Usai dilantik, Pengurus UPTQ Unhasy foto bersama pemateri Diklat Dasar Qur’ani.

Tebuireng.online— Unit Kegiatan Mahasiswa Pengembangan Tahfidhul Qur’an, melaksanakan pelantikan pengurus sekaligus launching organisasi yang disebut dengan UPTQ Unhasy, Kamis (23/6/2022). Organisasi ini merupakan organisasi mahasiswa intra kampus yang berdiri sejak 25 Oktober 2021 lalu.

Kegiatan pelantikan pengurus periode pertama dikemas dengan kegiatan diklat dasar Qur’ani. Turut hadir dalam forum Wakil Rektor I, Drs. H. A. Faruq Zawawi sebagai perwakilan Rektor Unhasy untuk meresmikan dan melantik para pengurus UPTQ Unhasy.

“Lahirnya UPTQ merupakan satu alternatif pilihan organisasi intra bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan mengaji Al-Qur’an dan menghafal Al-Qur’an,” ungkapnya di podium aula Pascasarjana Unhasy.

Selain itu, A. Faruq Zawawi menaruh harapan yang besar kepada UPTQ Unhasy untuk mendampingi dan membina baca tulis Al-Qur’an bagi mahasiswa. Hal tersebut bertujuan untuk memperkuat visi kepesantrenan kampus Unhasy Tebuireng sebagai penguatan karakter mahasiswa.

“Sehingga mahasiswa Unhasy mampu menjawab tantangan masyarakat saat terjun pada kegiatan KKN dan PPL di masyarakat dalam bidang keagamaan,” terangnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Lebih khusus Wakil Rektor itu berharap agar alumni Unhasy ketika terjun menjadi imam shalat tarawih tidak membaca surat-surat pendek yang itu-itu saja. Baginya, UPTQ Unhasy harus mampu menjawab tantangan masyarakat dengan segala tuntutan keagamaannya yang berkaitan dengan Al-Qur’an.

Kegiatan Diklat Dasar Qur’ani berlangsung di aula pascasarjana Unhasy.

Setelah pelantikan dan launching, acara dilanjutkan dengan pelatihan kader yaitu diklat dasar Qur’ani. Diklat tersebut menghadirkan dua narasumber, Ustadz Masrokhin dan Ustadz Ahmad Fakhruddin Fajrul Islam. Kedua narasumber menyampaikan materi terkait tema kegiatan “Al-Qur’an dan Dunia Kampus: Sinergi Nilai-Nilai Qur’ani dalam Kehidupan Kampus”.

Ustadz Masrokhin, menyampaikan mengenai sejarah Hadratusyyaikh M. Hasyim Asy’ari yang begitu cinta Al-Qur’an. Dalam sejarah Pesantren Tebuireng pun diketahui bahwa setiap bulan Ramadan, Kiai Hasyim menunjuk santri-santri yang hafal Al-Qur’an sebagai imam shalat Tarawih. Mereka memimpin jama’ah shalat Tarawih dengan melantunkan bacaan Al-Qur’an secara Hifdhi hingga khatam selama satu bulan. Hal tersebut menjadi cikal bakal berdirinya Pesantren Madrasatul Qur’an yang tidak lepas dari cita-cita Hadratussyaikh.

“Oleh karena itu, selama kampus masih menyandang nama Hasyim Asy’ari maka wajib bagi santri Unhasy bisa membaca, menulis dan menghafal Al-Qur’an secara baik meskipun hafalannya terbatas namun berkualitas,” tegasnya.

Di ruang yang sama, Ustadz Ahmad Fakhruddin menjelaskan pengalamannya selama menjadi aktifis ormawa intra-ekstra di IAIN Sunan Ampel Surabaya sekaligus menjalani aktifitas Qur’ani. Ia bercerita tentang perbedaan makna antara aktivis Al-Qur’an dengan aktivis Qur’ani.

“Jika aktivis Al-Qur’an maka kegiatannya hanya kuliah dan ngaji atau deresan saja. Sebaliknya aktivis Qur’ani yaitu mahasiswa organisator yang menanamkan aktifitas al-Qur’an dan menjiwai nilai-nilainya dalam setiap kegiatan akademis dan organisasinya,” ungkap pengasuh Pondok Pesantren Darul Qawa’id itu.

Artinya, lanjutnya menjadi penghafal Al-Qur’an tidak menghalangai aktualisasi diri sebagai Agent of Change. Karena ujung dari pendidikan tinggi yakni kembali ke masyarakat untuk mengamalkan ilmu dan menjawab tantangan masyarakat sesuai dengan zamannya.

“Maka mahasiswa selain kuliah juga sebaiknya berorganisasi dan ditambah tetap mengaji dan menghafalkan Al-Qur’an, bagi yang ingin,” tambahnya.

Pada sesi terkahir kedua pemateri tersebut menegaskan bahwa berani menjadi mahasiswa Unhasy otomatis harus berani ngaji dan belajar Al-Qur’an secara baik. Oleh karena itu, dengan terlaksananya kegiatan ini, secara resmi UKM Pengembangan Tahfidzul Qur’an (UPTQ) Unhasy menjadi bagian dari keluarga besar organisasi intra kampus.

Pewarta: af-ami