Penulis buku bestseller, Ahmad Rifa’i Rif’an mengisi Ngaji Literasi di Pesantren Tebuireng, Ahad (10/3/19).

Tebuireng.online- Penulis buku best seller, Ahmad Rifa’i Rif’an, Ngaji Literasi bersama santri di Pesantren Tebuireng Jombang. Bekerja sama dengan Penerbit Quanta lini dari Penerbit Elex Media Komputindo, lulusan Teknik Mesin ini memberikan resep bagaimana menulis dan membeberkan rahasia penulis kepada santri, Ahad (10/3/19) di gedung Yusuf Hasyim, Pesantren Tebuireng.

Penulis 50 judul buku ini mengaku bahwa awal mula menulis adalah dari pengalaman pribadi, yang kemudian terbit buku pertama berjudul “9 Rahasia Doa Lulus Ujian”, dengan menerbitkan mandiri, cetakan pada bulan pertama sejumlah 500 eksemplar yang langsung ludes disusul cetakan kedua berjumlah 1000 eksemplar. Kemudian ditawari penerbit Quanta untuk diterbitkan lagi, hingga sekrang buku tersebut telah diterbitkan Malaysia.

“Tulislah apa yang kita suka, yang sudah kita kuasai, tulis apa yang pernah dialami,” ungkap penulis buku, Tuhan Maaf Kami Sedang Sibuk.

Menurutnya, tulisan diawali dari kisah hidup kemudian ambil pelajarannya. Kemudian yang sedang kita pelajari, sebuah momentum. Karena, menggali ilmu jauh lebih cepat dalam proses mempelajarinya.

“Menulis cara yang paling efisien untuk menyebarkan ilmu kita. Untuk menumbuhkan motivasi menulis, biasakan membaca. Dalam riset pada buku Tipping Point menyebutkan bahwa keterampilan apapun bisa dikuasai dalam hidup minimal 1000 jam,” tegasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sebagai penulis buku motivasi, Rifa’i juga menjabarkan beberapa alasan yang biasanya diungkap oleh orang-orang tentang mengapa menulis itu susah. Salah satu alasan yang ia sampaikan adalah tidak ada ide, merasa tidak memiliki bakat, tidak pede (percaya diri), dan tidak ada motivasi.

“Dalam proses belajar, jangan takut untuk dikritik,” pesannya.

Selain itu, ia menyampaikan beberapa hal yang bisa mempengaruhi seseorang untuk menulis. Yang pertama motivasi, eksekusi, dan financial. Motivasi yang kuat menimbulkan semangat yang tinggi untuk menjadi penulis. Diantaranya finansial, popularitas, akademis, kepuasan, idealism, dan lain-lain. Eksekusi, tidak menunda sesuatu, setelah menemukan ide baiknya segera dituangkan.

Dalam kesempatan itu Rifa’i membeberkan penghasilan seorang penulis bestseller seperti Ippo Santosa yang dalam perbulan mencapai 200 juta. Royalty itu 1/3 beliau transfer ke kantong dhuafa, 1/3 ke rekening ibunya dan sisa adalah untuk dirinya.

Yang kedua, lanjut Rifa’i adalah tujuan popularitas. Ketika sudah dikenal, apa yang disampaikan lebih banyak atau lebih luas jangkauannya. Yang ketiga, akademis. Motivasi akademis contoh gampangnya ialah skripsi. Yang ketiga eksekusi, atau yang biasa dikenal dengan deadline. “The power of kepepet”, tentu dengan perbanyak membaca. Selanjutnya konsistensi, dimana diperlukan keistikamahan dalam menulis.

Dijelaskan pula oleh penulis best seller ini empat tahap menulis. Pertama pre-writing (menggali ide, riset, serta membuat outline). Kedua, drafting (tahap penulisan detail pargraf). Ketiga, editing (pemeriksaan aksara). Keempat, publishing (penerbitan karya).

Menurtunya, meski mengulang tema yang sama, untuk menghasilkan karya yang luar biasa maka cari titik spesial, cari hal yang belum dibahas atau bisa juga dengan cara penyampaian yang baru.

“Amunisi juga sangat diperlukan, seperti perbanyak membaca dan bergaul dengan banyak orang. Sembari menunggu buku terbit, proses efektif yaitu menunggulah dengan terus menulis,” saran penulis buku 9 Rahasia Doa Lulus Ujian itu.

Pada materi terakhir, ia menceritakan bahwa untuk menjadikan sebuah buku bestseller, usahakan target pembaca luas. Dalam buku keagamaan, kita jangan terlalu menampakkan sisi kereligiusan. Sederhanakan bahasanya, unik serta sensasional. Seperti buku dengan judul “Hidup Sekali, Berarti, lalu Mati”, padahal, katanya, buku ini isinya tentang sisi kereligiusan.

Pewarta: Umdatul Fadhilah
Publisher: RZ