Foto oleh: Ghunniyatul Karimah

أَيُّهَا الوَلَدُ، قَدْ عَمِلْتَ مِنْ هَاتَيْنِ الحِكَايَتَيْنِ أَنَّكَ لَاتَحْتَاجُ إِلَى تَكْثِيْرِ العِلْمِ. وَالآنَ أُبَيِّنُ لَكَ مَايَجِبُ عَلَى سَالِكِ سَبِيْلِ الحَقِّ

Wahai santriku, kamu telah mengerti dari dua cerita tersebut bahwa kamu tidak membutuhkan ilmu yang banyak. Sekarang, saya terangkan padamu akan sesuatu yang wajib bagi salik.

إِعْلَمْ أَنَّهُ يَنْبَغِي لِلسَّالِكِ شَيْخٌ مُرْشِدٌ مُرَبٍّ لِيُخْرِجَ الأَخْلَاقِ السَّيِّئَةَ مِنْهُ بِتَرْبِيَتِهِ وَيَجْعَلَ مَكَانَهَا خُلُقًا حَسَنًا. وَمَعْنَى التَّرْبِيَةِ يُشْبِهُ فِعْلَ الفَلَّاحِ الَّذِي يَقْلَعُ الشَّوْكَ وَيُخْرِجُ النَّبَاتَاتِ الأَجْنَبِيَّةَ مِنْ بَيْنِ الزَّرْعِ لِيَحْسُنَ نَبَاتُهُ وَيَكْمُلَ رَيْعُهُ

Ketahuilah, bahwa seyogiayanya wajib bagi seorang salik mempunyai guru mursyid yang bisa membimbing (murabbi) guna mengeluarkan akhlak yang buruk darinya dengan cara membimbingnya. Kemudian, menggantikan posisi akhlak buruk tersebut dengan akhlak yang bagus. Makna tarbiyah menyerupai perbuatan seorang petani yang mencabuti duri, mengeluarkan tumbuhan liar dari tanaman supaya tumbuhnya tanaman menjadi bagus dan sempurna hasilnya.

وَلَابُدَّ لِلسَّالِكِ مِنْ شَيْخٍ يُؤَدِّبُهُ وَيُرْشِدُهُ إِلَى سَبِيْلِ اللهِ تَعَالَى. لِأَنَّ اللهَ أَرْسَلَ لِلْعِبَادِ رَسُوْلًا ِللِإرْشَادِ إِلَى سَبِيْلِهِ. فَإِذَا اِرْتَحَلَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ خَلَّفَ الخُلَفَاءّ فِي مَكَانِهِ حَتَّى يُرْشِدُوْا إِلَى اللهِ تَعَالَى. وَشَرْطُ الشَّيْخِ الَّذِي يَصْلُحُ أَنْ يَكُوْنَ نَائِبًا لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، أَنْ يَكُوْنَ عَالِمًا. وَلَكِنْ مَا كُلُّ عَالِمٍ يَصْلُحُ لِلْخِلَافَةِ. وَإِنِّي أُبَيِّنُ لَكَ بَعْضَ عَلَامَاتِهِ عَلَى سَبِيْلِ الإِجْمَالِ حَتَّى لَايَدَّعِي كُلُّ أَحَدٍ أَنَّهُ مُرْشِدٌ

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Wajib bagi salik mempunyai Syaikh yang mendidik dan menunjukkannya pada jalan Allah Taala. Karena Allah mengutus seorang rasul kepada hambaNya guna menunjukkan pada jalanNya. Ketika Rasulullah SAW wafat, maka beliau menunjuk para khalifah pengganti posisinya sehingga mereka menunjukkan jalan kepada Allah Taala. Syarat guru yang layak menjadi wakil Rasulullah SAW adalah ‘Alim. Akan tetapi tidak setiap orang alim layak menjadi khalifah. Sesungguhnya saya akan menjelaskan sebagian tanda-tanda guru secara global sehingga tidak semua orang mengklaim bahwa dirinya adalah mursyid.

فَنَقُوْلُ: مَنْ يُعْرِضُ عَنْ حُبِّ الدُّنْيَا وَحُبِّ الجَاهِ، وَكَانَ قَدْ تَابَعَ لِشَخْصٍ بَصِيْرٍ تَتَسَلْسَلُ مُتَابَعَتُهُ إِلَى سَيِّدِ المُرْسَلِيْنَ صلى الله عليه وسلم وَكَانَ مُحْسِنًا رِيَاضَةَ نَفْسِهِ بِقِلَّةِ الأَكْلِ وَالقَوْلِ وَالنَّوْمِ وَكَثْرَةِ الصَّلَوَاتِ وَالصَّدَقَةِ وَالصَّوْمِ

Lalu kami berucap: (mursyid adalah) orang yang berpaling dari cinta dunia dan cinta tahta, lalu mengikuti guru yang jernih mata hatinya (basirah) serta rantai keikutsertaannya bersambung sampai Rasulullah SAW. Guru tersebut membagusi riyadlah (olah) jiwanya dengan sedikit makan, obrolan, tidur, banyak bershalawat, sedekah, dan puasa.

وَكَانَ بِمُتَابَعَتِهِ ذَلِكَ الشَّيْخَ البَصِيْرَ جَاعِلاً مَحَاسِنَ الأَخْلَاقِ لَهُ سِيْرَةً كَالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ، وَالشُّكْرِ، وَالتَّوَكُّلِ، وَاليَقِيْنِ، وَالقَنَاعَةِ، وَطُمَأْنِيْنَةِ النَّفْسِ، وَالحِلْمِ، وَالتَّوَاضُعِ، وَالعِلْمِ، وَالصِّدْقِ، وَالحَيَاءِ، وَالوَفَاءِ، وَالوَقَارِ، وَالسُّكُوْنِ، وَالتَّأَنِّي، وَأَمْثَالِهَا، فَهُوَ إِذًا نُوْرٌ مِنْ أَنْوَارِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَصْلُحُ لِلْإِقْتِدَاءِ بِهِ

Dengan cara mengikuti guru yang bermata hati jernih, akan menjadikan dirinya mempunyai akhlak yang bagus, seperti sabar, shalat, syukur, tawakal, yakin, neriman, tenteram jiwa, bijaksana, rendah hati, berilmu, jujur, malu, menepati janji, damai, tenteram, dan semisalnya. Sebab dia adalah cahaya dari beberapa cahaya Nabi SAW, layak mengikutinya.

وَلَكِنَّ وُجُوْدَ مِثْلِهِ نَادِرٌ أَعَزُّ مِنَ الكِبْرِيْتِ الأَحْمَرِ. وَمَنْ سَاعَدَتْهُ السَّعَادَةُ فَوَجَدَ شَيْخًا كَمَا ذَكَرْنَا، وَقَبِلَهُ الشَّيْخُ، يَنْبَغِي أَنْ يَحْتَرِمَهُ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا

Akan tetapi keberadaan yang serupa itu jarang adanya, lebih mulia dari kibrit (intan) merah. Barangsiapa keberuntungan membantunya menemukan guru seperti yang kami sebutkan, dan guru tersebut menerimanya (sebagai murid), maka seyogianya dia memuliakannya zahir batin.

أَمَّا اِحْتِرَامُ الظَّاهِرِ فَهُوَ أَلَّا يُجَادِلَهُ وَلَايَشْتَغِلَ بِالإِحْتِجَاجِ مَعَهُ فِي كُلِّ مَسْأَلَةٍ، وَإِنْ عَلِمَ خَطَأَهُ. وَلَا يُلْقِيَ بَيْنَ يَدَيْهِ سَجَّادَتَهُ إِلَّا وَقْتَ أَدَاءِ الصَّلَاةِ فَإِذَا فَرِغَ يَرْفَعُهَا. وَلَايُكْثِرَ نَوَافِلَ الصَّلَاِة بِحَضْرَتِهِ. وَيَعْمَلَ مَايَأْمُرُهُ الشَّيْخُ مِنَ العَمَلِ بِقَدْرِ وُسْعِهِ وَطَاقَتِهِ

Adapun memuliakan secara zahir ialah dengan tidak mendebatnya, tidak menyibukkan diri berargumen dengannya dalam setiap permasalahan, meskipun mengerti kesalahannya. Dan menggelarkan sajadah shalatnya hanya ketika menunaikan shalat, dan mengangkatnya (merapikannya) setelah usai. Tidak memperbanyak shalat sunnah sebab keberadaannya. Menjalankan perbuatan (baik) yang diperintahkan guru sesuai kadar kemapuan dan kapasitasnya.

