Ilustrasi : www.google.com

Oleh: Nazhatus Zamani*

Nama lengkapnya Sa’ad bin Ubadah bin Dulaim bin Haritsah Al-Khazraji, biasa dipanggil Abu Tsabit. Di era jahiliyah, ia digelari Al-Kamil, karena pengetahuannya yang sempurna dalam bidang tulis menulis, kepandaiannya dalam berenang dan memanah.

la termasuk salah satu amir (pemimpin) terpandang di masa jahiliyah dan salah satu di antara 12 pemimpin Anshar yang terpilih dalam Bai’at Aqabah II. Ia adalah pemimpin Bani Sa’adah dan pembawa panji mereka dalam setiap peperangan.

Setelah selesai prosesi bai’at secara rahasia dan orang-orang sudah bersiap-siap untuk pulang ke Madinah, tiba-tiba orang-orang kafir Quraisy memberitahu tentang prosesi pembai’atan mereka kepada Rasulullah. Mereka mengusir rombongan kaum Anshar dan menangkap Sa’ad bin Ubadah. Mereka mengikat tangan sampai lehernya dengan tali kekang kendaraannya, kemudian mereka menyeretnya sampai memasuki Makkah.

Pada masa jahiliyah, nenek moyangnya memiliki sebuah benteng, di benteng itu diserukan, “Siapa yang menginginkan minyak lemak dan daging, hendaklah ia datang ke benteng Dulaim bin Haritsah.” Setiap hari, ia selalu membawa sebuah mangkok besar kepada Nabi yang berisi Tsarid dan daging. la berkeliling bersama Nabi ke rumah isteri-isteri Beliau.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Rasulullah Shallaliahu Alaihi wa Sallam pernah mendoakannya dan berkata, “Ya Allah, berikanlah shalawat dan rahmat-Mu kepada keluarga Sa’ad bin Ubadah.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)

la pernah menemui Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, “Sesungguhnya ibuku telah meninggal dan ia punya nazar yang belum sempat ditunaikannya, apakah ibuku mendapat pahala kalau aku memerdekakan budak atas namanya?” Beliau menjawab, “Merdekakanlah atas
nama ibumu!” (HR. An-Nasa’I dan Ahmad)

Sa’ad adalah orang yang terkenal pencemburu, sampai-sampai Nabi pernah berkata tentangnya, “Dia adalah pencemburu. Aku lebih pencemburu dari dia dan Allah lebih pencemburu dari aku.” (HR. Muslim)

Biasanya satu rumah Anshar didatangi satu, dua, atau tiga orang muhajirin, tapi rumah Sa’ad didatangi 80 orang Anshar dan ia menjamu mereka semua. Sa’ad tidak hanya memperjuangkan Islam dengan harta kekayaannya tapi ia juga berjuang dengan kekuatan dan kepandaiannya.

la terkenal sebagai seorang pemanah ulung. Dalam setiap perang bersama Rasulullah, ia selalu membai’at Beliau bahwa ia akan berjuang sampai titik darah penghabisan.
Pada saat pembebasan kota Makkah (Fath Makkah), Rasulullah Shallallanu Alaihi wa Sallam menugasinya sebagai komandan pasukan garis depan.

la termasuk orang yang dicalonkan sebagai khalifah dari kalangan Anshar pasca wafatnya Nabi. Tatkala Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaydah hadir di Saqifah Bani Sa’adah, orang-orang Anshar membai’at Abu Bakar sebagai khalifah. Saat itu bersama mereka Sa’ad bin Ubadah yang sedang sakit.

la meninggal di Syam tahun 15 H. Ia meriwayatkan 21 hadits dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Diantaranya, Nabi bersabda, “Tidak satupun di antara sepuluh orang amir (penguasa), melainkan ia akan menjumpai Allah dalam keadaan terbelenggu pada hari kiamat kelak. Dia tidak dibebaskan dari belenggu itu kecuali dengan keadilan.” (HR. Ahmad)

Sumber : Buku Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah