sumber gambar: www.google.com

Oleh: Minahul Asna*

“Allahumma barik lana fi rojaba wa sya’bana wa ballighna ramadhona.”

Pujian yang sering dilantunkan setiap bulan Rajab kalender Hijriyah seolah menggambarkan tingkatan seorang yang sedang jatuh cinta. Sebagaimana maqolah yang berbunyi “siapa yang jatuh cinta, maka ia akan sering menyebutkannya”, sebagai gambaran kerinduan yang sangat mengakar seorang muslim terhadap bulan Ramadan, mereka senantiasa berdoa di setiap menjelang salat agar dipertemukan kembali bulan tersebut.

Manusia tercipta memang hanya untuk beribadah kepada-Nya. Allah pun membuatkan waktu khusus untuk para hambanya, yang mana para iblis dan setan diborgol demi meringankan hasutan-hasutan yang menjerumuskan ke lubang maksiat.

Tiga puluh hari kita digembleng untuk menjauhi perkara yang bahkan halal, yaitu makan dan minum. Dalam ilmu tasawuf, bahkan ada beberapa kaum sufi yang mana dalam puasa mereka menghindari berbicara. Ada juga beberapa puasa yang berbuka hanya dengan nasi putih dan air tawar. Berbagai macam puasa itulah yang membuat ibadah puasa begitu spesial.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Keistimewaan ibadah puasa ini bukan sebuah ibadah biasa namun murni hanya hubungan sebagai seorang hamba dan Allah. Ibadah ini tidak terlihat dari luar karena memang tidak makan dan minum menjadi hal yang pribadi, tidak tampak di luar.

Tuhan telah memproklamasikan keistimewaan ibadah ini. “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung.” (HR. Bukhari). Hubungan yang sangat romantis dipertontonkan dalam hadits qudsi tersebut. Satu-satunya ibadah yang diperuntukkan kepada Tuhan semata dan urusan-Nya sendiri yang akan mengganjarnya.

Ketika yang maha kaya memberi maka hanya sepercik karunianya menjadi suatu hal yang sangat besar bagi hamba-Nya. Dalam suatu riwayat dikatakan, bahwa rahmat-Nya ada 100 yang satu diperuntukkan dunia beserta isinya dan 99 rahmat yang lain dilimpahkan kepada hamba-hambanya di akhirat nanti. Wallahu A’lam.

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.