Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, KH. Abdul Hakim Mahfudz saat memberikan sambutan dalam peresmian Pesantren Tebuireng cabang 18 di Karanganyar Jawa Tengah.

Tebuireng.online– Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH. Abdul Hakim Mahfudz atau akrab disapa Gus Kikin meresmikan berdirinya Pesantren Tebuireng Cabang Pododadi, Karanganyar, pada Ahad (21/04/2024).

Peresmian cabang ke-18 ini ditandai dengan penandatanganan oleh Gus Kikin disaksikan oleh  KH. Baihaqi Anwar, KH. Lukman Hakim, KH. Septi Mubarok,  KH. Syaiful Bahri dan Masykur.

KH. Baihaqi Ahmad, Pengasuh Pesantren Pododadi, Karanganyar cabang Tebuireng 18 dalam sesi laporan kepanitiaannya, beliau berharap apa yang telah diamanahkan kepada pondok pesantren Pododadi dapat berjalan dengan baik, dan ilmu yang didapatkan santri adalah ilmu yang manfaat di dunia dan di akhirat.

Setelah sebelumnya dilakukan khataman bil ghaib  kitab Aqidatul Awam oleh santri baru yang belum genap 1 Tahun, KH. Baihaqi menyebutkan 3 Ilmu yang harus diajarkan pada santri.

“Dimana dalam sebuah keterangan, wajib bagi kita mengajarkan 3 ilmu, yang pertama ilmu Tauhid dan kitab Aqidatul Awam adalah ilmu tauhid, kedua ilmu fiqih, dan terakhir ilmu akhlak,” jelasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

3 ilmu tersebut diyakininya terdapat di berbagai pesantren, baik salaf, maupun pesantren lain yang terdapat di Indonesia, khususnya yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama.

Ketua Ikatan Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) Pekalongan KH. Syaiful Bahri, menjelaskan bahwa pondok pesantren Pododadi ini telah dibangun sejak tahun 2021.

“Alhamdulillah telah ditempati sebanyak 30 orang,” tandasnya.

Baginya keberadaan pondok pesantren adalah sebuah keniscayaan, pondok pesantren dengan jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) tidak dapat dipisah-pisahkan.

“Ibarat mata uang, pesantren adalah NU kecil, NU adalah pesantren besar,” ujarnya.

Sementara itu, NU dengan bangsa Indonesia baginya juga tidak dapat dipisahkan, hampir 90% pesantren di Indonesia adalah pesantren NU, sehingga  tidak sulit untuk menemukan pesantren NU.

Lebih lanjut, di acara peresmian sekaligus  Halal Bihalal ini KH. Abdul Hakim Mahfudz selaku pengasuh pesantren Tebuireng dalam sesi Mau’idzoh Hasanah mengulik kisah Halal Bihalal pada zaman awal-awal Bung Karno menjabat sebagai presiden.

“Pak karno sebagai presiden saat itu ingin menata negara, banyak tokoh masyarakat, Nasional, ulama, dan mentri-mentri yang semua memiliki potensi,” ungkap Bung Karno.

“Jika yang diundang menteri-menteri saja disebut dapat kabinet, tokoh nasional tidak ikut. Bagaimana tokoh agamanya,” kalimat yang menjadi perdebatan dalam diskusi Bun Karno dengan Ulama-Ulama, agar dapat mengatur pemerintahan dengan baik.

Dalam kesempatan tersebut KH. Wahab Hasbullah spontan mengusulkan ide Halal Bihalal.

“Dikemudian hari semua datang dalam acara Halal Bihalal untuk bermusyawarah, menyamakan pendapat yang tadinya banyak perbedaan-perbedaan yang sangat tajam, akhirnya dapat menerima semua perbedaan tersebut,” pungkas Gus Kikin.

Turut hadir  dalam acara ini, dzurriyah KH. Hasyim Asy’ari Gus Mughni, Gus Aan, Ketua IKAPETE Pemalang Gus Ishom, anggota IKAPETE Pekalongan, santri dan masyarakat Podidadi, Karanganyar.

Pewarta: Ilvi Mariana