وَأَمَّا اِحْتِرَامُ البَاطِنِ فَهُوَ أَنَّ كُلَّ مَا يَسْمَعُ وَيَقْبَلُ مِنْهُ فِي الظَّاهِرِ لَايُنْكِرُهُ فِي البَاطِنِ، لَا ِفعْلًا وَلَا قَوْلًا، لِئَلَّا يَتَّسِمَ بِالنِّفَاقِ. وَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ يَتْرُكْ صُحْبَتَهُ إِلَى أَنْ يُوَافِقَ بَاطِنُهُ ظَاهِرَهُ. وَيَحْتَرِزُ عَنْ مُجَالَسَةِ صَاحِبِ السُّوْءِ لِيَقْصُرَ وِلَايَةَ شَيَاطِيْنِ الجِنِّ وَالإِنْسِ عَنْ صَحْنِ قَلْبِهِ، فَيُصَفَّى مِنْ لَوْثِ الشَّيْطَنَةِ، وَعَلَى كُلِّ حَالٍ يَخْتَارُ الفَقْرَ عَلَى الغِنَى

Sedangkan memuliakan secara batin ialah tidak mengingkari dalam batinnya tentang semua yang didengar dan diterima secara zahir dari gurunya. Tidak mengingkari dalam bentuk perbuatan maupun ucapan. Agar tidak disebut sebagai munafik. Jika belum mampu, maka hendaklah ia meninggalkan suhbah (pertemuan intens) dengan gurunya sampai batinnya selaras dengan zahirnya.

Hendaknya seorang tersebut menjaga diri dari berteman dengan pelaku keburukan untuk mempersempit kekuasaan setan jin dan manusia dalam nampan hatinya, terjernihkan dari kotoran yang bersifat syaithanah. Dan bagaimanapun kondisinya, hendaklah seseorang itu lebih memilih hidup fakir ketimbang kaya.

ثُمَّ اِعْلَمْ أَنَّ التَّصَوُّفَ لَهُ خَصْلَتَانِ: الإِسْتِقَامَةُ مَعَ اللهِ تَعَالَى وَالسُّكُوْنُ عَنِ الخَلْقِ. فَمَنْ اِسْتَقَامَ مَعَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَأَحْسَنَ خُلُقَهُ مَعَ النَّاسِ وَعَامَلَهُمْ بِالحِلْمِ فَهُوَ صُوْفِيٌّ. وَالإِسْتِقَامَةُ أَنْ يَفْدِيَ حَظَّ نَفْسِهِ عَلَى أَمْرِ اللهِ تَعَالَى. وَحُسْنُ الخُلُقِ مَعَ النَّاسِ أَلَّا تَحْمِلَ النَّاسُ عَلَى مُرَادِ نَفْسِكَ، بَلْ تَحْمِلَ نَفْسَكَ عَلَى مُرَادِهِمْ، مَا لَمْ يُخَالِفُوْا الشَّرْعَ

Ketahuilah bahwa tasawuf mempunyai dua karakter: istikamah bersama Allah dan damai dari makhluk. Barangsiapa beristikamah bersama Allah Azza wa Jalla, membagusi akhlaknya bersama manusia, dan berinteraksi dengan mereka secara bijak, maka dia adalah seorang sufi. Adapun istikamah adalah mengorbankan kepentingan egonya demi perintah Allah Taala. Sedangkan akhlak bagus sesama manusia adalah tidak membawa manusia kepada keinginan egomu. Sebaliknya, membawa egomu kepada keinginan mereka selama tidak bertentangan dengan syariat.

ثُمَّ إِنَّكَ سَأَلْتَنِي عَنِ العُبُوْدِيَّةِ وَهِيَ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: أَحَدُهَا مُحَافَظَةُ أَمْرِ الشَّرْعِ. وَثَانِيْهَا الرِّضَاءُ بِالقَضَاءِ وَالقَدَرِ وَقِسْمَةِ اللهِ تَعَالَى. وَثَالِثُهَا تَرْكُ رِضَاءِ نَفْسِكَ فِي طَلَبِ رِضَاءِ اللهِ تَعَالَى

Kemudian kamu menanyakanku tentang ibadah. Ia ada tiga perkara: pertama, menjaga perintah syara’. Kedua, rida dengan qadla-qadar dan pembagian Allah Taala. Ketiga, meninggalkan rida egomu dalam mencari rida Allah Taala.

