tebuireng.online—Ahad pertama pada Februari ini (5/2/2017) menjadi salah satu hari bersejarah bagi Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Pasalnya, Pesantren Tebuireng baru saja meresmikan Pusat Kajian Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari. Pusat kajian ini difungsikan untuk mengkaji pemikiran pendiri Jamiyah NU tersebut, yang nantinya akan disesuaikan dengan tantangan sekarang dan akan datang.
Hal ini sebagai langkah kongkrit dari maraknya pertentangan antarmasyarakat yang dikhawatirkan menggoyahkan persatuan bangsa yang sudah selama 71 tahun ini merdeka. Ini sekaligus menolak anggapan tentang pemahaman Mbah Hasyim yang sudah out of date.
Dua tahun yang lalu ketika Muktamar di Jombang, Gus Sholah dihadapkan persoalan tak terduga tentang adanya penyimpangan ajaran Mbah Hasyim. Satu tokoh NU mengatakan bahwa ajaran Mbah Hasyim sudah out of date atau dapat dikatakan terlalu sederhana.
Menurut Gus Sholah, Mbah Hasyim merumuskan ajaran Ahlussunah wal jamaah adalah untuk dikonsumsi masyarakat. Oleh karena itu, dibuat sangat sederhana supaya mudah dipahami. Dan itu bisa dibuktikan dengan jumlah anggota NU yang sangat besar. Dalam ilmu komunikasi, kesederhanaan itu menjadi satu unggulan. Oleh karena itu, Gus Solah bersama civitas akademika Tebuireng melalui pusat kajian ini melakukan kajian pemikiran Mbah Hasyim yang kemudian disesuaikan dengan keadaan sekarang dan masa depan.
Selain itu, dalam sambutannya, Gus Sholah menyesalkan tentang adanya fenomena sikap kurang menghargai Mbah Hasyim. “Ada sejumlah kesan, tentu kesan ini subyektif dan mungkin bisa salah. Pertama, bahwa pesantren adalah bagian penting dari masa depan bangsa Indonesia yang tidak bisa dilepaskan dari agama Islam. Kedua, saya dapat kesan bahwa Mbah Hasyim itu tidak begitu dihargai. Namanya memang disebut tapi kurang dihargai. Tidak ada satu universitas pun yang didirikan NU dengan menggunakan nama Mbah Hasyim.”
Dalam peresmian di Gedung KH. Yusuf Hasyim yang dipimpin langsung oleh Gus Sholah ini, turut hadir tiga tokoh yang menyampaikan orasinya seputar persoalan bangsa dan pemikiran KH. Hasyim Asy’ari, antara lain Prof. Dr. Masykuri Abdillah, Prof. Dr. Haris Supratno, dan Prof. Dr. KH. Tolchah Hasan.
Adanya Pusat Penelitian Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari menjadi penting untuk terus ditingkatkan dan dikembangkan untuk menanggulangi persoalan yang sedang atau akan dialami oleh bangsa Indonesia bahkan dunia.
“Harapan kami bisa mengaktualisasikan pemikiran Mbah Hasyim. Pemikiran Mbah Hasyim masih relevan kapan pun dan di mana saja. Ke depan, pemikiran Mbah Hasyim tak hanya sebagai solusi yang bersifat nasional, tapi juga internasional,” pungkas Ketua Pusat Kajian Pemikiran KH. Hasyim Asyari, Dr. Miftahurrahim Syarkun dalam sambutannya.
Pewarta: Septian Pribadi
Edito: Farha Kamalia
Publisher: Farha K.