahu samawatus sab’u wal ardh waman fi hinn.

Benarkah makhluk-makhluk termasuk tumbuh-tumbuhan itu bertasbih? Sarjana di Inggris, sekelompok sarjana Inggris yang dipimpin oleh Prof. William Brown itu melakukan penelitian tentang tanda-tanda kehidupan di tumbuh-tumbuhan selama 3 tahun lamanya. Dalam penelitian itu terekam ada denyut pohon-pohonan, seperti denyut nadi yang sangat lembut sekali. Mereka tertarik fenomena apa ini, diteliti lebih lanjut ternyata dibesarkan, direkam, dibesarkan kayak detak jantung yang mereka menyebut detak elektronik.

Denyut elektronik ini kemudian direkam dengan sebuah peralatan yang sangat canggih osiloskop. Sehingga dibesarkan sekian, dengan suara sekian terekam detak pohon-pohonan itu bisa berulang sekitar seribu kali perdetik. Semakin dibesarkan, semakin nyata. Mengeluarkan suara-suara elektrik yang tidak dipahami tapi terus-menerus seperti gemuruh.

Hasil penelitian ini di save, di simpan. Karena dia tidak bisa memecahkan masalah, persoalannya ini apa? Ini fenomena apa? Lalu dikirim ke lembaga penelitian di semua universitas ternama di Eropa bahkan di Amerika, dengan tujuan untuk menjawab ini fenomena apa, kok pohon-pohon mempunyai denyut elektrik menggemuruh seperti ini.

Seluruh universitas yang dikirimi data penelitian itu mengembalikan dengan jawaban hampa, tidak ada yang mampu membongkar. Secara tidak sengaja ada halaqoh kecil para sarjana muslim, kajian-kajian ilmiah biasa kayak batsul masail begitu. Ada dari ilmuan muslim Pakistan, ada juga dari India. Prof. William Brown ini permisi untuk nimbrung sebentar, dan secara iseng menyampaikan hasil penelitiannya selama 10 tahun tentang denyut pohon itu. Subhanaallah, dengan enteng sarjana muslim itu berkata, “Itu tidak mengherankan bagi kami karena di dalam kitab suci kami mengisyaratkan ada itu”.

Bahwa semua yang ada di bumi ini termasuk pohon-pohonan itu aktif bertasbih kepada Allah. “Oh begitu, apa di kitab suci kalian ada keterangan seperti itu?,” tanya Prof. William. “Ada, tidak hanya itu bahkan assamawatus sab’u,  tujuh langit itu pun demikian. Al ardh, bumi juga demikian. Hanya saja, walakilla la tafqohuna  tasbihahum, kita tak paham bagaimana mereka bertasbih.

Kita tidak mengerti bahasa apa yang dipakai dalam komunikasi bertasbih makhluk-makhluk itu. Kalau kita mengerti detailnya apa, sepertinya tidak mungkin. Walakin la tafqohuuna, lafadz “la”-nya ini menunjukkan ketidaktahuan itu tidak selamanya. Tapi secara glondongan mungkin mengerti atau mungkin dengan penelitian lanjutan bisa diterka arahnya seperti apa, kekhusyukannya seperti apa pohon-pohon itu..

Apa sikap Prof. William Brown? Dia merunduk dan spontan mengakui Islam memang hebat, Al Quran Al Karim tidak pernah ada yang salah. Lalu tunduk kepada Allah, bersyahadat dan masuk Islam. Mudah-mudahan kita bisa mendapat hidayah dari Allah dengan aktif bertasbih, agar kita tidak malu dipermalukan, dilihat oleh alam sekitar yang selalu bertasbih.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْم. وَنَفَعَنابه وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأٓيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم. فَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ تعالى جَوَّادٌ كَرِيْمٌ البَرُّ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. و الحمد للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