وَسَأَلْتَنِي عَنِ التَّوَكُّلِ وَهُوَ أَنْ يَسْتَحْكِمَ اِعْتِقَادُكَ بِاللهِ تَعَالَى فِيْمَا وَعَدَ، يَعْنِي تَعْتَقِدُ أَنَّ مَاقُدِّرَ لَكَ سَيَصِلُ إِلَيْكَ لَامَحَالَةَ وَإِنْ اِجْتَهَدَ كُلُّ مَنْ فِي العَالَمِ عَلَى صَرْفِهِ عَنْكَ، وَمَالَمْ يُكْتَبْ لَنْ يَصِلَ إِلَيْكَ وَإِنْ سَاعَدَكَ جَمِيْعُ العَالَمِ

Kamu telah menanyakanku tentang tawakal. Ia adalah menjadi kokohnya keyakinanmu kepada Allah SWT akan apapun yang Ia janjikan. Maksudnya, kamu meyakini bahwa sesuatu yang ditakdirkan untukmu, akan terjadi padamu tanpa bisa dielakkan, meskipun semua orang di alam ini berusaha keras memalingkannya darimu. Dan sesuatu yang tidak dituliskan, tidak akan terjadi padamu, meskipun seluruh alam ini membantumu.

وَسَأَلْتَنِي عَنِ الإِخْلَاصِ وَهُوَ أَنْ تَكُوْنَ أَعْمَالُكَ كُلُّهَا لِلّهِ تَعَالَى وَلَايَرْتَاحَ قَلْبُكَ بِمَحَامِدِ النَّاسِ وَلَاتُبَالِي بِمَذَمَّتِهِمْ. وَاعْلَمْ أَنَّ الرِّيَاءَ يَتَوَلَّدُ مِنْ تَعْظِيْمِ الخَلْقِ. وَعِلَاجُهُ أَنْ تَرَاهُمْ مُسَخَّرِيْنَ تَحْتَ القُدْرَةِ وَتَحْسَبَهُمْ كَالجَمَادَاتِ فِي عَدَمِ قُدْرَةِ إِيْصَالِ الرَّاحَةِ وَالمَشَقَّةِ لِتَخْلُصَ مِنْ مُرَاءَاتِهِمْ. وَمَتَى تَحْسَبُهُمْ ذَوِي قُدْرَةٍ وَإِرَادَةٍ لَنْ يَبْعُدَ عَنْكَ الرِّيَاءُ

Kamu telah menanyakanku tentang ikhlas. Ia adalah semua perbuatanmu yang kau peruntukkan pada Allah Taala, hatimu tidak bangga dengan pujian-pujian manusia, dan tidak menghiraukan hinaan mereka. Ketahuilah bahwa riya’ terlahir dari menganggap Agung pada makhluk. Penyembuhannya dengan cara melihat mereka hina di bawah kekuasaan (Allah), dan menganggap mereka seperti benda mati yang tidak mempunyai kekuatan mendatangkan senang dan susah, agar kamu terbebas dari sifat riya’ mereka. Selama kamu menganggap mereka mempunyai kekuasaan dan ambisi, maka riya’ tidak akan menjauhimu.

أَيُّهَا الوَلَدُ، وَالبَاقِي مِنْ مَسَائِلِكَ بَعْضُهَا مَسْطُوْرٌ فِي مُصَنَّفَاتِي فَاطْلُبْهُ ثَمَّةَ، وَكِتَابَةُ بَعْضِهَا حَرَامٌ. إِعْمَلْ أَنْتَ بِمَا تَعْلَمُ لِيَنْكَشِفَ لَكَ مَالَمْ تَعْلَمْ

Wahai santriku, selebihnya dari persoalanmu sudah tercakup sebagian dalam karya-karyaku, carilah di sana. Menuliskan potongannya adalah pelanggaran. Beramallah kamu dengan apa yang kamu mengerti agar terbuka bagimu apa yang belum kamu mengerti.


*Diterjemahkan oleh Yayan Mustofa dari Kitab Ayuhal Walad, sebuah risalah balasan Imam Abu Hamid al-Ghazali kepada seorang muridnya yang bertanya tentang permasalahannya.