Sumber: abiummi.com

Oleh: Ustadz Muhammad Idris

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakutuh

Apakah puasa qadha’ Ramadan mendapatkan pahala bila dikerjakan pada hari Asyuro?

Muchlasin al-Hikni, Cukir Jombang

Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakutuh

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Terima kasih kepada penanya yang budiman, Bapak Mukhlasin al Hikni. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan rahmat dan keberkahan kepada kita dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin. Adapun jawabannya sebagai berikut:

Puasa menurut bahasa bermakna menahan. Sedangkan menurut istilah adalah menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkannya, dimulai dari terbitnya matahari sampai tenggelamnya semisalnya makan dengan sengaja. Puasa Ramadan merupakan salah satu rukun Islam yang ke-4, maka bagi umat Islam wajib untuk menunaikannya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al Baqarah ayat 183 di bawah ini

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian puasa, sebagaimana (diwajibkan)bagi orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.”

Ayat tersebut menunjukkan bahwa umat Islam wajib untuk menunaikan ibadah puasa, namun yang dikehendaki oleh Allah bukan semua puasa diwajibkan, akan tetapi pada dasarnya Allah hanya mewajibkan puasa Ramadan saja, sebagaimana firman Allah dalam surat al Baqarah 185

 ” شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ “.

Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) AlQuran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.”

Bagi seseorang yang meninggalkan puasa Ramadan baik udzur maupun tidak, maka wajib baginya untuk mengqadha puasanya. Namun terkadang kita menginginkan pahala yang berlipat-lipat ganda, dengan cara mengqadha puasa ramadannya pada hari yang bertepatan dengan puasa sunah semisalnya puasa hari Arafah, Asyura, Senin, dan Kamis.

Dalam menyikapi hal ini, para ulama berselisih pendapat tentang apakah seseorang tersebut mendapatkan pahala atau tidak, jika mengqadha puasa ramadan yang bertepatan dengan puasa hari Asyura, Arafah atau puasa sunah yang lainnya. Imam Ramli menuturkan dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin, serta dikuatkan oleh fatwa ulama dalam kitab I’anatut Thalibin, yang artinya “seseorang itu mendapatkan pahala puasa sunah baik diniati (puasa sunnah seperti Asyura) maupun tidak.

وفي الكردي ما نصه في الأسنى ونحوه الخطيب الشربيني والجمال و الرملي الصوم في الأيام المتأكد صومها منصرف إليها بل لو نوى به غيرها حصلت إلخ زاد في الإيعاب ومن ثم أفتى البارزي بأنه لو صام فيه قضاء أو نحوه حصلا نواه معه أو لا

“Di dalam Al-Kurdi terdapat nash yang tertulis pada Asnal Mathalib dan sejenisnya yaitu Al-Khatib As-Syarbini, Syekh Sulaiman Al-Jamal, Syekh Ar-Ramli bahwa puasa sunah pada hari-hari yang sangat dianjurkan untuk puasa memang dimaksudkan untuk hari-hari tersebut. Tetapi orang yang berpuasa dengan niat lain pada hari-hari tersebut, maka dapatlah baginya keutamaan… Ia menambahkan dalam Kitab Al-I‘ab. Dari sana, Al-Barizi berfatwa bahwa seandainya seseorang berpuasa pada hari tersebut dengan niat qadha atau sejenisnya, maka dapatlah keduanya, baik ia meniatkan keduanya atau tidak,” (Lihat Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I‘anatut Thalibin, juz II, halaman 224).

Kedua pendapat tadi berbanding lurus dengan apa yang diungkapkan oleh Imam Abu Makhromah, bahwa seseorang itu tidak mendapatkan pahala puasa sama sekali, baik puasa qadha ramadhan dan puasa sunahnya jika di niati keduanya.

(مسألة : ك) : ظاهر حديث : “وأتبعه ستاً من شوّال” وغيره من الأحاديث عدم حصول الست إذا نواها مع قضاء رمضان، لكن صرح ابن حجر بحصول أصل الثواب لإكماله إذا نواها كغيرها من عرفة وعاشوراء، بل رجح (م ر) حصول أصل ثواب سائر التطوعات مع الفرض وإن لم ينوها ما لم يصرفه عنها صارف كأن قضى رمضان في شوّال، وقصد قضاء الست من ذي القعدة، ويسنّ صوم الست وإن أفطر رمضان اهـ. قلت : واعتمد أبو مخرمة تبعاً للسمهودي عدم حصول واحد منهما إذا نواهما معاً كما لو نوى الظهر وسنتها

wa atba’ahu sittan min syawal” secara dhohir hadis ini menunjukkan tidak mendapatkan pahala puasa sunah dari puasa setelah bulan syawalketika diniati bersamaan dengan puasa qadha Ramadan. Akan tetapi Imam Ibnu Hajar menjelaskan bahwa mendapatkan pahala bagi yang menyempurnakannya, ketika puasa sunah itu diniati, dari puasa Arafah dan Asyura. Bahkan Imam Ramli mengunggulkan, tetap mendapatkan pahala puasa-puasa sunah serta puasa fardhu, meskipun puasa sunnahnya tidak diniati. Imam Abu Makhromah yang mengikuti pendapat imam As-Samhudi mengatakan tidak mendapatkan pahala puasa dari salah satunya, ketika diniati keduanya secara bersamaan, seperti niat shalat dhuhur dan sunnahnya.”

Menurut hemat kami, sesuai dengan ketarangan di atas sebaiknya bagi seseorang yang memiliki tanggungan puasa qadha Ramadan mengadha puasanya sesegera mungkin. Setelah itu kita baru boleh mengamalkan puasa sunnah Asyura. Tetapi kalau utang puasa Ramadhan itu baru teringat jelang hari Asyura, sebaiknya ia membayar qadha puasanya di hari tersebut. Dan baginya tetap mendapat keutamaan puasa sunah menurut pandangan yang muktamad.

Sekian jawaban singkat dari tim redaksi kami. Semoga bermanfaat dan bisa dipahami dengan baik sehingga dalam mengamalkannya sesuai dengan tatanan syariat Islam. Wallahu ‘alam bisshowab.

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.